Precious Moment - Bab 242 Kak, Jangan-jangan Kamu Tidak Punya Uang

Tiffany dan Andreas berjalan disebuah jalanan kecil dipinggir kali, disaat ini, ada banyak pasangan yang berjalan-jalan disini, mereka semua saling bergandengan tangan dan terlihat sangatlah mesra.

Lelaki tampan dan Wanita cantik yang seperti Andreas dan Tiffany hanya berjalan berbarengan saja dan ada sedikit jarak diantara mereka tentu saja akan mengundang perhatian.

Wanita A : "Aduh, lelaki itu tampan sekali."

Lelaki A : "Tidak boleh lihat, sudah cukup kamu lihat saya saja, tapi wanita itu sepertinya juga lumayan bagus.......aduh, sakit........"

Wanita A : "Kamu masih bilang aku tidak boleh lihat! Kamu juga tidak boleh! Lihat aku!"

Lelaki A : "Baik, baik, baik, Nyonya Besarku, kamulah yang paling cantik."

Wanita A : "Hmph, memang harus begitu, menurutmu apakah mereka bertengkar? Mengapa rasanya sedikit aneh?"

Lelaki A : "Menurutku mereka bukan sedang bertengkar, apakah kamu tidak melihat tatapan lembut dari lelaki itu, menurutku kemungkinan besar dia sedang mengejar wanita itu, sekarang mungkin masih dalam kondisi dekat saja."

Wanita A : "Iya, menurutku juga iya, jika tidak punya rasa dan tidak percaya, lelaki itu juga tidak akan berjalan santai bersama lelaki itu malam-malam begini........"

...................

Terhadap diskusi dibelakang sana, Tiffany tentu saja tidak tahu sama sekali, dia tengah menikmati angin yang dingin, memang benar angin musim gugur paling enak, meskipun sekarang hanya mendekati musim gugur saja, namun udara disamping kali sudah tidak terasa pengap lagi, melainkan terasa segar, udara segar didalam angin itu masih berbaur wangi khusus dari air di kali.

Rasa yang sedikit sekali namun terasa dihati, wangi parfum Cologne dari Andreas juga tercium terus dihidung Tiffany, Tiffany menutup matanya dan merasakan ini semua ditengah kota yang metropolitan ini.

Disaat ini, terdengar suara dari samping mereka, "Koko, belilah bunga untuk cici, baiklah kepada cici maka cici tidak akan marah terhadapmu lagi."

Tiffany tersenyum dan membuka matanya, dia melirik kearah suara itu, terlihat Andreas tengah berdiri dihadapan gadis kecil, gadis yang wajahnya terlihat sedikit tembem itu terlihat bukanlah dari keluarga berkecukupan, terlihat dari pakaiannya yang tidak begitu bagus, namun dia berdandan sangat bersih, diatangannya masih ada seikat bunga, itu membuat wajahnya semakin terlihat lucu.

Disaat ini, si bocil yang tinggi badannya bahkan tidak setinggi pinggang Andreas itu tengah menatapi Andreas dengan susah, tatapannya terus bersinar, "Koko, kamu belilah bunga untuk pacarmu, cici begitu cantik, kamu baikan dengannya dan dia tidak akan marah lagi."

Gadis cilik ini menatapi Tiffany, dan lalu kembali menatap kearah Andreas dan berkata, "Koko, kamu lihat, cici sudah marah denganmu, kamu beli bunga untuk cici, nanti cici akan menjadi pacarmu lagi."

Tiffany menutup wajahnya, dia tahu bagaimanapun dia menjelaskan, gadis cilik ini psati sudah berpikiran teguh.......

Melihat Tiffany yang tidak berdaya, Andreas tertawa, dia berjongkok dan membuat gadis cilik ini bisa bertatapan langsung dengannya, "Adik kecil, kamu bilang dulu, bagaimana caranya untuk membuat cici bisa menjadi pacarku?"

Gadis cilik itu membengkokkan kepalanya, "Cici sudah adalah pacarmu, koko begitu tampan, cici juga begitu cantik, kalian pasti sudah berpacaran."

"Koko kamu jangan sedih, cici hanya marah saja, kamu banyak baik-baikin dia, nanti setelah cici senang, kalian akan bersama selamanya lagi."

Andreas tersenyum jahat kearah Tiffany, melihat Tiffany yang masih saja tidak ingin menjelaskan apapun, namun daun telinganya yang merah sudah mengkhianatinya.

Andreas tersenyum, dia menatapi gadis itu dengan puas, dia tersenyum dan menganggukkan kepalanya, "kalau begitu menurutmu apakah koko membeli semua bungamu dan cici akan senang lagi?"

Gadis cilik itu mengerakkan kepalanya dan berpikir, terakhir menjawab dengan jujur, "Aku juga tidak tahu, itu harus lihat kemampuan koko"

Lalu gadis cilik itu menatapi Andreas dengan tegas, "Tapi aku pasti akan berdoa untuk koko!"

Andreas benar-benar tertawa karena perkataan anak ini, dimata Andreas, semua jenis marketing itu terlalu buruuk, namun cara marketing gadis cilik ini sungguh cocok dengannya, dia tertawa, "Baik, kalau begitu kakak beli semua bungamu ini, kamu juga bisa istirahat lebihi pagi."

Gadis cilik itu menganggukkan kepalanya, dia menatapi Andreas dengan penuh harapan, namun ketika Andreas memegang kantong celananya, seketika terasa canggung sekali.

Karena Andreas terpikiran dengan sebuah hal yang sangat menjengkelkan, setiap kali dia keluar cashnya selalu berada pada Dave, sedangkan dirinya selalu membawa sebuah kartu debit saja.........

Sedangkan kondisi saat ini, dia jelas tidak boleh mempertanyakan nya.............

Gadis kecil itu melihat Andreas tidak bergerak sesaat, dia lalu mengerakkan kepalanya dengan penasaran, "Koko, jangan-jangan kamu tidak punya uang?"

Tiffany yang awalnya masih marah disamping sana tiba-tiba tertarik ketika mendengar perkataan Gadis kecil ini, dia tersenyum jahat disampaing dan menatapi Andreas.

Kamu punya uang dan sombong, namun tidak membawa uang cash, hehehe, apakah mau tanya kepada gadis kecil ini bisa pakai kartu debit atau tidak.............

Tentu saja Tiffany tidak berani mengaakannnya, jika benar-benar merangsang Andreas, entah apa nanti pembalasannya, sekarang bisa melihat tampang canggung Andreas saja Tiffany sudah merasa puas.

Sedangkan Andreas tentu saja mengerti senyuman jahat Tiffany, ekspresinya sedikit berubah, dia direktur utama namun malah dibilang tidak punya uang oleh seorang gadis cilik.

Namun memang benar juga perkataan gadis cilik ini, bagaimanapun juga dia tidak punya cash...........

Andreas tersenyum canggung kepada gadis kecil itu, dia berkata, "Koko bukan tidak punya uang, koko lupa membawanya.........."

"Apakah boleh berikan uangnya kepada koko dulu, nanti koko suruh orang lain datang untuk membayarnya lagi?"

Gadis cilik itu mengeluarkan lidahnya dan berkata, "Tidak boleh lho, Valerie berjanji kepada ibu untuk menghabiskannya, jika semuanya kasih kepada koko, ibu akan marah."

"Koko sungguh tidak teliti, menemani cici keluar jalan-jalan mana boleh tidak membawa uang, jika cici suka sesuatu kamu juga tidak bisa membelinya, tentu saja cici akan marah, dasar pelit. hehehe."

Andreas sungguh bingung untuk tertawa atau menangis, dia seorang direktur utama besar namun malah dikata-katai oleh gadis kecil, dia malah dibilang pelit, namun tampang lucu si gadis cilik yang serius ini membuatnya tidak enakan mengatakan apapun, dia hanya bisa tersenyum masam dan menganggukkan kpelanya.

Terakhir gadis cilik itu melirik kearah Tiffany, dan mengeluarkan satu bunga mawar yang paling cantik dan diberikan kepada Andreas.

"Namun kak, Valerie boleh memberikanmu satu, daripada kamu malu didepan kakak."

Andreas sungguh tidak punya cara untuk menghadapi gadis cilik ini, dia tersenyum lembut dan menerimma bunganya, "Namamu Valerie kan, koko sudah ingat, kamu hadiahkan satu bunga kepada koko, koko nanti hadiahkan sebuah toko bunga untukmu."

Valerie sepertinya tidak percaya dengan perkataan Andreas, dia mengulurkan lidahnya dan melambaikan tangannya kepada Tiffany, "Cici, kamu jangan marah dengan koko lagi, koko hanya tidak sengaja lupa membawa uang saja, koko masih mencintaimu."

Seusai berkata, Valerie berlari kesepasang kekasih lain yang tidak jauh darinya, "Koko, belilah sebuah bunga untuk cici........"

Novel Terkait

Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu