Precious Moment - Bab 160 Apakah Kamu Tidak Rela Menjauh Darinya?

Suara Dave Gu terdengar dari belakang Tiffanny Wen, nada suaranya terdengar sedikit kelelahan.

Tiffanny Wen hampir melompat ketika mendengar suara yang datang tiba-tiba, jantungnya juga berdetak dengan kencang, dia dengan kaku membalikkan badannya, dan melihat Dave Gu berdiri di belakang sambil memegang 2 cangkir kopi, dia memaksakan dirinya untuk terlihat tenang.

"Betul, aku awalnya ingin berterima kasih kepada Andreas Lu, lagi pula tidak mudah untuk menekan hal sebanyak itu dalam satu malam...."

Dave Gu diam-diam memerhatikan ekspresi wajah Tiffanny Wen yang terlihat seperti habis mencuri sesuatu dan berusaha menenangkan dirinya, matanya sedikit terangkat ke atas, tetapi tidak ada ekspresi di wajahnya, dia berkata dengan suara yang serak.

"Tuan Muda Ketiga sibuk semalaman karena mengurus masalah ini, sekarang dia sedang beristirahat."

Tiffanny Wen tidak tahu ingin berkata apa, Andreas Lu melakukan hal ini demi dirinya saja sudah membuat hatinya merasa tersentuh, wajahnya memerah, dan dia menurunkan suaranya.

"Kalau begitu aku akan turun terlebih dahulu, nanti aku akan kembali lagi, Asisten Gu tolong bantu rahasiakan ya."

Dave Gu mengangguk sambil tersenyum, matanya terlihat penuh dengan kelelahan, Tiffanny Wen dapat membayangkan kondisi Andreas Lu ketika melihat dia, hatinya kembali merasa tersentuh.

"Kalau begitu Asisten Gu juga harus jaga kesehatan."

Tiffanny Wen melambaikan tangannya ke Dave Gu dan bersiap untuk berjalan menuju lift, pada saat ini, suara rendah Andreas Lu datang dari dalam ruangan, dengan suara yang sedikit malas.

"Dave Gu, kamu sedang berbicara dengan siapa?"

"Nona Theresia Wen datang untuk mencarimu, sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu kepadamu."

Tiffanny Wen mendengar Dave Gu mengatakan ucapan yang sedikit ambigu, dia menatap Dave Gu, dan Dave Gu memasang tampang yang polos.

"Oh? Biarkan dia masuk."

Ketika mendengar nada jahat dalam ucapan Adnreas Lu, Tiffanny Wen sudah bisa membayangkan senyum jahat Andreas Lu.

Tiffanny Wen hanya bisa menghela nafas, dia berbalik dan membuka pintu, lalu berjalan masuk, ketika jaraknya sekitar dua meter dari meja, Tiffanny Wen menarik pandangannya dari langit di luar jendela lantai Andreas Lu, dan menatap wajah Andreas Lu, tetapi ketika dia melihatnya, Tiffanny Wen tertegun.

Andreas Lu memang sedang tersenyum jahat saat ini, tetapi berbeda jauh dari senyum jahat dalam ingatan Tiffanny Wen, pada saat ini, dia bersandar di meja, tangan kanannya diletakkan di dahinya, sehingga poni halusnya sedikit terangkat dari dahinya, dan memperlihatkan dahi yang cerah dan garis rambut yang tebal, dia sedikit memiringkan kepalanya, dan menatap Tiffanny Wen, dengan senyum jahat tipis di wajahnya, tetapi terlihat lebih malas karena belum tidur; matanya tidak keras dan dalam seperti biasanya, lapisan kabut terlihat di matanya, seperti danau yang tenang di tengah malam; wajah kokoh ini terlihat melembut ketika terpapar sinar matahari.

Saat ini Andreas Lu terlihat tidak bersemangat seperti biasanya, malah terlihat sedikit lebih lembut, jika bukan karena alisnya yang hitam, Tiffanny Wen akan berpikir bahwa orang yang dia lihat adalah Stella Lu.

Senyum jahat Andreas Lu semakin melebar ketika dia melihat Tiffanny Wen masuk ke dalam dan terus menatapnya, tatapan matanya sedikit menurun, lalu mengangkat alisnya, dan mengejek dengan suara yang malas.

"Kenapa? Kamu terpesona denganku? Bukankah ada sesuatu yang ingin kamu katakan secara langsung?"

Melihat Andreas Lu secara sengaja meninggikan nada kata "secara langsung", Tiffanny Wen sedikit malu, dia batuk dua kali untuk menghilangkan atmosfer canggung di dalam ruangan ini, setelah menenangkan dirinya, dia menatap Andreas Lu dengan wajahnya yang memerah.

"Terima kasih, aku sudah mendengarnya dari Dave Gu, kamu sibuk semalaman karena masalah ini."

"Itu......kurasa selain berterima kasih kepadamu.....aku tidak tahu apa lagi yang bisa kulakukan untuk membalasmu......"

Andreas Lu meminum beberapa teguk kopi yang dibawakan oleh Dave Gu, untuk meningkatkan kesadarannya, dia menegakkan badannya, kedua tangannya menopang kepalanya, matanya menyipit dan memandang Tiffanny Wen dengan niat jahat.

"Jika kamu benar-benar ingin membalas, berjanjilah satu hal kepadaku."

"Baiklah." Tiffanny Wen mengangguk dengan bodoh, hatinya merasa bingung. Tetapi Tiffanny Wen tidak pernah mengerti pikiran Andreas Lu, saat ini dia menyerah untuk menebak isi pikirannya.

Tetapi setelah melihat niat jahat di wajah Andreas Lu, tanpa disadari dia memiliki firasat buruk, dia segera menambahkan: "Tetapi pertama-tama, tidak ada hal yang berhubungan dengan menghangatkan ranjang atau mengabdikan hidupku kepadamu."

Andreas Lu tertawa ketika melihat Tiffanny Wen yang tampak waspada: "Tenang saja, aku tidak akan memaksamu. Jika ingin membalas, pilihan akan selalu ada, dan tidak akan berubah."

"Kali ini aku hanya ingin kamu menemaniku makan malam di malam hari, tidak perlu sewaspada itu."

Tiffanny Wen curiga dengan ucapan Andreas Lu, tetapi ketika melihat tampang Andreas Lu yang sangat serius, dia diam-diam bernapas dengan lega.

"Baiklah." Tiffanny Wen dengan senang hati menyetujuinya, dan tersenyum dengan lebar.

Dave Gu segera mencatat adegan ini di dalam memorinya, hatinya sangat terkejut, Nona Theresia Wen hanya dengan mengandalkan kedua matanya saja sudah mendapatkan banyak pendapatan dari iklan sebelumnya.......

Jika ditambah dengan wajah dan lesung pipinya yang dangkal, ini akan sangat mematikan, penilaian Tuan Muda Ketiga memang sangat hebat.

Tentu saja Andreas Lu tidak tahu apa isi pikiran Dave Gu, jika dia tahu, maka selama 1 bulan ini Dave Gu jangan berharap untuk hidup dengan damai.

Mata Andreas Lu juga terfokus pada wajah Tiffanny Wen, ada kelembutan di dalam tatapannya, dan senyum jahat di mulutnya juga berubah menjadi senyum dengan makna yang dalam.

"Kalau begitu setelah waktu bekerja selesai, tunggu aku di pintu keluar tempat parkir, aku akan datang menjemputmu."

Tiffanny Wen mengangguk "Kalau begitu lanjutkan istirahatmu, aku akan kembali bekerja." setelah selesai berkata, dia langsung berbalik dan membuka pintu.

Setelah Tiffanny Wen pergi, senyum di wajah Andreas Lu masih belum pudar, tetapi matanya sedikit menyipit, dan senyum itu perlahan menjadi lebih bermakna, seperti seorang pemburu, yang menyaksikan mangsa imutnya berjalan perlahan menuju jebakannya yang dipasang dengan cermat.

Bibir Dave Gu berkedut, kenapa Tuan Muda Ketiga-nya tersenyum dengan aneh?

Andreas Lu tiba-tiba teringat akan kehadiran Dave Gu di sampingnya, dan ekspresi di wajahnya dengan cepat kembali seperti biasa, dia berkata kepada Dave Gu dengan datar: "Kalau untukmu, pergi saja ke tempat mana pun yang kamu sukai."

"Baik, Tuan Muda Ketiga, kalau begitu aku juga akan keluar." Dave Gu menjawab dengan datar, lalu berjalan keluar dari pintu.

Ckckck, bos ini lebih menyukai dirinya daripadaku, dia bahkan tidak ingin menunjukkan ekspresi bahagianya di depanku.

………………………………………………………………

Setelah waktu bekerja telah selesai, Tiffanny Wen mengucapkan selamat tinggal kepada Jennifer Xia lalu berjalan ke tempat parkir, dan menunggu kedatangan Rolls-Royce hitam milik Andreas Lu.

Karena merasa bosan, Tiffanny Wen mulai melihat sekeliling, dan melihat sebuah mobil merah yang berkeliaran.

Bukankah itu mobil Dave Gu? Apakah dia tidak makan bersama dengan Andreas Lu? Apakah dia ada pekerjaan lagi?

Tepat ketika Tiffanny Wen masih merasa bingung, mobil Andreas Lu perlahan-lahan berhenti di hadapan Tiffanny Wen, ketika melihat Tiffanny Wen yang terbengong, Andreas Lu menekan klaksonnya.

"Kenapa? Apa yang sedang kamu pikirkan sampai terbengong seperti itu?"

"Hah?" Tiffanny Wen tersadar, dia duduk di samping Andreas Lu, setelah mengenakan sabuk pengaman, dia menatap Andreas Lu dengan bingung.

"Tadi aku melihat Dave Gu pergi sambil mengendarai mobilnya, apakah dia tidak makan bersama kita?"

Andreas Lu mengangkat alisnya dan merasa sedikit depresi "Mengapa kita harus membawanya untuk makan malam? Atau apakah kamu tidak rela menjauh dari dia?"

Tiffanny Wen menatap kosong ke arah Andreas Lu, tidak mampu memahami nada asam yang tidak bisa dijelaskan dalam nada bicaranya.

Andreas Lu dengan tidak berdaya melirik Tiffanny Wen.

Ucapan kakak benar, tetapi sepertinya dia bukan kayu? Atau tidak lebih dari ikan kayu.....

Tiffanny Wen menatap sedikit ketidakberdayaan dalam mata Andreas Lu, hatinya semakin penasaran, apa yang sedang dia pikirkan......apakah dirinya mengatakan sesuatu yang salah?

Suasana di dalam mobil sangat canggung, Andreas Lu mengendarai mobil dengan diam dan kadang-kadang melirik Tiffanny Wen yang masih terlihat bingung, dia sedikit curiga apakah kayu ini pada akhirnya akan tumbuh bunga......

Novel Terkait

Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu