Precious Moment - Bab 383 Dia adalah milikku

Ketika Andreas Lu dan Tiffanny Wen akhirnya sampai di rumah Keluarga Lu, baru saja memarkir mobil sudah tampak Rolls-Royce berwarna silver juga perlahan masuk ke dalam.

Jelas sekali wajah Andreas Lu jadi tampak muram, Tiffanny Wen tersenyum nakal ke Andreas Lu, “Jangan-jangan kamu datang ke sini tanpa memberitahu Kak Stella lagi?”

Baru saja selesai mengatakannya, tampak Stella Lu sudah selesai parkir, turun dari mobil, dan berjalan ke arah mereka dengan api membara, ekspresi wajahnya tampak menyalahkan : “Andreas, adik satu ini benar-benar, menculik Fanny pergi masih bisa dibiarkan, sekian hari tidak pulang ke rumah juga tidak aku ungkit lagi, sekarang kamu malah ingin diam-diam membawa Fanny pulang untuk melihat nenek tanpa beritahu aku lagi.”

Sekali datang Stella langsung merangkul lehernya dan mengucek rambutnya, “Kalau bukan nenek menelepon ke aku, sekarang pun aku masih tidak tahu apa-apa bagaikan dimasukkan ke dalam gendang, nanti suatu hari kalau misalnya aku mati sesak nafas di dalam gendang, hati-hati aku akan mencari kamu.”

Melihat air muka Andreas Lu semakin merah padam, memperkirakan dia sudah mau meledak, Stella Lu pun langsung pergi ke sebelah Tiffanny Wen, menggandeng tangannya, dan mulai mengoceh panjang lebar.

“Fanny, apakah beberapa hari ini Andreas ada membuli kamu?Kalau ada, beritahu aku, kalau pun aku tidak dapat membereskan dia, bukankah cukup beritahu ke nenek saja?”

Tiffanny Wen memandang muka merah padam Andreas Lu, kemudian tersenyum bagaikan iblis kecil ke Stella Lu : “Tidak, Kak Stella tenang saja, Andreas Lu kalau berani membuli aku, aku akan mengusirnya, dengan begitu satu bulan pun jangan harap bisa masuk rumah.”

Tentu saja Stella Lu tahu maksud Tiffanny Wen, “Tidak heran kamu ini adikku, bahkan lebih mengerti aku daripada adikku yang itu.

Tiffanny Wen juga mengangkat alis dengan senyum jahat : Tentu saja.

Melihat wajah adiknya sendiri yang semakin merah padam, Stella Lu langsung tertawa keras : “Fanny, kalau kamu mengusirnya, ingat telepon ke aku, jadi aku bisa sekalian kunci rumahku, biarkan Andreas menenangkan diri di hotel.”

Melihat dua orang tersebut yang tertawa terbahak-bahak, tatapan Andreas Lu penuh ketidakberdayaan, dirapikannya rambut yang diberantakan Stella Lu, merangkul Tiffanny Wen, juga sekalian melepaskan gandengan Stella Lu.

“Tiffanny Wen adalah milikku, kalau ingin mencari gandengan, cari sendiri sana.”

Usai bicara, Andreas lu langsung merangkul Tiffanny Wen masuk ke dalam rumah, meninggalkan Stella Lu di belakang.

Tapi Stella Lu bukan orang yang gampang diperlakukan begitu saja, dengan beberapa langkah ia menyusul ke depan dan menggandeng tangan Andreas Lu, serta mengangkat alis dengan santai di depan muka merah padamnya, “Fanny milik kamu, bagaimana pun juga kamu itu adikku, setidaknya juga termasuk milikku.”

Andreas Lu benar-benar tidak berdaya terhadap kakaknya ini, ditatapnya dengan tatapan dingin, nada bicaranya tampak sebal : “Lepaskan.”

Namun Stella Lu sama sekali tidak menghiraukannya, “Tidak kulepaskan, kalau aku gandeng Fanny ada seseorang yang cemburu, kalau menggandeng kamu, Fanny tidak cemburuan seperti kamu, jadi ini adalah pilihan terbaik.”

Andreas Lu mengerutkan dahi : “Terserah kamu.”

Tiffanny Wen memandang Andreas Lu dan Stella Lu, wajahnya berseri-seri, dengan meledek ia berkata : “Ternyata di dunia ini ada juga yang bisa menekan kamu.”

Di saat Tiffanny Wen mereka sedang berjalan masuk sambil bercanda, tidak ada yang menyadari sebuah mobil perlahan masuk dari gerbang di belakang mereka.

Meskipun Stella Lu menggandeng Andreas lu, tapi dia juga orang yang tahu batas, sampai di depan pintu dia melepaskan tangannya, kemudian berkata kepada Tiffanny Wen : “Fanny, semangat! Aku pergi cari nenek dulu.

Tiffanny Wen refleks menangkap maksud Stella Lu, senyumannya agak tidak berdaya, dia sungguh tidak tahu apakah memang dia dan Violet Shen ditakdirkan untuk tidak akur, setiap kali bertemu dirinya bagaikan bertemu dengan musuh, juga tidak tahu bagaimana Violet Shen bisa menyukai Melody Tsu yang begitu licik……

Melihat kemuraman di balik mata Tiffanny Wen, Andreas Lu juga mengerti apa yang dia pikirkan, ia menghentikan langkahnya, melepaskan tangan dari pinggangnya, kemudian meletakkannya di atas kepala Tiffanny Wen.

Melihat Andreas Lu tiba-tiba menghentikan langkah, ia menengadahkan kepala menatapnya dengan kebingungan, akhirnya pas bertatapan dengan sepasang mata yang lembut itu, ia tertegun : “Tidak masalah, ada aku di sini.”

Tiffanny Wen menatap bola mata yang hitam itu, rohnya yang tadi bagaikan akan jatuh ke dalam jurang langsung menunjukkan senyum penuh kepercayaan diri : “Tenang saja, kali ini aku juga tidak akan mundur.”

Saat Andreas Lu dan Tiffanny Wen bergandengan tangan memasuki rumah, memang ada sebuah tatapan dingin yang seketika tertuju ke Tiffanny Wen.

Tiffanny Wen sudah ada persiapan hati dengan tatapan tersebut, lagipula setiap kali datang ke rumah Keluarga Lu, yang pertama menyambutnya adalah tatapan dingin bercampur tidak puas itu.

Walaupun Tiffanny Wen tidak tahu kenapa Violet Shen begitu tidak menyukainya, tapi dia juga tahu, kalau dirinya benar-benar ingin bersama Andreas Lu, maka ibu Andreas Lu adalah salah satu tahap yang harus ia lewati.

Tapi berdasarkan sikap Andreas Lu, kalau Violet Shen tidak setuju, kemungkinan dia akan mengabaikan pendapat ibunya, namun Tiffanny Wen tidak ingin hubungan Andreas Lu dan ibunya menjadi kacau karena dia.

Bagaimana pun juga, setidaknya sekarang Andreas Lu masih dapat melihat ibunya.

Berpikir sampai di sini, Tiffanny Wen menarik nafas dalam-dalam, diam-diam ia menyemangati diri sendiri di dalam hati, kemudian menoleh dan tersenyum ke Violet Shen yang sedang duduk di sofa : “Halo bibi.”

Violet Shen seolah tertegun sebentar, kemudian tersenyum dingin : “Sekarang sudah tahu cari perhatian ke aku? Kuberitahu kamu, aku tidak akan setuju kamu masuk ke dalam Keluarga Lu! Aku tidak akan menyerahkan putra kesayangan aku ke kamu!”

Mendengar perkataan Violet Shen, senyuman Tiffanny Wen agak membeku, dia hanya ingin meninggalkan kesan baik, kenapa malah jadi dibilang cari perhatian?

Sudahlah, mungkin dirinya memang ditakdirkan tidak akur dengan ibu Andreas Lu, bisa jadi kalau dia tidak berbicara, masih menjaga sedikit ketenangan, sekali berbicara dengannya, kalau bukan dibilang membangkang, maka dibilang cari perhatian……benar-benar merepotkan……

Di saat Tiffanny Wen penuh keluh kesah di dalam hati, Jason Lu turun dari lantai atas, nada bicaranya agak menyalahkan : “Violet, bagaimana pun juga Fanny itu pilihan Andreas, sesekali percayalah dengan pilihan anak kita.”

Sambil bicara, Jason Lu datang ke arah Tiffanny Wen mereka.

“Ayah.”

“Paman Lu.”

Jason Lu menatap Tiffanny Wen dengan puas, serta mengangguk sambil tersenyum : “Fanny, kamu sudah berjerih payah.”

Tiffanny Wen keheranan, berjerih payah apa? Menghadapi ibu Andreas Lu? Memang agak berjerih payah. Serta, apakah tadi dirinya salah mendengar? Paman Lu tadi memanggilnya Fanny?

?? Apakah Paman Lu merasa begitu akrab dengan dirinya?

Dalam hatinya penuh kebingungan, tapi kesan Jason Lu untuk Tiffanny Wen masih termasuk baik, ia menggeleng sambil tersenyum : “Tidak jerih payah, Paman Lu, terima kasih atas perhatian paman.”

Jason Lu mengangguk sambil tersenyum, kemudian mengalihkan pandangan ke Andreas Lu, senyumnya penuh maksud : “Selera kamu bagus, kelak harus baik-baik bertanggung jawab kepada Fanny.”

Usai itu, Jason Lu juga diam-diam melirik ke Violet Shen yang di belakangnya, kemudian dengan volume suara yang hanya dapat didengar mereka bertiga, “Kalian hanya perlu membereskan pendirian ibumu sana, tapi aku netral.”

Andreas Lu menatap ayahnya, bibirnya menyunggingkan senyum lebar, tatapan matanya penuh kepercayaan diri, “Tenang saja ayah, aku sudah bertekad mau membawa Fanny masuk ke dalam Keluarga Lu.”

Jason Lu menepuk bahu Andreas Lu, senyuman di wajahnya bagaikan orang yang sudah sangat berpengalaman : “Kalau begitu kamu harus banyak berusaha.”

Setelah berbicara seperti itu, Jason Lu berjalan ke arah Violet Shen, “Violet……”

Bagaimana tadi Jason Lu berbisik ke Andreas Lu tentunya terlihat oleh Violet Shen, meskipun tidak tahu sebenarnya dia mengatakan apa, tapi dalam hatinya tetap merasa tidak nyaman, melihat sepertinya masih ada yang mau dikatakan Jason Lu, Violet Shen langsung menyela : “Apa panggil-panggil, bukankah sudah bilang kamu tidak ikut campur urusan Andreas?”

Jason Lu datang ke hadapan Violen Shen dengan senyuman lebar, lihat situasi sekarang benar-benar suami takut istri, sama sekali tidak ada yang bisa menebak kalau di dunia bisnis dia adalah tokoh yang ditakuti orang-orang.

“Violet, aku memang pernah berjanji tidak ikut campur urusan Andreas mereka, tapi Fanny benar-benar tidak seburuk yang kamu pikirkan……”

Violet Shen melototi Jason Lu dengan bengis, akhirnya Jason Lu menghela nafas tidak berdaya : “Iya iya iya, aku tidak bicara lagi, aku juga tidak ikut campur urusan ini lagi, baik?”

Violet Shen berdehem dingin, barulah akhirnya tidak mengomeli Jason Lu, sedangkan Jason Lu diam-diam mengangakt alis ke Andreas Lu, maksudnya adalah dia mau membantu tapi tidak bisa.

Andreas Lu juga mengangkat alisnya untuk merepon, kemudian membawa Tiffanny Wen naik ke lantai atas : “Kalau tidak apa-apa kita pergi melihat nenek dulu.”

Setelah beberapa langkah berjalan, merasa sudah lepas dari pandangan mata Violet Shen, Tiffanny Wen diam-diam mendekat ke telinga Andreas Lu, menyadari gerakan Tiffanny Wen, Andreas Lu pun memelankan jalannya, serta agak menundukkan kepala.

Tiffanny Wen berkata dengan suara kecil, “Ayah kamu lebih seru daripada kamu, sepertinya sifat dingin kamu didapat dari ibumu, aku merasa Kak Stella lebih mirip dengan paman Lu.”

Mendengar Tiffanny Wen hanya mengatakan sesuatu yang tidak bermanfaat, Andreas Lu meliriknya sambil tersenyum : “Mungkin iya.”

Sedangkan Violet yang masih duduk di sofa, pandangannya tidak lepas dari Andreas Lu dan Tiffanny Wen, melihat mereka malah berani-beraninya bermesraan di depan orang, ia berkata dengan dingin : “Lagipula nona Wen sekarang belum benar-benar menjadi anggota Keluarga Lu, tapi sering sekali datang ke rumah pihak pria, bukankah agak tidak pantas……”

Tiffanny Wen tertegun, ia menoleh melihat Violet Shen sedang menatapnya dengan suram, Tiffanny Wen dengan cerdasnya memilih untuk tidak berbicara.

Di saat ini pula, suara Nyonya Tua Lu terdengar dari lantai atas : “Kenapa, cucu angkatku mau datang melihat aku yang sudah tua ini juga tidak boleh?”

Andreas Lu mereka langsung berpaling, tampak Stella Lu sedang memapah Nyonya Tua Lu turun ke bawah : “Nenek, kamu pelan sedikit……”

Violet Shen : “Ibu, kamu……”

Namun belum sempat Violet Shen melanjutkan ucapannya, sudah disela oleh Andreas Lu dengan berwibawa : “Cepat atau lambat Fanny akan menjadi anggota keluarga kita, sekarang bawa dia pulang juga agar bisa saling mengenal lebih dekat saja.”

Satu kalimat itu membuat Violet Shen tidak dapat berkata apa-apa, sedangkan nenek tertawa senang : “hahaha, bagus, memang kamu ini anak Jason, punya sifat yang sama seperti dia dulu.”

“Ini adalah pilihan kamu, tentu saja nenek mendukung kamu sepenuhnya, apalagi nenek juga memang suka sekali dengan anak ini. Nak, jadi cucu angkat nenek, apakah kamu bersedia?”

Tadinya Tiffanny Wen masih sempat tertegun sebentar saat mendengar nenek bilang dia adalah cucu angkatnya, tapi sekarang ia gembira sekali, sambil tersenyum ia mengangguk : “Asalkan nenek suka, aku bersedia selalu menjadi cucu nenek.”

Nenek Lu berjalan ke hadapan Tiffanny Wen dengan berseri-seri, melihat gelang giok tersebut masih dipakai di tangannya ia menganggukkan kepala, digandengnya tangan Tiffanny Wen : “Jadi cucu tentu saja bagus, tapi nenek akan lebih suka kalau suatu hari nanti kamu bisa jadi cucu menantu nenek.”

Telinga Tiffanny Wen mulai memerah, dipandangnya Andreas Lu sekilas, kemudian menjawab dengan mengikuti nada bicara Andreas Lu tadi, “Tenang saja, itu hanya masalah waktu.”

Mendengar jawaban Tiffanny Wen, nenek tentu saja mengerti, diusapnya kepala Tiffanny Wen sambil tertawa : “Haha, anak ini, sungguh, semakin dilihat semakin suka.”

Andreas Lu juga tidak menduga Tiffanny Wen akan menjawab seperti itu, ia tertegun, kemudian dengan cepat tatapannya melembut, senyuman di bibirnya juga penuh kasih sayang, dia diam berdiri begitu saja di belakang Tiffanny Wen, memandangi dia dan nenek berbicara dengan bahagia.

Violet Shen menyadari perubahan eskpresi Andreas Lu, sebagai ibu Andreas Lu, tentu saja dia sangat memahami Andreas Lu, dari kecil sampai dewasa, Andreas Lu tidak pernah menunjukkan ekspresi demikian.

Violet Shen menatap Tiffanny Wen dengan ekspresi rumit, kali ini dia agak meragukan pilihannya sendiri……

Novel Terkait

Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu