Precious Moment - Bab 80 Saudara Yang Serasi

Tiffanny Wen berdiri dalam diam di halaman, melihat bocah lelaki itu yang membantu adiknya masuk kembali ke rumah,mengecup keningnya setelah menyelimutinya dengan pelan lalu berjingkat-jingkat keluar dari gubuk, kemudian mentutup pintu tua dengan perlahan.

Tiffanny Wen melihat segalanya dengan matanya, dan sangat tersentuh, dia tidak kuasa untuk iri bahwa gadis kecil itu memiliki kakak yang begitu lembut.

Ketika bocah lelaki itu sampai di hadapan Tiffanny Wen, dia menundukkan kepalanya menatap jempol kakinya yang tertiup angin dingin.

Tiffanny Wen tertawa melihat bocah lelaki yang menunduk di hadapannya sudah tahu bahwa perbuatannya salah, dia berkata dengan nada yang melembut “Sudah, jangan menunduk lagi, aku tidak menyalahkan kamu, kembalikan saja barangku.”

Bocah lelaki itu mendongak dengan gembira, dan matanya penuh keterkejutan, dia cepat-cepat berlari ke ruangan lain yang ada samping, mengeluarkan tas Tiffanny Wen dan mengembalikannya, dan sekalian mengeluarkan dua bangku kayu untuk mempersilahkan mereka duduk, tetapi dirinya sendiri malah duduk di tanah.

Tiffanny Wen membuka tas dan mencari-cari, dan menghela nafas lega ketika mendapati bahwa fotonya dengan ibunya masih ada, setelah menyimpan kembali foto itu, Tiffanny Wen menoleh pada bocah lelaki yang ketakutan itu, Tiffanny Wen tertawa ringan dan berkata dengan lembut “Apa yang terjadi dengan kalian?”

Ketika bocah laki-laki itu mendengar pertanyaan ini, tubuhnya jelas menjadi kaku, dan kemudian wajahnya dipenuhi dengan kesedihan.

Tiffanny Wen menyadari mungkin dia telah bertanya hal yang tidah seharusnya ditanyakan, kemudian buru-buru menambahkan “Kalau aku menanyakan hal yang tidak ingin kamu ingat lagi, aku minta maaf.”

Bocah laki-laki itu sedikit menggelengkan kepalanya, menatap ubin lantai di depannya dan mengingat sesuatu, dan berkata perlahan, “Namaku Finley, adikku bernama Yunia. Tubuh Yunia sangat lemah dan sakit-sakitan, sedangkan ayahku malah suka mabuk-mabukan, dia selalu memukuli ibuku jika sedang mabuk, aku dan Yunia hanya bisa bersembunyi di ruang samping. 3 bulan yang lalu, ibuku akhirnya tidak kuat lagi, dia pergi meninggalkan aku dan Yunia, dia berkata akan pergi membeli sayur, namun tidak pernah kembali. Sejak saat itu emosi ayahku semakin meledak-ledak, dan mulai memecahkan barang-barang. Aku dan Yunia tidak berani pulang ke rumah, para tetangga membantu kami mencarikan tempat dengan biaya sewa yang murah ini, aku membayar biaya sewa dengan semua uang yang ditinggalkan ibuku, aku dan Yunia mulai jarang makan, dan penyakit Yunia kambuh lagi, tapi aku tidak mempunyai uang untuk memeriksakannya ke rumah sakit, dan selalu menundanya. 1 bulan yang lalu, aku dengar ayahku masuk penjara, lalu aku pulang ke rumah dan berpikir bisa membawa Yunia pulang bersamaku, tapi ternyata ayahku sudah menggadaikan rumahnya pada orang lain, perabotan rumah tangga dia banting, dan ada yang dijual, aku hanya bisa mengambil beberapa pakaian ayahku dan selimut.” Finley menyesap bibirnya dan berusaha keras menahan air matanya “Ternyata kakek tetangga sering datang untuk mengantarkan makanan dan meninggalkan sedikit uang, dan membuat aku dan Yunia menghemat pengeluaran, tapi setelah ayahku dipenjara, anak-anak kakek tetangga menjemputnya pergi, dan juga menjual rumahnya. Sekarang tabungan kami sudah habis, sewa rumah juga sudah sampai saatnya untuk membayar, aku mendapatkan ide ini karena putus asa…… dan bertemu dengan kakak……”

Suara Finley semakin mengecil ketika menceritakanya, dan sampai akhirnya suaranya hilang, dia membungkuk, wajahnya terkubur di antara kedua lututnya, bahunya sedikit bergetar.

Tiffanny Wen sedikit mengernyit dan memandang Finley menangis diam-diam, tatapannya penuh dengan belas kasihan, dia meletakkan tangannya di punggung Finley dan membelainya perlahan, seperti ketika dia menangis saat kecil, mamanya akan menghibur dirinya dalam diam.

Merasakan tulang belakang di punggung Finley, sesuatu yang menonjol, dan tulang rusuk yang terlihat jelas, Tiffanny Wen merasakan jantungnya langsung mengalami penyumbatan.

Mata Tiffanny Wen sedikit menyipit, seolah dia telah mengambil sebuah keputusan, matanya berkedip dengan tegas. Tiffanny Wen berkata kepada Finley yang mulai tenang dari isakannya, "Finley, bawa Yunia keluar, Aku akan mengantar kalian ke dokter."

Finley yang baru menghentikan isakannya, menoleh dengan aneh dan menatap Tiffanny Wen dengan heran dan berkata, "Apakah kakak serius?"

Tiffanny Wen tertawa dan menggodanya “Kalau kamu tidak segera pergi, aku akan berubah pikiran.”

Melihat tatapan tegas Tiffanny Wen, Finley percaya Tiffanny Wen tidak akan membohonginya, dan berterima kasih dengan sangat antusias “Terima kasih kak, aku dan Yunia akan selalu mengingat kebaikanmu.”

Setelah mengatakannya, dia berlari secepat kilat ke kamar Yunia.

Memikirkan tubuh Yunia yang lemah, ketika Finley sudah menggendongnya sampai ke tepi jalan, Tiffanny Wen langsung mencegat taksi dan menuju rumah sakit terbagus di kota.

Sesampainya di rumah sakit, Tiffanny Wen dan pegawai magang masing-masing membawa Finley dan Yunia mengurus berbagai hal di rumah sakit, nomor antrian, pemeriksaan, dan konsultasi.

Mempertimbangkan situasi rumit Yunia dan Finley, Tiffanny Wen langsung mengurus kamar rawat inap untuk mereka mereka berdua, dan membayar biaya rawat inap dan perawatan yang cukup.

Ketika dokter melihat diagnosis mereka, dia tidak kuasa menahan diri untuk menggelengkan kepala.

“Kakaknya masih lebih baik, hanya malnutrisi sedang yang akan segera pulih. Tapi kondisi adiknya sedikit rumit, kekebalannya tubuhnya rendah, di tambah dengan kondisi orangtuanya, jika bukan karena dia mempunyai seorang kakak, itu akan menjadi sebuah keajaiban baginya untuk hidup."

“Dan juga, karena mereka sering makan tidak teratur, membuat usus mereka menjadi lemah, jadi harus makan makanan yang bening, serta jangan terlalu terburu-buru untuk sembuh, diobati pelan-pelan.”

“Baiklah, dokter.” Setelah Tiffanny Wen mengucapkan selamat tinggal kepada dokter, dia mendengar suara perut Finley.

Tiffanny Wen dan pegawai magang itu saling memandang dan tersenyum, mengingat bahwa mereka belum makan karena mereka mengejar Finley, mereka melambaikan tangan dan segera membawa Finley dan Yunia untuk pergi makan.

Ketika mereka sampai di sebuah restoran menengah ke atas, Furong Restaurant, Finley dan Yunia melihat ke arah gaya arsitektur China yang megah dan menghela nafas.

Finley melihat penampilannya dan berkata dengan sedikit malu pada Tiffanny Wen “Kakak, apa kamu yakin aku dan Yunia boleh masuk ke dalam…… kami belum pernah makan di tempat seperti ini…… kami tidak akan diusir, kan, dengan penampilan kami yang seperti ini……”

“Hmm……” Tiffanny Wen menggaruk kepalanya canggung, dia benar-benar terlalu panik membawa Finley dan Yunia datang makan, sampai melupakan penampilan mereka. Tapi masalah ini dipikirkan nanti saja, setelah makan. Karena tidak bisa berpikir dengan perut kosong.

Alhasil Tiffanny Wen berkata dengan berani pada Finley dan Yunia “Masalah ribet seperti mencuci dan mengganti pakaian tentu saja dilakukan setelah makan, setelah makan baru kita mempunyai tenaga. Kalian jangan khawatir, ada aku disini, mereka tidak akan berani berkata macam-macam, aku akan menegur mereka jika berani!”

“Hmm!” Finley dan Yunie menganggukkan kepala, dan berjalan masuk bersama mereka.

Saat memasuki restoran, Tiffanny Wen langsung mencari tempat duduk, dan dia memesan makanan yang ringan dan cocok untuk usus Finley dan Yunia “Hmm, dua porsi bubur, plum kering, dan sup ikan.”

Setelah memikirkan porsi makan dirinya, Finley, dan juga Yunia, dia merasa cukup dan menoleh bertanya pegawai magang.

“Masih ada yang mau kamu pesan?”

“Aku rasa itu saja sudah cukup, terima kasih Kak Fanny.”

Ketika semua pesanan sudah datang semua, Finley menatapnya dengan wajah ngiler.

Tiffanny Wen tersenyum tipis “Tidak apa-apa Finley, ayo makan, semua makanan ini dipesan berdasarkan anjuran dokter, supaya lebih sehat.”

Finley menggerakkan kepalanya malu “Terima kasih kakak, tapi aku ingin ke toilet.”

Tiffanny Wen mengerutkan dahinya “Apa kamu bisa menemukan toiletnya? Bagaimana jika aku menemanimu?”

Finley buru-buru melambaikan tangannya, dan menunduk dengan malu “Aku adalah laki-laki, bagaimana bisa membiarkan seorang wanita membawaku ke toilet.”

Tiffanny Wen dan pegawai magang tertawa karenanya.

Yunia mendongak mendengar hal ini, dengan sisa bubur di sudut bibirnya, dia berkata dengan senang “Kak, cepatlah pergi dan cepat kembali.”

Tiffanny Wen mengambil sebuah tisu dan mengelap sudut bibir Yunia yang meninggalkan sisa bubur, Yunia menoleh padanya dan menunjukkan senyum puas padanya, Tiffanny Wen tertegun.

Benar, puas bisa jadi hal sesederhana ini bagi mereka.

Setelah 4-5 menit, Tiffanny Wen meletakkan sumpitnya dan mengelap bibirnya, melihat kursi Finley yang tetap kosong sedari tadi, membuat Tiffanny Wen berkata dalam diam “Finley tidak mungkin tersesat, kan, mengapa belum kembali juga?”

Baru saja memikirkannya, terdengar suara bising dari arah toilet, Tiffanny Wen mengerutkan dahinya, ada semacam firasat.

Tiffanny Wen menatap pegawai magang “Kamu jaga Yunia dulu, aku akan mencari Finley.”

Pegawai magang yang sedang mengunyah, mengangguk mengiyakan Tiffanny Wen.

Tiffanny Wen pergi menuju toilet dengan langkah besar.

Sebelum dia tiba, Tiffanny Wen melihat seorang wanita paruh baya yang gemuk dengan kalung emas di lehernya yang sangat mencolok, dan dia ditemani oleh seorang lelaki gemuk seumuran Finley.

Pada saat ini, pria kecil yang gendut itu menyeringai ke arah Finley di depannya, sementara wanita itu menatap Finley dengan ganas, dan memakinya tanpa henti.

Novel Terkait

Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
5 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu