Precious Moment - Bab 77 Perjalanan Berbelanja

Keesokan harinya, Tiffanny Wen meregangkan pinggangnya ketika bangun.

Tiffany Wen menepuk-nepuk wajahnya untuk menyemangati dirinya sendiri, melupakan semua yang terjadi kemarin.

Dia menoleh melihat meja yang tersusun bros dan kalung mamanya dengan rapi, Tiffanny Wen merasa bahwa dia telah mengambil kembali beberapa barang untuk ibunya, setelah berdoa untuk mamanya, Tiffanny Wen pergi untuk membersihkan diri dengan penuh semangat.

Hari ini, Tiffanny Wen berangkat kerja seperti biasa, ketika dia berjalan masuk ke departemen desain, dia merasa tatapan semua orang padanya sangat aneh…… tatapan penuh rasa kasihan.

Tiffany Wen benar-benar bingung, dia mengeluarkan kaca dan melihat pantulan dirinya dengan seksama.

Ada apa di wajahku? Mengapa mereka semua melihatku dengan tatapan kasihan?

Apa aku telah menyinggung seseorang?

Seharusnya tidak ada, karena aku belum lama datang.

Setelah berpikir, Tiffanny Wen tetap tidak mengerti alasannya, dia hanya menggelengkan kepalanya diam-diam dan membuang semua tebakan aneh itu dari benaknya.

"Biarlah." Tiffanny Wen menasihati dan menghibur dirinya sendiri.

Namun, ketika Tiffanny Wen sampai ke mejanya, dia benar-benar terkejut, tampaknya hanya dengan angin sepoi-sepoi, berkas yang menggunung itu akan jatuh ke depan dan menjatuhkan Tiffanny Wen ke lantai dengan ganas.

Setelah meyakinkan dirinya sendiri, Tiffanny Wen akhirnya mengenali bahwa ini adalah keadaan yang sebenarnya dari meja kerjanya.

Tapi, tidak lama sebelumnya, meja kerjanya masih kosong, tugasnya sangat sedikit, dan dia bahkan masih bisa tidur bersandar di mejanya.

Sedangkan sekarang…… Tiffanny Wen masih syok melihat mejanya yang awalnya kosong, menjadi penuh dengan setumpuk berkas, ada gambar rancangan, kuesioner, dan lain sebagainya.

Jika orang yang tidak mengenalnya dengan baik melihat pemandangan ini, pasti akan mengiranya seorang yang gila kerja……

Tiffany Wen tidak punya pilihan selain menertawakan dirinya sendiri.

Kebetulan pada saat ini, manajer datang dan melihat Tiffanny Wen menatap kertas yang menggunung di depannya, senyum yang dalam muncul di wajah manajer.

“Uhuk.” Manajer berpura-pura batuk, dia ingin menarik perhatian Tiffanny Wen, namun sayangnya gagal.

Dia tetap batuk untuk beberapa kali, tetapi melihat Tiffanny Wen yang tetap tidak merespon, akhirnya tidah tahan lagi, dia menepuk meja Tiffanny Wen dan membuat suara besar, angin dari telapak tangannya yang dingin meniup beberapa gambar rancangan.

Tapi, saat ini Tiffanny Wen akhirnya menyadari keberadaan manajernya.

Manajer yang melihat akhirnya Tiffanny Wen memusatkan perhatian padanya, merasa puas dan menjernihkan tenggorokannya, kemudian berkata “Tiffanny Wen, pekerjaan kamu hari ini sedikit banyak, selanjutnya aku akan menjelaskan tugasmu siang ini, kamu harus mengingatnya dengan baik.”

Tiffany Wen diam-diam melirik tumpukan kertas di atas mejanya.

Sedikit banya? Manajer, sepertinya kamu memerlukan kacamata baru……

Melihat Tiffanny Wen masih mendengarkan, manajer menganggukkan kepala dan terus berkata “Pertama-tama, kamu perlu meng-klasifikasikan rancangan yang ada disini, desain asli di bagian atas, dan rancangan desain berwarna dan dekomposisi ada di bagian bawah, hal ini berlaku untuk setiap desain. Setelah memilahnya, kamu perlu mengirimnya ke departemen seni di lantai 18, mereka bertanggung jawab atas desain efek 3D, jadi itu bukan urusan kamu untuk saat ini. "

Tiffany Wen bahkan belum sempat untuk menarik nafas, dan kemudian manajer sudah kembali melanjutkan ucapannya.

“Lalu kamu turun, memilah formulir saran rancangan, dan setelah merapikannya, kamu mengantarnya ke kantor personaliaku di lantai 22, mereka bertanggung jawab untuk distribusi dan mengisi formulir, dan kamu bisa turun dulu, tetapi kamu harus menghitung waktu, ketika kamu merasa mereka sudah selesai mengisi formulir, kamu harus naik lagi, mengambil formulir dan berikan ke area desain, dan kemudian kamu akan menyelesaikan tugas ini. "

“Ketika kamu turun, kamu harus……”

Tiffany Wen terpana mendengar tugas yang diberikan oleh manajer. Sampai akhirnya, dia tidak tahu lagi apa yang dikatakan manajer, Tiffanny Wen merasa bahwa semua kertas putih sedang beterbangan di otaknya.

Kalau tidak salah ingat, sepertinya manajer mengatakan…… yang sekarang dia bilang…… semuanya adalah tugasku siang ini!

“Kalau begitu, semangat kerjanya, Tiffanny.” Setelah selesai mengumumkan pekerjaan, manajer pergi dengan senyuman, meninggalkan Tiffanny Wen yang bersandar pada tumpukan kertas dan merenungkan penyesalan dalam hidupnya.

Teman kerja yang melewatinya dan melihatnya, satu-persatu memberikan tatapan kasihan padanya.

Alhasil, sepanjang siang ini, Tiffanny Wen terbenam di lautan kertas putih, juga bisa melihat Tiffanny Wen yang sedang memegang setumpuk besar berkas dan berlari cepat antar departemen.

Ketika Tiffanny Wen tanpa sadar sudah sibuk sampai jam 12:53, seluruh tubuhnya terasa lumpuh di kursi, dan memakan nasi kotaknya tidak berselera.

Tiffany Wen merasa dirinya seperti mengerjakan semua pekerjaan satu departemen.

Ketika jam 1 lewat, Tiffany Wen berpikir akhirnya dia bisaberistirahat, tetapi dia malah melihat wajah manajer yang muncul di hadapannya dengan senyum tipis, diikuti dengan seorang pegawai magang.

"Tiffanny, kamu harus pergi keluar dan mencari beberapa aksesoris untuk pakaian, kali ini, kamu ditemani oleh seorang pegawai magang, aku akan memberikan informasi gaya pakaian kepada pegawai magang, sisanya terserah padamu."

Terserah padaku? Au ingin kamu yang pergi berbelanja, bagaimana menurutmu?

Tiffany Wen melihat ke arah manajer pergi dengan wajah sedih, tetapi akhirnya, Tiffanny Wen tetap tidak punya pilihan selain pergi keluar.

Memilih aksesoris berdasarkan model pakaian, tugas ini di bilang susah, tidak juga, di bilang mudah, sama sekali tidak mudah. Poin terberat dari tugas ini adalah “mencari”, mencari kemana pun, berlari kemana pun, lelah setengah mati.

Sebagai orang yang berpengalaman, Tiffanny Wen membawa pegawai magangnya mencegat taksi, dan langsung ke pasar grosir mencari aksesoris pakaian.

Tapi sekarang mereka baru melihat tiga kios, dan mereka sudah berkeringat di mana-mana.

Pegawai magang tersebut tak kuasa menahan untuk mengeluh: “Pada siang hari yang terik ini, matahari sangat beracun dan mematikan, berjalan sedikit saja, sudah berkeringat di mana-mana."

Tiffany Wen mengangguk setuju, tetapi melihat tumpukan pakaian tebal di tangannya, dan kemudian dia kembali merasa gemuruh di kepalanya, lalu segera melompat dari satu kios, ke kios lainnya bersama pegawai magang.

“Hey, kak Fanny, coba kamu lihat, jika ini dipadukan dengan pakaian ini, bagaimana?”

“Aku rasa lumayan, desain gesper ini sangat hierarkis. Dipadukan dengan gaya sederhana pakaian ini, sangat cocok."

……

“Kak Fanny, menurutmu pakaian dengan model seperti ini harus dipasangkan dengan apa, bagaimana dengan ini?”

“Hmm…… menurutku, untuk model pakaian seperti ini, kamu bisa memilih ini, lebih stylish, tapi aku rasa pilihanku ini sudah cukup stylish, namun maish kurang sesuatu, punyamu itu terkesan terlalu tiba-tiba, dan ornamennya tidak mencolok, ditambah lagi agak rumit. "

……

Tiffany Wen dan pegawai magang itu memasuki satu demi satu kios, setiap kali akan meletakkan pakaian yang belum selesai di samping, melalui proses sortir, membandingkannya satu dengan yang lainnya, membeli dan mengajari, tanpa terasa beberapa jam sudah terlewati.

Akhirnya Tiffanny Wen memilih aksesoris terakhirnya, ketika membayar tagihan, dia langsung membuka tas, memperlihatkan lembaran uang berwarna merah, mengambil selembar uang dan membayarnya.

Benar-benar tidak menyadari, jika di sebuah sudut yang gelap, seorang bocah lelaki berumur 11-12 tahun sedang memperhatikan tasnya dengan tatapan serakah.

Tiffany Wen berdiri dan meregangkan pinggangnya, melihat langit yang sedikit mendung, dia menoleh berkata kepada pegawai magang “Tanpa terasa beberapa jam sudah lewat, dan kakiku mati rasa, ayo segera kembali ke kantor."

Pegawai magang mengangguk keras, dan kembali dengan Tiffanny Wen dengan dua kantong belanjaan.

Siapa yang menduga, ketika mereka baru saja berjalan sampai ke depan pintu, sesosok tubuh yang kotor, tiba-tiba keluar, dan mengambil tas Tiffanny Wen.

Tiffanny Wen terkejut, ada satu-satunya foto dia dan ibunya yang dia bawa ketika dia keluar dari Kediaman Wen di tas, jika foto itu hilang, dia tidak ingin kembali ke Kediaman Wen.

Alhasil Tiffanny Wen meletakkan aksesoris di lantai, menyuruh pegawai magang untuk menjaganya, dan berlari mengejar bayangan tubuh itu.

Novel Terkait

Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu