Precious Moment - Bab 308 Mengujungi Rumah Tetua

Setelah menjawab pertanyaan Andreas Lu, Tiffanny Wen bersandar ke jendela mobil dan tertidur.

Andreas Lu melirik ke arah Tiffanny Wen, matanya lembut dan matanya sedikit berair, dia tidak mengganggunya, tapi perlahan menutup jendela mobil.

Ketika Tiffanny Wen terbangun dan merasa bingung, dia menyadari bahwa sepertinya ada yang sedang memeluknya dan tubuhya sedang bergerak, terdengar nafas yang familiar, dan Tiffanny mendengar detak jantung yang kuat di telinganya, membuatnya merasa tidak nyaman, dan dalam sekejap, dia tersadar, ingin menggerakkan tubuhya, tetapi menyadari dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya.

Secara tidak sadar, Tiffanny Wen ingin mengangkat kepalanya, melihat ke arah Andreas Lu dan menyuruhnya untuk menurunkannya, begitu mengangkat kepalanya, pandangan mereka bertemu, dan dan hanya dengan jarak beberapa sentimeter, bisa langsung menciumnya, Tiffanny Wen langsung membeku.

Merasakan nafas Andreas Lu menyebar di wajahnya, wajah Tiffanny Wen memerah, sambil mengalihkan pandangannya, dia mulai melawan untuk berdiri.

Andreas Lu tertawa kecil, dia sedikit membungkuk, lalu menurunkan Tiffanny Wen, menatap wajahnya memerah, dan tidak bisa menahan lalu mengejek: "Babi, akhirnya kamu bangun, aku sudah lama memanggilmu, selain denguran, tidak ada reaksi lain. "

Mulut Tiffanny Wen sedikit berkedut, ekspresinya sedikit malu: "Um maaf, tidak sengaja tertidur begitu lama."

Mengapa dia bisa tertidur di dalam mobil Andreas Lu! ? Dan sudah berapa lama dirinya tertidur? ?

Tiffanny Wen tahu bahwa setelah minum banyak, dia akan tertidur, tidurnya sangat nyenyak seperti orang mati, jadi dia hanya berani beristirahat sebentar di bar, tapi dia tidak menyangka bahwa dia akan semangat minum untuk waktu yang lama, lalu ternyata tertidur pulas di mobil Andreas Lu. Dan jika lihat dari situasinya, dan karena Andreas Lu memanggilnya beberapa kali dan masih tidak bangun, jadi dia berencana untuk menggendongnya.

Tiffanny Wen membalikkan badan dan dari jauh melihat pintu masuk lift, dia merasa sedikit lega: Tidak apa-apa, tidak apa-apa, jika Andreas Lu benar-benar menggendongnya pulang seperti ini, jika Kak Stella melihatnya, malam ini dia tidak bisa tidur nyenyak.

Melihat wajah malu Tiffanny Wen, Andreas Lu tahu apa yang dia pikirkan, tentu saja dia tidak takut Stella Lu tahu, alasan utamanya adalah kakaknya sangat merepotkan, alisnya sedikit terangkat : “Tidak apa-apa, sepanjang jalan hanya mendengar babi ngorok."

Awalnya suasanya sedikit memalukan, lalu disindir seperti ini oleh Andreas Lu, Tiffanny Wen yang tadinya merasa sedikit malu menjadi marah, dalam sekejap langsung : "Maaf jika menganggu saat kamu menyetir, tetapi kamu juga harus berterima kasih karena aku tidak muntah di mobilmu. "

Mulut Andreas Lu bergerak-gerak, walaupun dia tahu kalau Tiffanny Wen dengan sengaja membuatnya jijik untuk balas dendam padanya, dia benar-benar berhasil, wajah Andreas Lu langsung menjadi muram. .

Tepat ketika Andreas Lu ingin mengatakan sesuatu, tiba-tiba ponsel Tiffanny Wen berdering, Andreas Lu memandang Tiffanny Wen dengan sedikit waspada, dia lamgsung menyipitkan matanya.

Dan Tiffanny Wen melirik layar ponselnya, kemudian tanpa sadar melirik Andreas Lu, dan kemudian baru menerimanya: “Halo, Kak Stella, aku sudah ada di bawah, tidak apa-apa, aku naik lift, kamu tidak usah repot-repot. "

Mendengar Stella Lu menelepon, seketika Andreas Lu langsung menunduk melihat ke arlojinya, dan menyadari bahwa memang sudah larut, tidak heran jika Stella Lu mulai mendesak Tiffanny Wen untuk naik.

Andreas Lu melambai pelan pada Tiffanny Wen : "Sudah larut, aku hanya mengantarmu sampai di sini, aku pulang dulu.”

Setelah itu, dia berbalik dan berjalan ke tempat parkir, tiba-tiba teringat sesuatu, dan menambahkan : "Jangan lupa, besok siang temani aku kembali ke rumah tetua."

Tiffanny Wen berjalan ke pintu lift, menekan tombol ke atas, dan diam-diam melihat sosok belakang Andreas Lu yang pergi, matanya berkedip, mulutnya menjawab, "Tahu."

Sesampainya di rumah, Tiffanny Wen melihat Stella Lu duduk di sofa ruang tamu menggunakan masker wajah, dia mengganti-ganti saluran tv dengan bosan, setelah mendengar ada gerakan, dia menoleh dan melihat Tiffanny Wen.

"Fanny, kamu sudah pulang."

Karena memakai masker, jadi Stella Lu tidak berani terlalu berekspresi, tapi matanya tetap berbinar-binar, dia mendekati Tiffanny Wen, melihat dari atas ke bawah, lalu diam-diam mundur, memandangnya dengan jijik.

"Fanny, kamu kemana? Kamu bau rokok dan alkohol, cepat mandi."

Tiffanny Wen tersenyum pada Stella Lu : “Ulang tahun teman, ada pesta di bar, jadi baunya menempel.”

Sambil mengatakan itu, Tiffanny Wen sudah mengganti sepatunya dan hendak berjalan ke kamar, tetapi dia ditarik oleh Stella Lu lagi, walaupun wajahnya kaku, tapi terlihat dari matanya bahwa dia masih ingin mengobrol.

"Kamu juga minum anggur kan? Apa ada yang mengantarmu pulang?”

Meskipun sekarang Stella Lu tidak berani terlalu berekspresi, tetapi saat ini, Tiffanny Wen dapat dengan sempurna membayangkan ekspresinya saat berbincang dengannya, dia tersenyum tipis dan berkata: "Bagaimana mungkin, aku pulang sendiri naik taxi.”

Wajah Stella Lu seperti tidak percaya, dan diam-diam menatap Tiffanny Wen.

Melihat Stella Lu seperti masih ingin bertanya, Tiffanny Wen segera berkata: "Kak Stella, bukannya kamu tidak suka bau badanku, tunggu aku mandi dulu.”

Setelah mengatakan itu, Tiffanny Wen berlari kembali ke kamar tidur, kemudian dengan cepat bergegas ke kamar mandi.

Stella Lu duduk diam di sofa, seperti makna yang dalam di matanya: Gadis ini, dia tidak jujur.

Keesokan harinya, Tiffanny Wen tidak lupa janjinya pada Andreas Lu, dan setelah pulang bekerja, dia langsung berjalan ke tempat parkir, lalu bersama Andreas Lu pergi ke rumah tetua Keluarga Lu.

Begitu masuk ke dalam rumah, aku melihat Melody Tsu dan Violet Shen duduk di sofa lobby sambil mengobrol dan tertawa, saat Andreas Lu masuk, mereka semua menyapanya dengan ramah.

"Andreas, kamu datang, biarkan Ibu melihatmu, apa sudah pulih."

"Kak Andreas."

Namun, setelah melihat Tiffanny Wen yang berada di samping Andreas Lu, wajah keduanya berubah menjadi gelap, Violet Shen langsung mendengus, lalu menolehkan kepala, tidak mau menatapnya.

Meski Melody Tsu sangat membenci Tiffanny Wen, dan dari awal sudah mencapai puncaknya, tetapi karena Perusahaan Tsu dan Louise Group masih bekerja sama, dan Tiffanny Wen adalah penanggung jawabnya, untuk sementara waktu, dia tidak bisa melakukan hal yang tidak baik.

Jadi walau sekilas matanya memancarkan rasa benci, Melody Tsu masih tersenyum dengan tenang, dan menyapa Tiffanny Wen dengan antusias: "Nona. Wen *, kamu sudah datang."

Tiffanny Wen yang ada di sampingnya dan tidak bergerak untuk waktu yang lama, dia masih menyapa dengan ramah: "Nona Wen *, jangan terlalu kaku, anggaplah seperti rumah sendiri, untuk apa masih berdiri? Mengapa tidak duduk dan mengobrol bersama? "

Tiffanny Wen melirik Melody Tsu dengan sedikit jijik, kemampuan Melody Tsu untuk menjaga imagenya, dia lebih memilih ibu Andreas Lu yang memperlakukannya secara blak-blakan, jika tidak menyukainya maka tidak suka, untuk apa berpura-pura, kamu sendiri tidak nyaman, melihat berakting seperti ini membuatnya mual.

Tiffanny Wen tidak menghiraukan perkataan Melody Tsu, hanya tertawa di dalam hati: kenapa menahan diri, nada bicaramu ini, tidak tahu kenapa masih menganggap ini adalah keluarga Tsu milikmu.

Andreas Lu mengulurkan tangannya, menarik tangan Tiffanny Wen, dan tersenyum tipis pada Violet Shen: “Ibu, aku sudah sembuh total, jangan khawatir, anakmu tidak selemah itu.”

Andreas Lu melirik Melody Tsu, lalu melirik Tiffanny Wen, melihat dari awal sampai akhir dia masih tersenyum, hanya saja matanya seperti dingin, seperti di wajahnya tertulis "Aku tidak senang".

Andreas Lu tahu bahwa Tiffanny Wen tidak menyukai Melody Tsu, jadi dengan lembut menyentuh kepalanya, dan kemudian melihat Violet Shen, yang masih menatapnya dengan manja : “Ibu, aku dan Fanny akan menemui nenek dulu."

Setelah mengatakan itu, Andreas Lu membalikkan badan dan berjalan ke tangga, dari awal, dia tidak pernah menatap langsung ke arah Melody Tsu.

Novel Terkait

Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu