Precious Moment - Bab 330 Jangan Tinggalkan Aku Sendiri

Tiffanny Wen membalikkan kepala, melihat wajah iseng Andreas Lu, dengan curiga bertanya: "mengapa, mengapa kamu begitu yakin?"

Andreas Lu tersenyum, lalu membalikan kepala menatap Tiffanny Wen, matanya bersinar, tetapi tidak terlihat maksud di dalamnya.

"Jawabanmu pasti aku, karena aku, kamu hanya dapat menyukaiku."

Kembali di goda oleh Andreas Lu, jantung Tiffanny Wen kembali bergetar, lalu mulai melompat dengan cepat.

"Huh, narsis, menyukaimu atau tidak masih tidak pasti, jangan terlalu cepat memutuskan."

Walaupun di mulut, Tiffanny Wen berkata seperti itu, tetapi di dalam tubuhnya Tiffanny Wen sangat jujur, walaupun sekarang wajahnya sangat tegang, terlihat marah, tetapi telinga nya yang memerah sudah memberitahu Andreas Lu kebenarannya.

"Lain di mulut lain di hati." Andreas Lu mengodanya, lalu dia tidak berbicara lagi.

Tiffanny Wen tetap berpura-pura marah, tetapi wajahnya yang merah tidak memperbolehkan dirinya berbohong lagi, melihat Andreas Lu tidak bereaksi, Tiffanny Wen meliriknya, dan terlihat orang tersebut sudah menutup matanya, napasnya mulai teratur, sepertinya sudah tidur.

Tiffanny Wen perlahan menggoyang-goyangkan tubuhnya, lalu berbicara dengan suara kecil: "hei hei, kamu sudah tidur?"

Andreas Lu tidak bereaksi, Tiffanny Wen masih tidak percaya, lalu dia menjurukan tangan dan mengelus kepala Andreas Lu, dia mengusap kepalanya. Sentuhan lembut di tangannya membuatnya ingin berhenti. Dia ingin menyatukan kedua tangan untuk mengubah rambut Andreas Lu menjadi berantakan, tetapi dia takut Andreas Lu akan mengambil kesempatan untuk membalas. Alhirnya Tiffanny Wen menahan dirinya.

Melihat bahu Andreas Lu yang lebar, Tiffanny Wen berkedip, dan akhirnya memiringkan kepalanya dan bersandar kebahunya.

Tiffanny Wen diam-diam memandangi bintang-bintang di langit. Karena dia tidak membawa ponselnya, dia tidak tahu sudah jam berapa ini. Yang dia tahu adalah bintang-bintang di langit tampak lebih cerah.

Tiffanny Wen terkekeh. Meskipun dia tidak yakin apakah orang yang berada di sisinya sudah benar-benar tertidur, dia mulai bergumam pada dirinya sendiri: "Andreas Lu, apakah kamu tahu? Pertama kali. Ketika aku melihatmu, aku benar-benar merasa bahwa kamu adalah seorang pemuda kaya yang tidak berperasaan, seperti gunung es yang bergerak, tanpa sedikitpun kehangatan, ganas dan jahat, dengan penghinaan dan kesombongan di matamu. "

"Tetapi setelah mengenalmu lebih lama, aku menyadari bahwa aku salah. Tidak perduli terhadapku atau nenek penjual barbequ di pinggir jalan, dan juga terhadap Valerie penjual bunga, sebenarnya kamu adalah orang yang lembut. ". "

"Tentu saja kecuali kamu yang bermuka tebal, sombong, nakal, dan lainnya, sebenarnya kamu adalah orang yang baik. "

"Pertama kali aku melihatmu di bandara, kamu membawa sekelompok orang dan datang dengan ganas, seperti bos geng. dan ketika menabark seorang anak kecil, sama sekali tidak ada rasa bersalah. Dan juga merobek buku catatanku, draft design yang telah aku buat selama setengah bulan semuanya sia-sia. Lalu masih menggunakan uang untung menghinaku, saat itu aku berpikir, sebenarnya aku sedang sesial apa hingga bertemu dengan orang sepertimu, benar-benar sial 8 keturunan.

Tiffanny Wen menghela nafas dengan emosional, memandang bulan, tersenyum bahagia, tersenyum dengan bahagia, tetapi dalam senyuman itu terdapat sedikit mencela diri sendiri: "Mungkin nasib memang mempermainkan orang, aku justru berkali-kali bertemu denganmu, hingga sekarang karena buku catatan aku pernah membalas dendam padamu, tetapi bisa di bilang kmau juga sudah membalas dendam."

“Aku ingin mengatakan bahwa kita adil, tapi sebenarnya aku selalu berhutang padamu.”

“Andreas Lu, aku merasa agak penasaran, kapan kamu mulai jatuh cinta padaku? Aku selalu berpikir, kamu selalu menggunakanku sebagai lelucon, atau mungkin aku mempunyai nilai guna untukmu, jadi kamu terus menerus membantuku, tapi sampai perkemahan yang terakhir kali, aku mungkin sudah benar-benar mulai mengerti semua ini. "

"Jika pasangan itu adalah kamu, maka mencoba bukanlah hal yang tidak mungkin."

Tiba-tiba, dia merasakan tangan yang memeluk bahunya bergetar, Tiffanny Wen penasaran dan mengangkat kepalanya melihat seseorang yang "sedang tidur nyenyak" itu, dia tersenyum, tetapi dia tidak langsung membongkarnya.

"Tetapi, aku belum mengangukan kepala lho, kamu masih harus terus berusaha."

Tiffanny Wen duduk, meninggalkan bahu Andreas Lu, dan mengunakan tangan pria itu sebagai bantal, perlahan dia menutup matanya: "mungkin, bertemu denganmu, bukanlah kesialan buatku, tetapi"

Perkataannya tidak selesai, Tiffanny Wen justru tertidur.

Andreas Lu menunggu, tetapi Tiffanny Wen tidak melanjutkan perkatannya, perlahan dia membuka matanya, melihat Tiffanny Wen, dan menemukan wanita itu sudah tidur.

Andreas Lu menaikan alisnya, mengulurkan tangan mencubit hidung TIffanny Wen, tetapi dia hanya mendengus ringan, mengerutkan kening, perlahan mengosok hidungnya, seperti sedang mengusir lalat.

Andreas Lu tertawa tak berdaya: "benar-benar seekor babi, tidur dengan sangat cepat."

Selesai berkata, Andreas Lu bangkit berdiri, menepuk-nepuk celananya, lalu dengan hati-hati membungkus tubuh Tiffanny Wen dengan selimut, dan megendongnya ke tenda.

Karena saat itu menyuruh pelayan toko yang memilih tenda, sehingga dia langsung mengambil tenda untuk dua orang, tetapi ketika mendirikan tendaTiffanny Wen tidak berkata apa-apa, Andreas Lu tentu saja tidak akan merasa tidak enak hati.

Andreas Lu mengendong Tiffanny Wen masuk kedalam tenda, melihat pakaian dan celananya banyak menempel daun-daun, Andreas lu dengan wajah tidak suka membantunya membersihkannya, lalu membuka selimut dan memasukan Tiffanny Wen ke dalam kantong tidur, lalu diam diam dia menutupi tubuhnya dengan selimut.

Setelah melakukan semua itu, Andreas Lu dengan tak berdaya menatap Tiffanny Wen yang masih tidur seperti seekor babi, dia mengelengkan kepala, lalu meletakan kantung tidurnya di sebelah, dan masuk kedalamnya.

Saat itu, Tiffanny Wen sepertinya mencium bau yang aneh, terkadang harum, terkadang kuat, tidak menentu, aneh tetapi juga sangat menenteramkan.

Tiffany Wen berada dalam kebingungan mengejar bau aneh ini, dan terus mengejarnya. Akhirnya, dia melihat cahaya di kegelapan yang tak berujung. Meskipun cahaya itu lemah, tapi cahaya itu sangat akrab dan hangat.

Entah mengapa, mata Tiffany Wen menajdi lembab dan penuh dengan kerinduan yang kuat dan juga terdapat kesedihan dan kepahitan yang telah lama tersimpan, dan saat ini seperti mendapatkan tempat untuk melampiaskannya dan semuanya meledak.

Air mata keluar dari matanya, melintasi pipinya, dan menguap dalam kegelapan. Dia terhuyung-huyung ke depan dan akhirnya melihat sumber cahaya. Dia adalah seorang wanita berbaju putih, terbungkus sepotong cahaya putih. Dia tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Tapi senyum lembutnya begitu akrab dan terukir dalam kerinduan pikirannya.

"Ibu!"

Tiffanny Wen berlari ke depan dengan gembira, tapi wanita itu menggelengkan kepalanya. Senyumannya masih lembut, tapi dia membalikan tubuhnya dan pergi. Tiffanny Wen dengan cepat mempercepat langkahnya, melihat bahwa dia akan segera menyusulnya, tepat saat dia hendak menyentuhnya, cahaya putih itu jatuh dan berubah menjadi pasir di tanah.

“Jangan pergi, jangan pergi, jangan tinggalkan aku sendiri”

Andreas Lu terbangun oleh suara tangisan Tiffanny Wen, dengan mengantuk dia membuka matanya dan melihatnya, dan terlihat wanita itu dengan mata tertutup, di antara kedua alisnya terlihat kesedihan, air matanya membasahi kantong tidur, seluruh tubuhnya bergetar.

"Aku mohon padamu jangan pergi"

Andreas Lu menghelakan napas dengan tak berdaya, hatinya brgetar: bila bukan bermimpi tentang sesuatu yang tidak baik, dirinya pasti seumur hidup tidak akan melihat sisi wanita ini yang begitu lemah.

Andreas Lu mengulurkan tangannya dan dengan lembut menyeka tetesan air mata dari sudut mata Tiffanny Wen.Ketika dia ingin menariknya kembali, tiba-tiba tangannya dipegang oleh Tiffanny Wen dan dipeluk erat.

"Jangan tinggalkan aku"

Andreas Lu tersenyum tak berdaya, karena Tiffanny Wen menggenggam tangannya dengan erat, tapi ini semua tak masalah, yang mengerikan adalah tanpa sadar wanita ini menggenggam tangannya seperti harta karun,dan meletakannya diletakkan di dadanya.

Merasakan kehangatan datang dari tangan kanannya.Andreas Lu mengambil beberapa nafas dalam-dalam sebelum perlahan-lahan menekan nafsu yang meningkat, dan dengan lembut menyentuh kepala Tiffanny Wen dengan tangan kirinya.

"Jangan khawatir, aku selalu berada di sini dan tidak akan pergi."

Novel Terkait

Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu