Precious Moment - Bab 309 Tidak Perlu Orang Lain Menjagaku

Nenek Lu biasanya suka minum teh dan berdoa pada Buddha di ruang minum teh, jadi Andreas Lu dan Tiffanny Wen tidak perlu pergi mencarinya, mereka langsung tahu Nenek ada di mana, begitu naik ke atas, Andreas Lu mengajak Tiffanny Wen berjalan ke ruang teh.

Mereka mengetuk pintu, tetapi tidak ada jawaban, Andreas Lu sedikit terkejut: "Nenek, aku dan Fanny masuk.”

Selesai berbicara, Andreas Lu menggandeng tangan Tiffanny Wen lalu saat ingin mendorong pintu, tiba-tiba pintunya terbuka, me;ihat sosok yang berdiri, Andreas Lu mengangkat alisnya dan berkata, "Ayah."

Tiffanny Wen tertegun, merasa sedikit tidak nyaman, bagaimanapun juga beberapa hari yang lalu, dia melukai Andreas Lu seperti itu, meskipun saat itu tidak ada Jason Lu, tapi sebagai Ayah Andreas Lu, tidak tahu apa dia akan menyalahkan dirinya atau tidak.

Melihat ini, Tiffanny Wen memandang Jason Lu dengan sedikit bersalah: "Paman"

Melihat Tiffanny Wen gelisah, bagaimana mungkin Jason Lu tidak bisa menebak apa yang dia pikirkan, dia mengulurkan tangannya dan menyentuh kepala Tiffanny Wen, sambil tersenyum ramah, dia berkata, "Tidak apa-apa. Karena Andreas memilihmu, dia harus menjagamu, jika dia tidak menyelamatkanmu, aku yang akan menghukumnya. "

Tiffanny Wen (Tiffanny Wen) memandang Jason Lu dengan bingung, dan entah kenapa melihat Hanson Wen, dia memang ayah yang baik ketika ibunya ada di sana.

Sekilas mata Tiffanny Wen menjadi suram, dia tersenyum pada Jason Lu, "Terima kasih, paman."

Meskipun dia tidak tahu mengapa dia harus berkata terima kasih kepada Jason Lu, mungkin itu karena sudah mengampuni dan menghiburnya, mungkin mengingatkan tentang apa namanya Cinta Ayah.

Dan diam-diam Andreas Lu melepaskan tangan Jason Lu yang berada di atas kepala Tiffanny Wen, lalu dengan tenang menatap Jason Lu: "Ayah, apa nenek ada di dalam?"

Mengapa Jason Lu tidak mengenal putranya, dengan sedikit tercengang, dia menggelengkan kepalanya : "Kamu ada di sini, nenekmu ada di dalam, dia sudah lama menunggumu, masuklah ke dalam."

Setelah berbicara, Jason Lu memberi jalan kepada mereka, saat Andreas Lu melewatinya, Jason Lu menepuk pelan bahu Andreas Lu, dan berkata dengan suara pelan, hanya mereka berdua yang bisa mendengarnya: "Karena kamu telah memilih, kamu harus mengenggamnya erat-erat, saat itu yang menentang adalah Kakekmu, sekarang Ibumu yang menentangmu.”

Samar-samar Andreas Lu memandang ayahnya, lalu menunjukkan senyum licik: "Kamu tidak perlu khawatir tentang ini, aku tahu punya cara sendiri."

Jason Lu terkekeh lalu pergi : “Kamu ini, saat itu benar-benar mirip denganku.”

Tiffanny Wen memandang Andreas Lu dengan ekspresi wajah ingin tahu, meskipun dia tahu, tidak baik ikut campur dengan masalah ayah dan anak, tapi tetap saja dia masih sedikit penasaran, sebenarnya apa yang dibicarakan Jason Lu dan Andreas Lu, sekarang suasana hati Andreas Lu terlihat lebih baik.

Ketika Andreas Lu menoleh, dia melihat Tiffanny Wen menatapnya dengan wajah penasaran, sambil tertawa kecil, dia mengulurkan tangan untuk membantu Tiffanny Wen merapikan rambut yang baru saja dielus oleh Ayahnya, lalu tanpa menjelaskan.apa-apa : "Ayo masuk, jangan buat nenek menunggu."

Tiffanny Wen penasaran dan ingin tahu, tetapi dia juga menyadari tahu bahwa ada beberapa hal yang tidak boleh ditanyakan, jadi dia mengangguk dan berjalan ke ruang teh.

Di ruang teh, karena saat keluar Jason Lu tidak menutup pintu dengan rapat, jadi sebagian besar, Nenek Lu juga mendengarkan percakapan mereka, melihat Tiffanny Wen dan Andreas Lu masuk, dia menggoda.mereka : "Hubungan kalian ini sangat mesra, Nenek mengira kalian akan pacaran di depan pintu.”

Tiffanny Wen tahu bahwa sebagian besar, Nenek salah paham, wajahnya memerah, tapi dia tidak tahu bagaimana menjelaskannya, jadi dia hanya berkata: "Nenek."

Tentu saja, saat ini reaksi nenek dan Andreas Lu ini tampak jahil, Andreas Lu tidak bisa menahan tawa kecil sebelum Tiffany Wen memberinya tatapan tajam.

Alis Andreas Lu sedikit terangkat, tetapi tetap mematuhinya, dan memilih untuk menahan tawanya.

Nenek bisa melihat dengan jelas semua gerakan kecil Andreas Lu dan Tiffanny Wen, matanya seperti terlihat sangat puas, dia mengenggam tangan kecil Tiffanny Wen, dia sangat menyukainya, melihat Tiffanny Wen berkata bahwa gelang dia akan memakai gelang itu, dia tersenyum lebar, walau ada kerutan di wajah, tapi tetap terlihat cantik.

"Baiklah, baiklah, aku tahu kalian ini masih pasangan muda yang masih kasmaran."

Tiffanny Wen memegangi dahinya, ingin mencoba menjelaskan, tetapi tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya, berdasar situasinya, jika dia menjelaskan juga, mungkin akan menjadi lebih kacau, jadi dia menolak untuk memberi penjelasan, dan juga menjelaskannya, Menurut situasi saat ini, semakin dia menjelaskan, semakin kacau dia jadinya, jadi Tiffanny Wen hanya menolak untuk menjelaskannya, dan sepertinya kata-kata Neneknya itu tidak ada maksud untuk menngucilkan.

Melihat wajah Tiffanny Wen mulai memanas lagi, Andreas Lu terkekeh dan memegang tangan Tiffanny Wen yang lain di bawah meja: "Baiklah, nenek, Fanny, jangan dipikirkan. "

Nenek tersenyum dan mengangguk: "Baiklah, baiklah, bagiklah, oh, kamu ini."

"Ngomong-ngomong, kalian tidak pergi bersama Stella?”

Tiffanny Wen memiringkan kepala, menatap nenek dengan ragu-ragu: "Kak Stella? Dia juga datang?"

Nenek sedikit penasaran karena reaksi Tiffanny Wen, dia langsung melihat ekspresi wajah Andreas Lu yang terlihat enggan, lalu dia angsung mengerti: "Andreas, Stella itu kakakmu, kenapa kamu tidak pamit padanya?”

"Jika bukan karena Nenek kangen Stella, kamu akan membuat dia tidak tahu seperti ini?”

Tiffanny Wen memandang Andreas Lu dengan wajah bertanya-tanya, dan akhirnya dia mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Pada saat ini, pintu ruang teh didorong seseorang, lalu Stella Lu masuk ke dalam dengan penuh emosi : "Itu benar, Andreas, kamu benar-benar menyakiti kakak, dan juga kamu Fanny, Andreas tidak memberi tahuku, kamu juga tidak mengatakan apa-apa.”

Stella Lu berjalan menghampiri Tiffanny Wen dan Andreas Lu, setelah sampai di belakang mereka, dia berdiri di antara keduanya, lalu lengannya melingkari leher mereka: "Aku tahu, kalian tidak mau aku menganggu kalian, tapi kalian menyembunyikan ini dariku, Kakak benar-benar merasa sedih.

Sambil mengatakan itu, leher Stella Lu mulai menegang, tetapi ketika sudah mengencang sampai batas tertentu, tiba-tiba cia mengendurkannya, dan kemudian duduk di samping mereka dengan ekspresi sedih dan marah, lalu dengan lembut mengibaskan rambut panjangnya, dia memiringkan kakinya, lalu emosinya mereda. Tentu saja, harus mengabaikan matanya yang kesal.

"Fanny, aku tidak menyangka mulai mengejar Andreas, aku benar-benar tidak tahu apakah aku harus sedih atau senang.

Andreas Lu menghela nafas dalam diam, Tiffanny Wen mengerti sedikit mengapa sebelumnya Andreas Lu tidak memberi tahu Stella Lu terlebih dulu, jadi dia membawanya untuk bertemu dengan neneknya.

Stella Lu sedikit terbatuk, lalu mengambil cangkir teh, lalu ketika sudah mengambil secangkir teh, karena ada Nenek, dia tidak berani meminumnya, hanya menghirupnya.

Melihat Stella Lu akhirnya tenang, nenek menggelengkan kepalanya tidak berdaya: "Stella, kamu juga terlihat seperti perempuan, suatu hari ada saatnya menjadi gila, kapan kamu akan membawa menantu untuk nenek. "

Stella Lu meletakkan cangkirnya, dan tahu jika sekarang Andreas Lu sudah mengajak Tiffanny Wen ke rumah, berarti keinginan Nenek agar dia menikah semakin besar.

"Nenek, untuk sementara waktu kamu tidak usah mengkhawatirkan hal ini, semuanya tergantung pada takdir, jika tidak ada yang mau, aku juga tidak perlu orang lain mengurusku, lagipula, darah Keluarga Lu bukanlah masih tanggung jawab Andreas Lu. ? "

Nenek menggelengkan kepalanya tidak berdaya, untuk sementara ini, tidak tahu harus berkata apa : "Wanita ya, lebih baik mencari jika membentuk keluarga sendiri, jika tidak, seorang diri akan terlalu melelahkan."

Stella Lu cemberut dan terlihat tidak bersalah : ”Nenek, aku hanya mencari takdirku, selain itu sekarang sudah jaman modern, sekarang sudah tidak sama lagi,”

Nenek menggelengkan kepalanya tidak berdaya, tidak tahu apa yang harus dia lakukan dengan cucu perempuannya.

Akhirnya setelah melihat nenek seperti ini, Stella Lu tidak mengajari lagi, Stella Lu langsung mulai genit sambil pada Nenek, sambil memegang tangannya,: “Nenek, ini sudah malam, aku datang untuk makan, dan sekarang sudah waktunya makan, ayo turun, kita makan dulu,” "

Cucunya ini, Nenek Lu sayang dan benci padanya, dia menggelengkan kepalanya, lalu perlahan berdiri dengan tongkatnya: "Ayo."

Secara tidak sadar, Tiffanny Wen mau ke depan ingin merangkul Nenek, tetapi tempatnya diambil Stella Lu, Stella mengedipkan mata padanya dan berkata, "Fanny, sudah lama aku tidak membantu nenek, kali ini biar aku saja, kamu temani saja Andreas, jika tidak, dia selalu merasa aku menganggun dunia kalian. "

Tiffanny Wen terlihat tidak bisa berkata apa-apa dengan sindiran ini, hanya melihat Stella Lu merangkul Neneknya keluar dari kamar.

Novel Terkait

Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu