Precious Moment - Bab 61 Istimewa

"Presiden Lu, tolong jangan ganggu aku, nanti bisa mengganggu pikiranku, lalu tidak ada lagi inspirasi, lalu tidak bisa menyerahkan rancangan desain itu, aku tidak mau tahu lagi."

Andreas Lu menggosok hidungnya saat mendengar ancaman itu.

Sudah tumbuh begitu besar, tapi sebelumnya tidak pernah melihat ada orang yang berani mengancamku. Kamu ini benar-benar seorang wanita yang punya nyali.

Setelah semuanya selesai, aku akan melakukan perhitungan denganmu.

Andreas Lu menggantung senyum jahat iblis di sudut mulutnya, ia berdiri lalu melangkahkan kaki panjangnya keluar.

Setelah Andreas Lu pergi, Tiffanny Wen terus memandangi kertas itu selama hampir setengah jam, tetapi ia tetap merasa otaknya masih saja kosong.

"Ah! Sama sekali tidak ada ide! Andreas Lu! Kamu membuatku berantakan!"

Setelah menggila beberapa saat, Tiffanny Wen tertelungkup di atas meja dengan lemah, tatapan matanya kosong.

"Benar-benar tidak ada ide.... Atau, saat akhir pekan nanti tiba, pergi dulu untuk mencari angin.... Mencari inspirasi, kalau tidak, nanti otak ini akan berjamur."

……

Akhir pekan pun tiba.

Tiffanny Wen pergi ke pantai sendirian untuk menjernihkan pikirannya.

Karena cuacanya tidak terlalu panas, ada banyak orang di pantai.

Tiffanny Wen perlahan melepas sepatu dan melangkah tanpa alas kaki di pinggir pantai.

Pasir halus, bergulung perlahan di telapak kaki, sedikit gatal, tapi sangat lembut, membuat kaki terasa nyaman.

Ombak menggulung dan menampar kakinya, membuat kabut batin Tiffanny Wen menghilang banyak.

Dengan senyum kecil di bibirnya, Tiffanny Wen berjalan perlahan di sepanjang garis pantai.

Angin meniup rambutnya yang panjang, mengibarkan roknya seiring langkah kakinya.

Pemandangan ini di mata orang lain sungguh menakjubkan.

Kebetulan ada seorang fotografer berdiri tidak jauh darinya.

Melihat pemandangan ini, dia secara tidak sadar mengarahkan kameranya ke arah Tiffanny Wen.

Setelah bunyi klik berbunyi, Tiffanny Wen menatapnya dengan ekspresi bingung.

Fotografer muda itu sedikit malu dan berkata, "Itu, Nona, maaf, aku mengambil fotomu tanpa izin, tapi... Kamu begitu cantik tadi, kuharap kamu tidak keberatan."

Tiffanny Wen sedikit malu tiba-tiba dipuji seperti ini.

"Tidak apa-apa, tapi lain kali aku harap bisa izin dulu padaku kalau mau memotretku, dan... Foto-foto yang tadi, kalau sudah dicuci, bisakah dikirimkan kepadaku?"

"Tentu saja."

Ucap fotografer muda itu dengan antusias, kemudian meminta informasi kontak kepada Tiffanny Wen.

Setelah Tiffanny Wen memberinya, ia pun cepat-cepat pergi.

Pada saat ini, tidak jauh dari Tiffanny Wen, seorang kru film sedang syuting iklan.

Iklan ini berisi tentang promosi liburan di pantai. Pemeran utama dari iklan tersebut adalah Wenny Zhou dan Selena Qin, tetapi untuk menyoroti suasana yang semarak, ada juga beberapa model iklan lainnya di sekitarnya.

Jika Tiffanny Wen memperhatikannya, maka ia juga akan mendapati Jessica Qin ada di antara para model itu.

Pada saat ini, Yoel Qin juga berada di kerumunan model itu, dengan mata keranjangnya, tiada hentinya terus menyapu beberapa model iklan pendukung itu, untuk memilih salah satunya.

Dan di sampingnya, ada tiga teman dekatnya yang sedang mengobrol dan tertawa. Beberapa orang itu memiliki bisnis kecil, mereka tahu sekarang Yoel Qin sudah menjadi bagian dari Keluarga Wen, oleh karena itu mereka sengaja bergaul dengannya, ditambah karena adik Yoel Qin juga merupakan seorang model kecil.

Meskipun mereka tidak bisa menggaet model-model besar dari baris pertama, mereka masih bisa menggaet banyak model-model kecil yang tercampur dalam baris kedelapan belas, sehingga secara perlahan ia bisa mendapatkan sensasi yang sama.

Salah satu dari mereka, Adrian Liu, ia berjalan menghampiri Yoel Qin, lalu menyikunya. "Kak Yoel, kamu baik sekali kepada adikmu, kamu datang untuk melihatnya."

"Hum, untuk apa melihatnya, aku sudah melihatnya dari kecil sampai besar." Yoel Qin tersenyum menghina, "Kamu pikir aku tidak tahu keplayboyanmu, tapi caramu berbicara lumayan bagus."

Adrian Lu menggosok tangannya, "Ya, sangat disayangkan. Aku rasa, itu yang pakai bikin bergaris kuning juga lumayan."

"Tidak, kupikir yang itu juga lumayan, berombak, cukup."

Tanpa sadar, Yoel Qin pun mengobrol dengan ketiga playboy itu...

"Wenny Zhou, bersandar ke kiri lagi, angkat kepala, tersenyum! Perhatikan senyummu!"

"Selena Qin perhatikan kamera, unjuk gigi, unjuk gigi, oke."

Pengambilan video sedang berlangsung, sutradara berkeliaran di sekitar venue, memegang toa kecil sambil berteriak.

"Itu siapa! Ya kamu! Kamu keluar sedikit! Jangan ambil posisi pemeran utama! Dan yang di sebelah kiri! Senyum apa kamu! Kamu itu seperti sedang sembelit! Senyum! Mengerti tidak! Berikan aku senyum yang cerah!"

Sutradara berjalan di depan Jessica Qin dengan sangat keras dan melukis "senyum" dengan kedua tangannya.

"Senyum, senyum apa itu, senyum yang kamu tunjukkan itu bisa membuat orang lain menertawakanmu."

Jessica Qin pun cemberut.

“Gendut, senyummu seperti sedang sembelit! Kamu itu seperti sedang menakuti anak kecil! Lemak lemak, Jessica Qin ayo berikan senyum yang cemerlang.”

"Sudah sudah sudah, seperti ini, nah."

"Cut!"

Sutradara bertepuk tangan dan berteriak ke para model di depannya, "Yang ini sudah selesai! Semuanya istirahat dulu! Rilekskan otot-otot wajah kalian! Perbaiki riasan wajah kalian! Perhatikan ganti baju! Nanti kita lanjut lagi!"

Novel Terkait

I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu