Precious Moment - Bab 318 Kalau Begitu Aku Akan Menggerakkan Mulut

Terhadap perkataan Andreas Lu, Tiffanny Wen hanya mendengung ringan, sedikit mengangkat kepalanya, lengkungan sudut mulutnya agak mengejek: "Hanya mendengar bir saja, kalau begini saja sudah bisa mabuk, Andreas Lu, konsumsi alkoholmu juga terlalu buruk. "

"Selain itu, jika kamu menyentuhku, aku sudah dimakan dan diseka hingga bersih olehmu beberapa kali, tidak takut tidak takut."

Berkata, Tiffanny Wen membuka bir dengan berani, lalu dengan lembut menabrak dengan Andreas Lu: "Ada apa? Apa jangan-jangan kapasitasmu untuk minuman keras benar-benar tidak bisa?"

Melihat Tiffanny Wen memprovokasi dirinya lagi dan lagi, Andreas Lu malah tidak marah, hanya tersenyum ringan, lalu membuka bir mengocoknya ke arah Tiffanny Wen, lengkungan mulutnya agak jahat, tapi kelembutan di matanya malah tidak bisa disembunyikan.

"Kalau begitu jika aku benar-benar menuangkan secangkir, kamu harus berhati-hati sedikit."

Tiffanny Wen menyesap sesuap bir, menatap Andreas Lu dengan sedikit ejekan: "Tidak apa-apa, lagian aku tidak begitu mudah mabuk, jika kamu sudah mabuk, aku akan memukulmu pingsan, melemparkanmu ke sofa lalu kabur. "

Andreas Lu menundukkan kepalanya dan tertawa, tapi tidak membantah apapun.

Dua puluh menit kemudian, bir Tiffanny Wen belum diminum setengahnya, sudah mulai memerah, muncul dua kemerahan di wajahnya, agak pusing bersandar di belakang sofa, pandangan matanya perlahan-lahan dilampirkan lapisan kabut air, telah muncul warna merah ceri yang ringan di kulitnya yang halus.

Andreas Lu tak tahan melihati terus, saat kehausan, sebuah api panas meloncat dari perut kecilnya. Sangat tidak mudah baru mengalihkan pandangannya dari badan Tiffanny Wen, mungkin untuk menyembunyikan sesuatu, wajah Andreas Lu sedikit dingin dalam sekejap, nadanya juga agak serius: "Masih mengatakan komsumsi alkoholnya bagus, sekaleng bir saja aku lihat kamu sudah akan tak sadar diri."

Tiffanny Wen merasa pusing, mengoyang dengan lembut, kemudian langsung mencondongkan tubuh ke samping, satu tangan memegangi kepalanya, lalu dengan tenang memandang Andreas Lu, tetapi hanya melihat seseorang sepertinya menghindari matanya secara sengaja atau tidak sengaja, dan wajah dingin itu sepertinya ada sesuatu yang agak terasa canggung.

Tiffanny Wen terkekeh, kemudian tubuhnya sedikit maju ke depan, menatap Andreas Lu, melihat pantulan di dalam padangan mata penuh dengan diri sendiri, senyuman di wajah Tiffanny Wen semakin besar: "Andreas Lu, kamu jangan-jangan malu ya?"

Melihat mata seseorang tampak muncul sedikit rasa kesal, Tiffanny Wen dengan cepat menjauhkan jarak darinya, duduk di sofa yang di sisi lain, menyeringai: "Sepertinya tebakanku benar."

Melihati Tiffanny Wen saat ini seperti seorang anak kecil yang mengetahui sebuah rahasia besar saja, ekspresi wajahnya sangat bahagia, Andreas Lu memegang dahinya dengan sedikit tak berdaya, dia tidak tersangka Tiffanny Wen minum begitu buruk, buruk ya lupakan saja, IQ yang sedikit dari seluruh orangnya sekejap langsung keluar.

Setelah menyeringai beberapa saat, Tiffanny Wen akhirnya berhenti, menatap Andreas Lu yang berada tidak jauh dari situ, kepala sedikit dimiringkan, matanya sedikit menyeringai yang seperti setan kecil.

Andreas Lu memandang Tiffanny Wen tanpa berkata-kata, wajahnya penuh dengan tulisan, "Cepatan tanya, cepat tanya aku", menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya, tidak tau kenapa, dia pertama kali merasa sedang membawa anak.

Melihat cahaya pandangan Tiffanny Wen semakin lama semakin memanas, Andreas Lu akhirnya terkalahkan, mengangkat alisnya dengan ringan, melihati Tiffanny Wen seperti melihat orang bodoh saja: "Kamu kenapa lagi?"

Melihat Andreas Lu akhirnya bekerja sama, Tiffanny Wen tersenyum bodoh lagi, tetapi matanya malah sangat cerah: "Andreas Lu, kamu menyukaiku bukan."

Dengan ucapan tiba-tiba, tangan Andreas Lu bergetar sedikit, lalu segera kembali normal, meletakkan kaleng bir, Andreas Lu bangkit, berjalan perlahan ke arah Tiffanny Wen, mungkin cahaya di matanya terlalu jahat, Tiffanny Wen menyusut kembali dengan tanpa sadar.

Tapi dia ada di atas sofa, seberapa menyusut pun juga, di belakangnya semua sandaran, tidak ada gunanya sama sekali, akhirnya dengan mudah ditahan oleh Andreas Lu, satu tangan menahan di sandaran belakang, langsung berhasil menutup semua jalan keluar Tiffanny Wen.

Tangan satunya lagi malah menaiki kepala Tiffanny Wen dengan lembut, memaksanya untuk menatap dengan dirinya, Andreas Lu mencondongkan badan sedikit, Tiffanny Wen melihat wajah Andreas Lu terus menerus membesar di depan matanya, tanpa sadar menutup matanya, pernapasannya juga melewatkan beberapa detak napas, tetapi setelah menunggu lama tetap tidak ketunggu ciuman yang dipikirkan.

Terus-menerus merasakan nafas hangat menyebar di wajahnya, membawa sedikit bau nafas bir yang ringan, tapi aku masih tidak bisa menutupi bau Cologne yang kukenal, dua macam kompatibel, tidak tau kenapa, tapi Tiffanny Wen malah merasakan semacam godaan yang aneh.

Dengan takut membuka matanya, tak salah di duga yang tersambut dalam matanya adalah sepasang pupil yang dalam yang dapat menyerap jiwanya itu, Tiffanny Wen dengan benggong melihati dirinya yang terpantul di pupil, pupil berwarna coklat muda itu, seperti seekor rusa kecil yang ketakutan, menggigil, tetapi di dalam Bima Sakti yang hitam malah penuh dengan ejekan, masih ada sedikit godaan, di kedalaman, ternyata adalah kelembutan kental yang tak dapat meleleh.

Mungkin dirinya sudah tau jawabannya dari awal, tapi, hanya tidak ingin mengetahuilebih jelas saja.

Saat Tiffanny Wen perlahan-lahan hilang kesadaran dalam pupil gelap itu, suaranya yang rendah, membawa senyuman ejekan yang tebal dan menariknya kembali ke dunia nyata: "Apa yang tadi kamu harapkan?"

Wajah merah Tiffanny Wen yang pada mulanya karena mabuk sekejap langsung lebih merah lagi, tanpa sadar memiringkan kepala, terlepas dari cengkeraman seseorang, namun sedetik berikutnya dia mengunakan ‘mulut harimau’ menatah dagunya, memindahkannya kembali.

"Kenapa? Merasa bersalah? Terhadap pertanyaanmu tadi, menurutmu, apa aku masih perlu menjawabnya?"

Berkata, Andreas Lu masih memegang wajah Tiffanny Wen dengan rasa kesenangan tidak baik, menatap Tiffanny Wen yang dipegang sampai mencibir oleh dirinya sendiri, Andreas Lu sesaat tidak bisa menahan dan tertawa.

Tiffanny Wen memelototi Andreas Lu dengan dengki, memperingatkannya untuk tidak memegang lagi, tetapi seseorang jelas tidak akan peduli, malahan tampaknya memegang sampai terasa menarik.

Tiffanny Wen benar-benar tidak bisa menyingkirkannya, hanya dengan samar-samar membantahnya: "Orang bijak hanya menggerakkan mulut, tidak main tangan!"

Mata Andreas Lu menunjukkan jejak kejahatan: "Baiklah, kalau begitu aku akan menggerakkan mulutku."

Selesai bicara, di saat Tiffanny Wen masih belum sempat bereaksi, Andreas Lu langsung menciumnya dengan kurang ajar.

Tiffanny Wen merasakan dua kehangatan dioleskan ke bibirnya, kemudian dipikirannya berbunyi boom, seolah-olah ada sesuatu yang tiba-tiba terputus, bahkan nafas pun lupa.

Beberapa detik kemudian, kesadaraan Tiffanny Wen muncul, hanya menyadari Andreas Lu sudah menaklukkan tembok kotanya, mulai memintanya tanpa perundungan.

Tiffanny Wen tanpa sadar mulai menanggapi Andreas Lu, dalam kecanggungannya masih ada sedikit malu, tapi merasa malu inilah, malah membangkitkan serangan Andreas Lu yang lebih kejam.

Merasakan keinginan Andreas Lu yang semakin lama semakin keras, napasan yang dihembuskannya juga menjadi lebih panas, melihat mata Andreas Lu yang sudah mulai merah, Tiffanny Wen juga merasakan dirinya semakin lama semakin panas, mengetahui kalau meneruskannya begitu mungkin tidak dapat menahannya, lali menggigi bibir Andreas Lu lagi.

"Aduh"

Rasa kesakitan membuat Andreas Lu langsung memulihkan kewarasannya, sekejap lansung melepaskan Tiffanny Wen, merasakan kesakitan yang tak tertahankan di bagian bawah tubuhnya, Andreas Lu tau jika bukan dia menghentikannya, kali ini benar-benar akan terjadi sesuatu.

Namun itu hal yang lain, Andreas Lu dengan lembut mengendap bibir bawahnya, tanpa bau karat yang dipikirkan, tetapi rasa sakitnya malah terasa sekali, harus dikatakan gigitan mulut Tiffanny Wen sangat terampil, rasa sakitnya jelas, tetapi tidak ada pendarahan juga.

Andreas Lu memandang Tiffanny Wen dengan sedikit tak berdaya, dalam matanya menyinari cahaya bahaya: "Tiffanny Wen, apakah kamu shio anjing?"

Karena tangan Andreas Lu masih menahan di atas sofa, jadi Tiffanny Wen dalams sesaat juga tidak bisa terlepas, hanya mengangguk kepala dengan lemah: "Betul, aku memang shio anjing."

Andreas Lu dibuat marah sampai tersenyum, menyipitkan mata dan melihatnya: "Kamu mengatakan sekali lagi?"

Tiffanny Wen menggelengkan kepalanya dengan diam-diam, menutup mulutnya, kemudian tanpa sengaja langsung melihat tenda tinggi Andreas Lu yang di bawahnya sekarang.

Tiffanny Wen tanpa sadar mengambil bantal kepala yang di samping dan menekannya ke situ: "Bajingan!!!”

Novel Terkait

Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu