Precious Moment - Bab 391 Bangun

Andreas Lu duduk melamun di samping jendela, selain itu Tiffanny Wen baru saja keluar dari kamar mandi lalu melihat pemandangan ini. Tidak dapat dibilang, ternyata pria yang sedang serius terlihat berkharisma, gaya Andreas Lu sekarang menundukkan kepalanya melihat buku terlihat mempersona.

Tiffanny Wen berdeham, tetapi tetap tidak dapat menarik perhatian Andreas Lu, dengan putus asa membuka mulut berbicara: “Kak Andreas, ada apa? Kenapa melamun, hari sudah hampir malam, hari ini juga telah sibuk seharian, ayo kita tidur, sekarang aku sendiri terasa capek dan ngantuk.” Tiffanny Wen mendesah, diam-diam berbaring di tempat tidur yang besar.

Andreas Lu kemudian dipanggil kembali oleh Tiiffanny Wen yang tadinya jiwanya tidak tahu pergi kemana dia perginya. Mendengar Tiffanny Wen berkata capek, menunjukkan senyum yang tidak biasanya kepada Tiffanny Wen. Detak jantung Tiffanny Wen tidak dapat berhenti bergerak.

“Kak Andreas, apa yang kamu lakukan? Cepat tidur!” melihat Andreas Lu menatapnya dengan mata yang sangat hangat, Tiffanny Wen tidak dapat menahan panik. Dengan selimut tebal membungkus diriku erat-erat untuk menghindari tatapannya yang menyengat.

Tapi dia benar-benar meremehkan kekuatan tembus mata Andreas Lu dan sifatnya yang tidak tahu malu. Dia masih menatap Tiffanny Wen tanpa berkedip, tidak dapat memalingkan wajahnya sama sekali. “Fanny, berikan saja padaku, aku menginginkannya, kita juga sudah lama tidak memilikinya, bahkan sepasang tangan ini juga sudah bekerja keras, kamu tolonglah aku kali ini, bisakah?”

Andreas Lu berkata dengan memohon, dia dengan Tiffanny Wen telah lama tidak berhubungan. Setiap hari dia mencoba untuk menahan nafsunya sendiri, bahkan jika dia benar-benar tidak dapat menahannya, bahkan jika tidak bisa menahannya dia menggunakan tangannya sendiri untuk menyelesaikan..

Tetapi sekarang sangat jarang mendapatkan seseorang yang dicintai berada di depan sendiri, bagaimana Andreas Lu mengendalikan diri. Kedua matanya seakan ditutup, matanya telah dibutakan oleh nafsu, matanya menjadi merah karena nafsu keinginan.

Tidak dapat dibilang, Tiffanny Wen sendiri juga telah melunak, memang benar dirinya selama ini telah menyusahkan kak Andreas dan sekarang dirinya telah kembali, dan menjadi istri Andreas Lu, dirinya sendiri tidak ada alasan untuk menolak!

Diam-diam menganggukkan kepala, dirinya tidak menolak lagi, dan memutuskan masalah ini. Tetapi Andreas Lu sedang menunggu persetujuan dari Tiffanny Wen, tetapi Tiffanny Wen belum juga membuka mulut berkata, di dalam hatinya merasa kecewa, tapi dirinya tetap tidak ingin membuat Tiffanny Wen sedih, dengan sekuat menahan dirinya untuk pergi ke kamar mandi.

Melihat pemandangan ini Tiffanny Wen menggelengkan kepalanya, dasar si gila ini! Tetapi akhirnya dengan suara kecil berkata padanya. “Kamu mau pergi kemana si gila, aku telah menyetujuinya, kamu masih mau pergi ke kamar mandi?” Tiffanny Wen mengeluarkan senyuman nakal, tertawa di belakang banyangan Andreas Lu.

Andreas Lu dengan senang membalikkan badannya, seperti jatuh ke dalam ekstasi. Dengan satu tangannya memeluk Tiffanny Wen tidak berhenti berputar. “Benarkah? Fanny kamu menyetujuinya, kamu menyetujuinya.” Andreas Lu sangat senang, pada saat bersamaan tangannya tidak berhenti melepas baju Tiffanny Wen.

Melihat Andreas Lu yang tidak sabar, Tiffanny Wen tidak bisa menahan senyum tak berdaya. Kamu lihat kamu lihat, di otak pria dipenuhi oleh nafsu. Akhirnya berjuang untuk waktu yang lama, Andreas Lu baru selesai melucuti baju Tiffanny Wen.

Keduanya berpelukan dalam keadaan telanjang, Andreas Lu mengerang dengan nyaman, suaranya terdengar penuh nafsu, sangat menawan, untuk sementara waktu Tiffanny Wen mulai merasa tersentuh. Andreas Lu tidak berhenti mencium Tiffanny Wen menyesuaikan suasananya, setelah beberapa saat, keduany mulai terbakar api kasmara.

“Fanny, tidak bisa, aku tidak dapat menahan lagi, sekarang aku ingin masuk, mungkin akan sedikit terasa sakit, karena kita sudah lama tidak melakukannya, tetapi tidak masalah, sebentar saja sudah selesai, tidak perlu takut, aku akan memperhatikannya.” Andreas Lu sangat berkeringatan, bulir keringatnya tidak berhenti membasahi kasur, tetapi tetap mempertimbangkan perasaan Tiffany Wen.

Tiffanny Wen sedang memperbaiki suasana, tidak di sangka mendengar Andreas Lu berkata hal seperti itu, membuka matanya melihat wajah Andreas Lu, di dalam hatinya merasa terharu. Tanpa menunggu lalu menundukkan kepalanya, dan Andreas Lu juga tidak menunggu lagi, dengan segera menyatukan tubuhnya dengan tubuh Tiffanny Wen.

Setelah sekian lama tidak berhubungan badan, tubuh Tiffanny Wen terasa sempit, sangking sempitnya Andreas Lu asik mendesah, tidak beberapa lama kemudian pelampiasan pertama terjadi. Kegembiraan ini telah lama tidak dirasakan oleh Tiffanny Wen.

Untungnya, Andreas Lu telah kuat tidak seperti waktu lalu, dengan segera pelampiasan kedua terjadi, Tiffanny Wen yang asik memanggil menyerahkan dirinya. Hari semakin malam, sinar rembulan dengan malu menyinari mereka juga telah masuk kedalam awan. Dalam keadaan yang gelap, kedua orang yang berada di atas ranjang itu juga tidak bergerak, tidur lelap dengan tenang.

Keesokan harinya, setelah bangun melihat Tiffanny Wen yang berbaring tidur di sampingnya dengan tenang, wajah Andreas Lu terlihat penuh dengan kedamaian dan kemesraan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak tidur seperti ini, apakah merasa sangat bahagia dan mesra?

Dengan hati-hati dia membuka selimutnya, Andreas Lu turun dari ranjang, bersiap untuk turun dan membuat sarapan untuk Tiffanny Wen. Meskipun dia tidak memiliki keahlian dalam memasak, tetapi makanan biasa dia masih bias membuatnya. Setelah selesai memakai sandalnya lalu pergi mencuci wajahnya, Andreas Lu memulai proses pembuatan sarapannya.

Setelah melihat bahan-bahan untuk sarapannya, dia memutuskan untuk memasak bubur, lalu memanggang roti, menunggu setelah Fanny bangun baru pergi membeli mantao dan soya. Dengan pasti melakukannya, terlebih dahulu mencuci beras dan menaruhnya di dalam panci kecil, memasukkan air kedalam panci besar lalu menyolokkan steker, lalu mulai menyetel waktu memasak nasi.

Lalu memotong roti, memanggang beberapa potong roti. Andreas Lu menggunakan dua piring untuk menutup roti, takut jika saat Tiffanny Wen bangun nanti roti telah menjadi dingin. Menunggu hingga selesai lalu kembali kedalam kamar, ternyata benar, Tiffanny Wen masih tidur pulas!

Dengan hati-hati menepuk wajah Tiffanny Wen, Andreas Lu dengan pelan memanggil dia: “Fanny, bangunlah! Aku telah menyiapkan sarapan untuk kamu, jika kamu masih belum bangun makanan akan menjadi dingin,” Andreas Lu dengan lembut berkata, tetapi Tiffanny Wen tidak memperdulikan dia.

Andreas Lu tidak bisa tidak penuh dengan garis hitam, tetapi tetap dengan sabar memanggil dia. “Babi malas kecilku, cepatlah bangun, jika tidak bangun aku pukul pantat, matahari sangat tinggi, jika kamu masih belum bangun akan segera menyinari pantat mu.” Bolak-balik berkali-kali, akhirnya Tiffanny Wen telah bangun dari tidurnya.

Mengucek matanya, pandangan mata Tiffanny Wen yang masih kabur melihat Andreas Lu beberapa saat sampai sadar: “Kak Andreas, kenapa kamu bangun begitu pagi, apakah kamu tidak mengantuk? Aku sangat capek, aku ingin tidur.” Tiffanny Wen menggunakan selimut menutupi kepalanya, seperti anak kecil yang tidak ingin bangun. Andreas Lu menghembus nafasnya dengan tidak berdaya, hanya dapat terus membujuknya, bagaimana pun juga dia adalah istrinya, jika bukan dia yang memanjakan dia siapa lagi yang memanjakan dia.

Novel Terkait

Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu