Precious Moment - Bab 32 Wajah Asli

Di kamar privat hotel, Tiffanny Wen masih dikontrol oleh Yoel Qin. Dia merasa Tania Qin benar-benar gila. Bisa-bisanya mengambil ponselnya dan menelpon pada Andreas Lu.

Yang paling tidak dapat dipercaya adalah, Andreas Lu bahkan menyetujui.

Suasana hati Tiffanny Wen saat ini terasa sangat tegang.

Malah suasana hati Tania QIn dan Jessica Qin saat ini sangatlah senang. Mereka menatap Tiffanny Wen dengan sombong.

Terlebih lagi Jessica Qin, sangatlah senang. Bahkan mengeluarkan make-up dan menambahi dandanan, lalu bertanya pada Tania Qin dan Yoel Qin, "Ibu, kakak, lihat, cantik tidak."

"Cantik, cantik. Adikku terlihat cantik bagaimanapun."

"Iya, putriku sangat cantik. Jauh lebih cantik dari siapa itu."

"........." aku tidak tahu kenapa aku masih berada di sini.

Tiga orang itu terus memuji Jessica Qin. Yoel Qin karena sedang memuji Jessica Qin, jadi melepaskan Tiffanny Wen dan tidak ada yang mempedulikannya lagi.

Melihat tiga orang yang sangat senang itu, Tiffanny Wen tertawa dingin, "Karena tujuan kalian sudah tercapai, kalau begitu bukankah sudah bisa mengembalikan ponselku padaku dan membiarkanku pergi?"

Tania Qin berkata sombong, "Masih belum, tunggu CEO Lu datang dulu."

Beberapa saat kemudian, ponsel Tiffanny Wen berbunyi. Tania Qin melihat Dave Gu sudah menelpon kemari, dan dengan senang mengangkat panggilan, "Halo, Asisten Gu ...."

"Oh, halo, bibi. Direktur sudah sampai di hotel."

"Ok, ok, ok, kita akan turun menjemput CEO Lu. Yoel, kamu awasi dia, jangan biarkan dia kabur."

"Tenang saja, ibu. Aku pasti akan awasi dia baik-baik." Yoel Qin langsung berjanji.

Kemudian Tiffanny Wen melihat Tania Qin keluar membawa dua orang dengan cepat dari kamar.

Hanson Wen dan lain-lain melihat Andreas Lu yang sudah berada di depan pintu hotel.

Hari ini pria itu mengenakan kemeja putih, dasi biru corak garis-garis, dan luaran jas hitam. Paduan yang begitu cocok membuat pria itu terlihat tinggi dan berkharisma.

Hanson Wen segera menyapa pria itu. Mengetahui Hanson Wen adalah ayah Tiffanny Wen, Andreas Lu tetap menyapa dengan sopan.

Sedangkan Jessica Qin menghampiri pria itu dengan ramah, "Halo CEO Lu, aku adalah adik Tiffanny. Namaku Jessica. Waktu itu kita pernah bertemu, apa kamu masih ingat aku?"

Jessica Qin mengenalkan dirinya sendiri dengan sedikit malu.

Andreas Lu melihat sekilas ke arah Jessica Qin, tidak mempedulikan wanita itu dan bertanya, "Dimana Tiffanny?"

Dia melihat ke sekitar tapi tidak menemukan Tiffanny Wen.

Mendengar Andreas Lu bertanya tentang Tiffanny Wen, Tania Qin menjawab sekalian merendahkan Tiffanny Wen, "CEO Lu, jangan keberatan ya, anak itu sedikitpun tidak pengertian. Aku suruh dia datang dia juga tidak mau datang. Kita benar-benar tidak ada cara juga. Tidak seperti Jessica, yang patuh, pengertian, juga sangat cantik."

Mendengar perkataan merendahkan Tania Qin kepada Tiffanny Wen, wajah Andreas Lu masam, dan langsung berubah dingin.

Tania Qin masih tidak henti-hetinya memanas-manasi di samping, "Kalau ada tempat dimana Fanny salah, mohon kamu toleransi ya. Dulu dia sudah terbiasa dimanja, dan kurang pengertian ...."

Perkataan Tania Qin membuat Andreas Lu tertawa tapi tidak mengatakan apapun.

"Tolong paman antar jalan."

Hanson Wen berkata sendiri di depan, sementara Andreas Lu hanya menjawab singkat. Mereka berempat berjalan bersama-sama ke arah ruang privat.

Tiffanny Wen yang berada dalam kamar tidak mempedulikan apa-apa. Dia mengangkat ponsel dan mulai memainkannya. Yoel Qin melihat dia tidak ada maksud sedikitpun untuk kabur dan merasa terkejut.

"Kamu tidak ingin kabur?"

"Hehe, bukankah kamu sudah berjanji pada Tania untuk mengawasiku? Kalau aku pergi, bagaimana kamu mempertanggungjawabkannya?"

Yoel Qin dibuat tidak bisa berkata apa-apa oleh perkataan Tiffanny Wen, "Huh, baguslah kalau tidak ingin kabur!"

Tiffanny Wen tidak ingin mempedulikan pria itu, jadi terus memainkan ponsel.

Mendengar ada pergerakan di luar, Tiffanny Wen mematikan ponsel lalu berdiri.

Begitu masuk ke kamar, Andreas Lu langsung berjalan ke samping Tiffanny Wen, "Kamu ini makan bersama paman juga tidak memanggilku."

Suara lembutnya mengandung nada menyalahkan, tapi di dalamnya terdapat sedikit rasa sayang.

Tiffanny Wen tidak pernah mendengar perkataan selembut ini dan sedikit bingung. Apa yang pria itu lakukan?

Dia ingin bertanya, tapi Andreas Lu malah berkata rendah di samping telinganya, "Kamu lihat saja, jangan bicara."

Tiffanny Wen menangguk dengan bingung.

Tania Qin hanya mendengar Andreas Lu menyalahkan Tiffanny Wen, tidak ada nada sayang, jadi hatinya sangatlah puas.

Tania Qin pandai berakting. Dia berjalan ke tempat tidak jauh dari Andreas Lu, dan berkata dengan senyum lebar, "CEO Lu, kita semua adalah satu keluarga. Fanny tidak enak hati bicara denganmu, jadi baru menyuruhku menelpon. Kamu tidak keberatan 'kan."

"Benar, benar, benar. Kamu jangan marah. Cepat duduk, kita bicarakan sambil makan." Hanson Wen juga sekalian ikut bicara.

Tiffanny Wen awalnya ingin kabur di saat mereka tidak memperhatikan. Perkataan tadi hanya untuk membohongi Yoel Qin, tapi sekarang Andreas Lu benar-benar datang, dia juga tidak bisa pergi lagi, jadi terpaksa duduk saja.

Melihat Andreas Lu belum duduk tapi Tiffanny Wen duduk duluan, Hanson Wen tanpa sadar mulai menyalahkan, "Fanny, kenapa kamu tidak sopan sedikitpun! CEO Lu saja belum duduk, kenapa kamu duduk duluan. Cepat berdirilah!"

Tiffanny Wen menatapnya sekilas. Tidak bicara, juga tidak bergerak, hanya asyik memainkan ponsel.

"CEO Lu, maaf ya. Fanny telah terbiasa dimanjakan oleh aku dan ibunya, jadi sekarang baru ...."

"Jangan menjelekkan ibuku." mendengar kata ibu, Tiffanny Wen mengerutkan dahi dengan kesal.

Hanson Wen dibuat canggung oleh perkataan Tiffanny Wen, "CEO Lu, kamu lihat ini ..."

"Paman, tidak apa-apa. Bukankah wanita selalu dimanja? Malah bagus memiliki sikap seperti ini. Apalagi tidak ada yang berani mengatakan hal buruk tentang wanitaku ketika berada di luar."

Mendengar perkataan pria itu, Tiffanny Wen membelalakan mata pada Andreas Lu. Sejak kapan dia menjadi wanita pria itu?

Seperti menyadari tatapan Tiffanny Wen, Andreas Lu membalas menatapnya dengan tatapan 'percaya padaku'. Tiffanny Wen hanya bisa menahan kekesalan.

Ketika Tania Qin dan Jessica Qin mendengar perkataan itu, terlebih lagi Jessica Qin, dia mengepalkan tangannya erat dan sangatlah iri.

"Ha ... yang CEO Lu katakan benar. Ayo cepat duduk!"

Setelah menganggukan kepala, Andreas Lu duduk di samping Tiffanny Wen.

"CEO Lu, bagaimana bisa kamu duduk di sana. Cepat duduk di atas." kata Hanson Wen.

"Paman, tidak perlu. Paman adalah orang tua, seharusnya duduk di atas. Aku duduk di sini lumayan enak kok." Andreas Lu menjawab sambil tersenyum.

Hanson Wen juga tidak mengatakan apapun lagi, hanya duduk di kursi atas.

Setelah makanan sudah datang, Hanson Wen mulai menuangkan bir pada Andreas Lu. Semuanya membicarakan beragam topik. Ingin mendekatkan hubungan dengan Andreas Lu, hanya Tiffanny Wen saja yang tidak bicara.

Setelah beberapa putaran, Tania Qin mulai bicara, "CEO Lu, kamu lihat kita semua adalah keluarga. Hari ini memanggilmu datang karena ingin meminta bantuan kecil darimu."

Akhirnya menunjukkan wajah asli bukan. Tiffanny Wen mendengus dingin dan menatap Tania Qin dengan rendah.

Andreas Lu saat ini juga tertawa sinis dalam hati. Taktik kecil seperti ini, dia sudah tahu dari awal.

Melihat Hanson Wen yang masih bersulang bir dengannya, dia tahu kalau serigala belum berkumpul penuh ....

Novel Terkait

Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu