Precious Moment - Bab 353 Khawatir Babi Akan Tersesat

Kota Luo pada malam hari masih sangat ramai, berbagai macam kios sudah bermunculan di pinggir jalan, beberapan jajanan khas tempat ini juga mulai bermunculan pada malam hari.

Berbeda dengan Kota Luo yang sibuk pada pagi hari, Kota Luo pada malam hari tampak lebih berwarna di bawah penerangan berbagai lampu neon, keramaian orang yang berlalu lalang menambah semangat hidup, wajah yang berbeda juga menunjukkan kehidupan yang berbeda pula.

Malam mungkin adalah akhir dari sebuah hari, tetapi juga bisa menjadi sebuah permulaan kehidupan.

Andreas Lu diam-diam mengikuti Tiffanny Wen yang berada tidak jauh di belakangnya, memperhatikan sosoknya bolak-balik di berbagai kios, meski dia tidak membeli apapun, namun matanya yang cerah seperti matahari kecil yang bersinar di tengah keramaian.

Setelah menelusuri beberapa toko, Tiffanny Wen berbalik, dia menemukan bahwa Andreas Lu berdiri tidak jauh di belakangnya.

Dengan memasukkan kedua tangannya di dalam saku, lengkungan sudut bibirnya melembutkan wajahnya yang tampak tegas, matanya tipis, pupil gelap yang sangat lembut di bawah cahaya redup, mengikutinya dengan tenang dari belakang.

Dia ingin mengatakan bahwa Andreas Lu yang dijumpainya pertama kali dengan saat ini benar-benar sangat berbeda, sikap dan temperamennya benar-benar jauh berbeda, meskipun ini hanya pandangannya, tetapi Tiffanny Wen sedikit curiga kepada Andreas Lu, sepertinya selain memiliki Stella Lu sebagai kakaknya, dia sepertinya memiliki seorang abang juga.

"Eh, Rainy, lihat pria itu sangat tampan, menurutmu, apakah dia sudah punya pacar atau belum, aku ingin mendekatinya dan mengajaknya untuk berbicara."

"Ayo, jika kamu sudah mendapatkan nomornya ingat membagikannya kepadaku."

"Eh, tetapi sepertinya dia akan menolaknya, menurutku orangnya sepertinya sangat dingin."

"Shiny, apa yang kamu takutkan? Setelah bergaul lama dengan orang yang berpenampilan dingin, kamu akan menemukan bahwa sebenarnya orangnya sangat hangat, ayo pergi."

"Eh, tapi kenapa aku yang pergi, Rainy, kamu saja yang pergi."

Mendengar suara kontroversial kedua gadis di sampingnya, entah kenapa, Tiffanny Wen merasa mendapatkan sebuah pencapaian yang tak bisa dijelaskannya, dia menoleh dan berkedip pada kedua gadis itu, "Maaf, pria itu sudah memiliki pacar."

Selesai berbicara, Tiffanny Wen berjalan tepat di depan Andreas Lu dan mengulurkan tangannya dengan menunjukkan ekspresi seperti sedang mendapatkan masalah di wajahnya, "Andreas Lu, mengapa kamu berdiri sangat jauh denganku, jika kamu tidak memegang erat diriku, hati-hati aku akan dibawa kabur oleh orang lain."

"Benarkah? Kalau begitu aku lebih penasaran, siapa yang bisa merebut orang milikku."

Andreas Lu mengangkat alisnya sedikit, tanpa memasukkan kata-kata Tiffanny Wen ke dalam hatinya, melihat Tiffanny Wen mengulurkan tangannya, senyumannya semakin mendalam, setelah mengenggam tangannya, dia merasa sentuhannya sangat lembut dan merasakan kulitnya yang halus, tetapi terasa sedikit dingin.

Andreas Lu mengeluarkan satu tangan dari sakunya, menutupi tangan Tiffanny Wen dan meliriknya, "Apakah kamu kedinginan?"

Melihat bahwa Andreas Lu ternyata bisa melakukan hal ini juga, Tiffanny Wen tanpa sadar tertegun, tetapi pemandangan iri dan cemburu yang datang dari belakang mereka membuatnya dengan cepat tersadar kembali, lengkungan mulutnya menunjukkan kebanggaan diri, dia tidak menarik kembali tangannya, hanya saja menerima pegangan tangan tersebut.

Dia menarik Andreas Lu ke depan, "Tidak begitu dingin, memang dasarnya ujung jariku mudah kedinginan."

Di tengah percakapan, mata Tiffanny Wen tiba-tiba berbinar dan dengan cepat menarik Andreas Lu ke depan, mereka akhirnya sampai di sebuah kios yang menjual permen gula kapas.

"Pak, aku mau ini satu!"

Tiffanny Wen memberikan permen gula kapasnya kepada Andreas Lu sambil menyeringai, "Andreas Lu, apakah kamu mau mencicipinya?"

Andreas Lu melihat permen gula kapas yang berbentuk anjing husky dalam bentuk cartoon yang sangat lucu, dia merapatkan bibirnya dan berpikir bahwa Tiffanny Wen sepertinya memang sengaja.

Awalnya dia ingin menolak, tetapi setelah melihat mata Tiffanny Wen yang berbinar penuh dengan harapan, dia mengurungkan niatnya, kemudian dengan menghela napas tak berdaya, dia mendekatkan badannya dan menggigitnya sedikit.

Andreas Lu mengernyit dan terlihat ekspresi menjijikkan dari matanya, "Manis sekali."

“Hah? Benarkah?” Tiffanny Wen menarik kembali permen itu dan menggigitnya dengan tatapan bingung, setelah mencicipinya dengan hati-hati, lalu diam-diam berkomentar, “Enak sekali, tanpa ada rasa apapun”.

Andreas Lu melirik pelan ke arah Tiffanny Wen, "Babi."

Tiffanny Wen menggerutu tidak yakin, "Kalau aku babi, lalu kamu apa?"

Andreas Lu terkekeh dan memandang Tiffanny Wen dengan bercanda, "Peternak babi."

Tiffanny Wen melototi Andreas Lu dengan kejam, diam-diam menarik tangannya, mempercepat langkahnya ke depan, tetapi setelah berjalan tidak jauh, dia membalik dan memelototi Andreas Lu, "Jauhi aku! Jangan ikuti aku lagi! "

Andreas Lu memandang Tiffanny Wen dengan tenang tetapi mengabaikan ancamannya, masih diam-diam mengikutinya. Setelah berjalan jauh, Tiffanny Wen benar-benar merasa bahwa Andreas Lu terlalu batu, kemudian menoleh ke arah Andreas Lu tak berdaya, "Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk tidak mengikutiku? Kenapa kamu masih mengikutiku?"

Andreas Lu mengangkat alisnya, tetapi lengkungan sudut mulutnya menjadi sedikit lebih lebar, dia tetap menatap Tiffanny Wen dengan tenang, "Aku khawatir babi akan tersesat."

Saat Tiffanny Wen hampir emosi, Andreas Lu tiba-tiba maju selangkah dan mengelus kepala Tiffanny Wen kemudian menghiburnya dengan perlahan, "Sudah terlalu malam, saatnya untuk kembali."

Tiffanny Wen memandang Andreas Lu, seseorang yang sepertinya tidak memiliki perasaan, tetapi dia justru tidak bisa marah padanya, hanya bisa menghela napas dalam hatinya, "Baiklah."

Ketika Tiffanny Wen sedang sedih, sebuah kalung perak tiba-tiba bersinar di depannya, kemudian dengan tatapan terkejut, dia menatap kalung tersebut dililitkan pada lehernya secara perlahan.

Tiffanny Wen menoleh ke arah Andreas Lu dengan tatapan tidak percaya, tetapi dirinya tetap menunduk dan menatap kalung yang dia berikan dengan senang hati. Liontin giok berbentuk tetesan air memiliki latar berwarna hijau, namun terdapat juga sentuhan putih susu di bagian tengahnya, liontin tersebut tidak besar, seukuran kuku jari tangan Tiffanny Wen, namun sentuhan putih susu tersebut telah diukir seekor ikan yang terlihat seperti ikan nyata, ditambah dengan warna hijau zamrud sebagai latarnya yang penuh dengan kelembapan, terlihat seperti ikan yang sedang berenang dalam air.

Meskipun Tiffanny Wen tidak tahu apa artinya, kegembiraan di hatinya tidak bisa ditutupinya, dia yang awalnya masih ingin terus berpura-pura dingin seketika berbinar, dia sangat menyukai kalung tersebut, mirip seperti seekor kucing yang diberikan ikan kering.

Tiffanny Wen menoleh untuk melihat Andreas Lu dengan gembira, matanya berbinar, "Kapan kamu membelinya?"

Melihat penampilan ceria Tiffanny Wen, Andreas Lu akhirnya bisa merasakan lega dan tertawa pelan, "Hasil dari sulapku."

Tiffanny Wen sama sekali tidak percaya, kemudian mendengus pelan, kemudian berjalan kembali, "Karena melihatmu begitu tulus, aku tidak akan menindaklanjuti masalah kamu memanggil diriku babi."

"Bukankah kamu merasa hari sudah gelap? Ayo kita cepat pulang."

Andreas Lu memandang punggung Tiffanny Wen yang sombong di depannya, dia hanya menggelengkan kepalanya tak berdaya, "Hati dan mulut tidak serasi."

Tiffanny Wen berbalik dan memandang Andreas Lu dengan tatapan bingung, "Apakah kamu baru saja mengatakan hal buruk tentang aku lagi?"

“Tidak.” Melihat Tiffanny Wen berbalik, Andreas Lu dengan cepat menyingkirkan ekspresi yang ada di wajahnya, seketika berubah menjadi datar dalam hitungan detik. Mempercepat beberapa langkah ke depan dan merangkul pinggang Tiffanny Wen, dengan wajah yang serius, "Ayo pergi."

Tiffanny Wen merasa tangan Andreas Lu yang memegang pinggangnya terasa sedikit geli, setelah berjuang beberapa kali untuk melepaskannya, pegangan tersebut menjadi semakin erat, "Kamu pasti telah mengatakan sesuatu."

Kali ini Andreas Lu berhenti berbicara, Tiffanny Wen menatap ke arah Andreas Lu dengan sedikit merapatkan matanya.

Tapi meski dia menatapnya sepanjang jalan hingga masuk ke dalam mobil, wajah Andreas Lu sama sekali tidak berubah, dengan tak berdaya, Tiffanny Wen tidak punya pilihan selain menyerah dulu.

Mengapa dia melupakan Andreas Lu memiliki muka yang tebal, dia mendengus dingin, kemudian menyandar di jendela mobil sambil melihat pemandangan, tetapi tangannya masih terus menyentuh liontin kalung yang ada di depan dadanya.

Novel Terkait

Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
3 tahun yang lalu