Precious Moment - Bab 168 Mencoba Untuk Akrab

Sedangkan di sisi lain, ketika Andreas Lu memergoki Tiffanny Wen dipapah oleh Tania Qin menuju lift, langsung segera menyadari ada yang tidak beres, ingin maju untuk menghalanginya, belum juga maju beberapa langkah sudah dikerubuti orang-orang yang mulai mencoba untuk akrab dengannya.

“Aduh, bukankah ini adalah CEO Lu, Anda juga menghadiri pesta pernikahannya keluarga Chu, CEO Chu sungguh sangat beruntung.”

“CEO Lu, peluncuran produk Louis kalian kali ini sungguh mengejutkan orang-orang, baik dekorasi tempatnya maupun perihal operasi plastik, sungguh membuat orang tidak menduga sebelumnya.”

“CEO Lu, iklan produk baru kalian pun sangat sukses, dalam waktu singkat satu hari saja, jumlah orang yang mendonlotnya sudah melebihi drama televisi kebanyakan, membuat orang tidak dapat membayangkan bahwa itu adalah sebuah iklan.”

“CEO Lu, Louise apakah tertarik bekerjasama dengan proyek lainnya? Seperti misalnya mainan dan sejenisnya?”

Andreas Lu memandang punggung Tiffanny Wen yang semakin lama semakin menjauh, hatinya sungguh gusar, bagaimanapun sekelilingnya semua orang-orang yang punya kedudukan di bidangnya masing-masing, kalau Louis ingin berkembang di dalam negeri, cepat atau lambat akan ada waktunya kerjasama dengan beberapa dari mereka, tidak baik juga terlalu cari gara-gara, hanya bisa bersabar, dan menyembunyikan rapat-rapat kegusaran hatinya.

Wajah Andreas tersenyum sopan dan penuh basa basi, terlihat sangat mahir dan luwes bergaul dengan mereka, pandangannya selebihnya terkadang tertuju ke arah di mana Tiffanny Wen berada, melihat Tiffanny Wen dibawa masuk lift oleh Tania Qin dan yang lainnya, Andreas Lu sedikit memiringkan kepalanya, berbisik di telinga Dave Gu.

“Telepon Lucas Zhao, minta dia memantau CCTV, lihat ke kamar mana mereka membawa Tiffanny Wen pergi.”

Dave Gu dalam hatinya sedikit terkejut, nona Tiffanny Wen? Dia barusan ada di sinikah? Oleh mereka? Mereka itu siapa? Mengapa membawa pergi nona Tiffanny Wen? Nona Tiffanny Wen lagi-lagi menemui kesulitankah?

Meski hatinya penuh dengan pertanyaan, tapi situasi ini juga tidak memberi kesempatan kepada Dave Gu untuk bertanya, Dave Gu hanya mengangguk, dengan suara pelan menjawab, lalu mulai bersusah payah berusaha keluar dari kerumunan orang.

Ketika Dave Gu pada akhirnya berhasil keluar dari antara orang banyak, dia masih dihinggapi rasa takut, menyeka keringat yang keluarga dari dahinya, mengeluarkan ponselnya, menelepon Lucas Zhao, tapi setelah memikirkan ulang perintah Andreas Lu yang serba tidak jelas ini, dia bertindak atas kehendaknya sendiri mengganti rencananya.

“Halo manager Zhao, kamu ke sini sebentar, bawa aku pergi ke ruang control CCTV, tuan muda ketiga ada masalah, menyuruhku pergi memantau arah perginya seseorang…”

Ketika Andreas Lu pada akhirnya berhasil membubarkan orang-orang di sekelilingnya, berhasil membebaskan diri dari kerumunan orang, namun ketika dia sudah berdiri di depan lift, melihat ke sekeliling, sama sekali tidak terlihat sosok Dave Gu.

Alis Andreas Lu berkerut, ke mana perginya Dave Gu ini? Dirinya hanya menyuruh dia menelepon bisakah sampai membuatnya lenyap?

Ketika di saat Andreas Lu mengeluarkan ponselnya, bermaksud menelepon Dave Gu, ponselnya berbunyi, Andreas Lu melihat tulisan yang tertera di layar ponselnya sorot dingin di matanya berkurang sebagian.

“Dave Gu, aku menyuruhmu menelepon, kamu pergi ke mana sih?”

“Maaf tuan muda ketiga, aku sekarang berada di ruang kontrol CCTV, nona Tiffanny Wen dibawa oleh mereka ke lantai 18 kamar 1806, sekarang mereka sudah keluar, tapi tidak terlihat nona Tiffanny Wen bersama mereka.”

Andreas Lu mengangkat alisnya, hatinya gelisah, firasat buruk keluar dari dasar hatinya.

“Ya, aku tahu.”

Akhirnya pintu lift perlahan terbuka, Andreas Lu memutuskan sambungan teleponnya langsung melangkah dengan langkah lebar masuk ke dalam lift, menekan tombol lantai 18.

Sedangkan di pihak Tania Qin, mereka baru saja menginjakkan kaki ke dalam lift, pintu lift yang satunya lagi perlahan terbuka…..

Kamar 1806

Ketika Tiffanny Wen didorong dengan keras oleh Tania Qin ke atas kasur, bagian belakang kepalanya terbentur kepala ranjang, rasa sakit yang kuat membuat Tiffanny Wen sedikit tersadar, namun sama sekali tidak dapat mengontrol tubuhnya sendiri.

Di tengah kekacau balauan ini, Tiffanny Wen dapat menangkap dengan jelas perkataan yang diucapkan oleh Jessica Qin, namun tak berdaya mengembalikan seluruh kesadarannya keluar dari fase kelumpuhan ini, dirinya bahkan tidak mampu menggerakkan kelopak matanya sendiri, kemarahan yang memenuhi hatinya dan kebencian hanya bisa ditelannnya masuk dalam perut.

Sedangkan dua orang pria dalam kamar itu setelah Tania Qin dan lainnya meninggalkan kamar dan menutup pintu, sesaat kemudian sudah mulai tidak sabar, meski Tiffanny Wen tidak bisa melihat mimik wajah mereka.

Namun karena penglihatan tidak berfungsi, pendengaran sebaliknya menjadi lebih peka, nada bicara mereka yang vulgar tidak ada yang tidak membuat Tiffanny Wen muak.

“Aduh domba kecil, kamu lihatlah wajah mungil yang halus ini, sepertinya masih belum tersentuh banyak riasan, kulitnya begitu halus, ckckck, sungguh ini adalah kualitas terbaik.”

“Hm, kurasa dengan sifatmu yang berkulit ular, untuk selanjutnya orang lain memanggilmu, kamu harus membawa sendiri cairan penghapus riasanmu, tidak pasti kapan keracunan.”

“Ckckckck, semuanya begitu memikat, dia seperti sebuah barang seni, dari kepala sampai ujung kaki begitu mempesona, lihatlah bodinya yang begitu pas.”

“Tapi bukankah mereka tadi bilang sudah berhasil diberi obat? Kok sudah lewat sekian lama belum sedikitpun menunjukkan reaksi?”

“Diperkirakan obat yang diberikan dosisnya ringan, sebentar lagi waktu obatnya bekerja pasti semakin dahsyat.”

Mendengar percakapan mereka yang vulgar itu, selanjutnya yang dirasakan adalah adalah sepasang tangan yang tak hentinya bergerilya di atas tubuhnya akhirnya tidak ada lagi, tapi belum sempat menarik nafas lega, Tiffanny Wen lalu mendengar suara baju dibuka.

Seketika Tiffanny Wen menjadi panik, berusaha keras untuk mengendalikan tubuhnya sendiri, membuat dirinya minimal memiliki tenaga untuk melawan.

Gerak dong! Kamu harus bergerak! Ayo gerak!

Dalam hati Tiffanny Wen timbul keputusasaan yang dalam.

“Hehehehehehe…….”

Melihat keduanya mulai menerjang, Tiffanny Wen mengetahui hidupnya telah ada dalam sepasang mata itu, kelihatannya….hidupnya berhenti sampai di sini.

Lalu di saat ini, bel pintu berbunyi, dua orang itu berhenti mengoyak pakaian Tiffanny Wen, ada nada suaranya tidak sabar.

“Siapa!”

“Siapa sih, di saat seperti ini datang mengganggu kesenangan orang saja.”

“Jangan pedulikan dia, mari kita teruskan saja.”

Sambil berbicara, mereka dengan cekatan melanjutkan melucuti pakaian Tiffanny Wen.

“Bang!”

Suara tendangan pintu yang sangat besar membuat tiga orang dalam kamar terbengong, kedua pria itu dengan kesal turun dari ranjang, berjalan menuju pintu, berhubung antara ranjang dan pintu terpisah sebuah belokan yang cukup luas, Tiffanny Wen sama sekali tidak dalam melihat dengan jelas apa yang terjadi di pintu, hanya dapat mendengar kedua pria itu tidak hentinya berteriak-teriak.

“Bro, watakmu ini sungguh terlalu tidak sabaran ya? Gadis di dalam situ sedang menunggu kami, kamu boleh pergi dari sini, tidak ada urusannya denganmu.”

“Aduh! Kamu masih berani memukul? Apakah kami takut padamu? Maju! Mari sama-sama kita habisi dia!”

“Aduh….aduh….bro santai sedikit….rasakan pukulan kami satu kali bagaimana…”

“Aduh…aduh…”

Mendengar suara perkelahian, juga suara teriakan kedua pria itu yang semakin lama semakin lemah, jarak fokus penglihatan Tiffanny Wen akhirnya pulih, kontrol atas tubuhnya sendiri pun sedikit pulih.

Tiffanny Wen menertawakan dirinya sendiri, saat ini fokus penglihatannya telah pulih lantas bagaimana? Melihat bagaimana orang memperkosa dirinya? Melihat betapa hinanya dirinya?

Tiffanny Wen dengan gemetaran membuka giginya yang putih, digigitnya lidahnya keras-keras….

Lalu Tiffanny Wen tertawa, tragis dan putus harap, airmatanya mengalir, apakah Tuhan begini tidak berperasaan? Bahkan kesempatan untuk mengambil keputusan sendiri pun tidak ada, sekujur tubuhnya tak bertenaga tak mampu bergerak ya sudahlah, ingin menggigit lidahnya sendiri , meski menggunakan tenaga bagaimanapun, bahkan kulitnya pun tidak rusak.

Karena ditakdirkan hari ini dirinya tidak bisa terlindungi kesuciannya, mengapa membiarkan dia di saat ini kembali kesadarannya? Langsung tak sadarkan diri dan mati siapa tahu adalah sebuah jalan keluar…..

Tiffanny Wen memiringkan kepalanya melihat ke arah jendela yang terbuka, angina meniup gorden berwarna putih bersih itu, putihnya sedikit menyilaukan mata, birunya langit di luar masih sama, tapi di mata Tiffanny Wen malah terkesan kelam…..

Maaf Jennifer…maaf kak Stella…

Maaf Andreas Lu, kamu telah membantuku berkali-kali, aku pada akhirnya tetap tersandung….

Ibu….Fanny sangat merindukanmu….

Novel Terkait

My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu