Precious Moment - Bab 79 Gadis Jalanan Untuk Apa Berpura-pura Polos

Pria muda yang mencegat Tiffanny Wen itu tidak melihat tatapan dingin yang di berikan Tiffanny Wen, tatapan matany penuh dengan tamak, dia berkata kepada mereka berdua dengan senyum jahat, "Nona-nona, kalian buru-buru mangkal dimana?"

Dia bahkan mengulurkan tangannya dan mencubit dagu Tiffanny Wen ketika mengatakannya, Tiffanny Wen memalingkan wajahnya dengan dingin, menghindari jarinya.

Pria muda itu mengambil kembali tangannya dengan canggung, tetapi dia tidak marah, "Kucing liar kecil ini sungguh pemarah. Kalian tidak perlu berlari sejauh itu untuk ke tempat mangkal, kami tertarik pada kalian, ayo sebut harganya."

Tiffanny Wen menjaga pegawai magang yang gemetar karena syok untuk tetap di belakang tubuhnya, dan mengabaikan pria muda yang bicara di depannya ini, dan dia mengamati lingkungan sekitar dengan tenang, merencanakan cara kabur dari sana, apa daya, Tiffanny Wen tidak mengenal daerah ini, untuk sesaat dia tidak bisa memikirkan rencana kaburnya .

Melihat mereka berdua tidak juga merespon, pria muda itu mulai sedikit tidak sabar “Kalian, dua gadis jalanan ini untuk apa masih berpura-pura polos, atau tidak kita langsung ke rumahku, dan melayani kami, dan kami juga akan memberikan tips jika puas.”

pria muda itu sambil merangkulkan tangannya ke atas bahu Tiffanny Wen.

Tepat pada saat itu, tiba-tiba seorang bocah lelaki keluar dari kegelapan, dia membawa tiang bambu yang digunakan untuk menjemur pakaian dan memukuli dua pria muda itu.

Serangan yang tiba-tiba ini membuat kedua pria muda itu panik sejenak, karena mereka telah minum banyak alkohol, yang awalnya mereka sudah berjalan terhuyung-huyung, dan kemudian dengan mudahnya dipukul oleh bocah kecil itu, sehingga mereka jatuh ke tanah.

Ketika bocah laki-laki itu melihat kesempatan ini, dia dengan cepat membuang tiang jemuran, dan meraih tangan Tiffanny Wen lalu berlari, Tiffanny Wen yang di tarik tangannya oleh bocah lelaki itu meraih tangan pegawai magang, sehingga bocah lelaki itu menarik dua orang sekaligus dan berlari kencang.

Awalnya Tiffanny Wen merasa aneh ketika ditarik oleh bocah lelaki itu untuk berlari, tenaga anak kecil itu tidak cukup untuk menarik Tiffanny Wen untuk berlari, selain itu, Tiffanny Wen juga menarik pegawai magang yang bingung dengan keadaan ini, jadi meskipun anak kecil itu berusaha keras untuk menarik, mereka tidak akan bisa berlari jauh.

Sampai ketika kedua pria muda itu bangkit berdiri dan mulai mengejar mereka dengan sumpah serapah, Tiffanny Wen akhirnya paham bahwa bocah ini sedang membantu mereka, alhasil dia yang awalnya bingung menjadi sadar dan mengeluarkan tenaga untuk mendorong bocah itu supaya bisa berlari lebih kencang lagi.

Bocah lelaki itu menoleh melihat Tiffanny Wen tanpa berkata-kata, tetapi malah mendapati bahwa dua pria muda itu hampir menyusul mereka, dia mengeluh, dan bocah kecil itu membawa Tiffanny Wen berbelok tajam dan melompat ke dalam kegelapan.

Tiffanny Wen nyaris tidak bisa melihat bocah laki-laki itu memimpin mereka di sepanjang dinding dengan cahaya bulan yang samar, berganti sisi, adapun adegan ke bawah, hanya ada pemandangan gelap di mata Tiffanny Wen, bahkan punggung anak kecil itu tidak terlihat dengan jelas.

Tiffanny Wen mendadak takut jika bocah itu melepaskan tangannya dan meninggalkan mereka di tempat ini, dan mengeratkan pegangannya pada tangan bocah itu tanpa sadar, merasakan tangan di genggamannya sedikit gemetar, Tiffanny Wen mengerutkan alisnya, dia…… malu?

Mendengar suara tabrakan benda dan gemerisik kantong plastik, serta suara benda berat jatuh ke tanah dan memakian dari waktu ke waktu, Tiffanny Wen tahu bahwa jalannya tidak semulus yang dia kira, itu pasti anak laki-laki ini yang menjauhkan mereka dari hambatan itu, tetapi kemudian Tiffanny Wen menjadi penasaran lagi. Seberapa familiarnya dia dengan daerah ini untuk menghindari begitu banyak hambatan secara akurat di lingkungan yang gelap gulita?

Tepat ketika Tiffanny Wen di bawa belok ke kanan dan ke kiri tanpa henti di dalam kegelapan, menyebabkan dia tidak bisa lagi membedakan arah mata angin, bocah lelaki ini tiba-tiba membuka pintu halaman, kemudian membawa mereka masuk dan bersembunyi disana.

Saat mereka bersembunyi di dalam sana, mereka mendengar kedua pria muda yang lewat sambil memaki.

“Sial, apakah mereka siluman kucing? Dimana-mana gelap, aku melihat mereka berbelok ke sini, ayo cari di depan.”

Mendengar suara mereka yang menjauh, Tiffanny Wen dan anak kecil itu menghela nafas lega.

Kemudian bocah laki-laki itu berdiri dan meraba-raba dinding untuk sebentar, dan suara "klik" terdengar, Tiffanny Wen merasa bahwa dunia seketika menjadi terang.

Tiffanny Wen melihat-lihat halamannya yang kecil, yang hanya bisa digambarkan dengan kata menyedihkan, pagar tua, dinding yang berubah menjadi abu-abu, lampu redup tergantung di atas kepalanya, banyak jaring laba-laba, di sekelilingnya , halamannya lumayan bersih, dan sebatang pohon yang tidak diketahui pohon apa itu dan telah mati di sudut.

Setelah melihat-lihat halaman yang bobrok, Tiffanny Wen kembali menatap anak kecil di depannya, dia terlihat baru berusia 11 atau 12 tahun, rambutnya kusut, kulitnya kuning pucat, dan matanya agak cekung yang menguraikan garis matanya, tulang pipinya juga menonjol, dia kekurangan gizi, pakaian yang ia kenakan tidak cocok dengan tubuhnya, lengan baju dan kaki celana panjangnya diikat, dan walaupun sepatu itu pas, tetapi ada lubang besar di depan, dan jempol kakinya terbuka di luar dan bisa merasakan cahaya bulan.

“Terima kasih, kamu sudah membantu kami.” Pegawai magang tersenyum padanya dan berterima kasih.

Namun, Tiffanny Wen malah mengerutkan keningnya, dan menatap bocah lelaki itu dan berpikir keras.

Pegawai magang melihat Tiffanny Wen dan merasa bingung, kemudian dia bertanya “Kak Fanny, apa yang kamu pikirkan?”

Semakin Tiffanny Wen melihatnya, semakin dia merasa yakin bahwa bocah lelaki inilah yang mencuri tas nya, dia mengerutkan keningnya dan bertanya “Kamu adalah orang yang mencuri tas aku, kan?”

Anak kecil itu menunduk malu, dia menyembunyikan tangannya di balik punggung, dan setelah ragu sesaat, dia mengangguk “Iya……”

Pada saat itu, pegawai magang yang awalnya memasang wajah penuh senyum, seketika membelalakkan matanya dan menangkap tangan anak itu, kemudian berkata dengan marah “Bagus kamu ya, masih kecil sudah bisa mencopet, mau jadi apa ketika sudah besar nanti? Kamu juga sudah membuat kami lari sangat jauh, dan hampir dilecehkan.” Setelah emosinya yang menggebu-gebu, dia menoleh dan berkata kepada Tifffanny Wen “Kak Fanny, cepat telepon polisi untuk menangkapnya.”

Tiffanny Wen menatap pegawai magang yang bermuka tebal, dan menarik sudut bibirnya.

Tampaknya tadi kamu baru saja berterima kasih padanya, perubahanmu yang begitu cepat sangat mengejutkan.

Saat ini, bocah lelaki tersebut menatap pegawai magang dengan tatapan horor.

Kakak ini tadi masih baik-baik saja, mengapa cepat sekali berubah?

Tepat pada saat ini, pintu kamar kecil di belakang halaman terbuka dengan suara mencicit, dan seorang gadis kecil kurus keluar dari dalamnya sambil gemetar, dengan mata yang dalam, warna kulit pucat dan rambut panjang yang kusut tergerai di belakangnya.

Pegawai magang itu sangat ketakutan sehingga dia melepaskan tangan bocah itu dan bersembunyi di balik tubuh Tiffanny Wen.

Tiffanny Wen juga terkejut ketika dia melihat gadis kecil itu, tetapi ketika melihat gadis kecil itu berjalan beberapa langkah, dan kemudian dia berlutut di tanah dan batuk kesakitan sambil memegang pinut memegang pintu, hati Tiffanny Wen seketika penuh dengan rasa simpati.

Gadis kecil itu berhenti batuk dengan susah payah, dia menengadahkan kepala, dan pandangannya memandang Tiffanny Wen dengan tatapan memohon, kemudian berteriak dengan suara serak pada Tiffanny Wen “Aku mohon pada kalian, jangan tangkap kakakku.”

Bocah lelaki itu menghampiri adiknya dengan terburu-buru, dia mengkhawatirkannya dan berkata “Kamu kenapa keluar? Cepat masuk lagi dan berbaring di ranjang.”

Bocah lelaki itu ingin membantu gadis kecil tersebut bangkit berdiri, namun dia menggeleng, mendorong jauh tangan bocah lelaki itu dengan lemah, dan kembali memohon dengan suara serak pada Tiffanny Wen dan pegawai magang “Aku mohon, jangan tangkap kakakku, dia melakukan semua itu demi aku. Aku akan meminta maaf pada kalian atas perbuatannya.”

Gadis kecil itu ingin melepaskan pegangannya pada pintu dan berlutut memohon pada Tiffanny Wen dan pegawai magang, Tiffanny Wen segera menghampirinya dengan langkah besar, dan memegangi gadis kecil itu, mencegahnya berlutut.

Merasakan sentuhannya melalui pakaian tipis yang dipakainya, Tiffanny Wen merasakan sakit di hatinya, gadis kecil itu tampak seperti baru berusia sepuluh tahun, tetapi sudah merasakan begitu banyak penderitaan.

“Tidak apa-apa, jangan khawatir, kami tidak akan menangkap kakakmu, aku hanya datang mencari suatu benda yang ada di dalam tasku, kamu harus menuruti ucapan kakakmu, masuk dan kembali beristirahat.”

Gadis kecil itu menatap Tiffanny Wen setengah ragu.

Tiffanny Wen memberinya senyum ramah.

Gadis kecil itu berkata dengan suara serak pada Tiffanny Wen “Terima kasih, kakak.”

Dan menurut untuk masuk kembali ke rumah dibantu kakaknya.

Tiffanny Wen berdiri di halaman, memperhatikan kedua kakak-beradik ini dengan perasaan campur aduk.

Novel Terkait

Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu