Precious Moment - Bab 197 Hari ini Kamu Adalah Pacarku

Ketika Andreas Lu berjalan keluar dari ruangan buku dan sambil merangkul Tiffanny Wen, wajah Tiffanny Wen masih tampak merah dan dengan bodohnya dia menuruti Andreas Lu, setelah berjalan keluar sedikit jauh, wajah Tiffanny Wen berubah normal kembali.

Ketika Tiffanny Wen normal kembali, menyadari Andreas Lu berjalan sambil merangkul pinggangnya, dan ini membuatnya terkejut, dengan segera dia lari keluar dari rangkulan tangan Andreas Lu, dan merasa marah karena telah dipermalukannya, dia marah dan melototi Andreas Lu.

“Andreas Lu, mengapa kamu memanggilku sebagai pacarmu, apakah kamu tidak sengaja telah mempermalukan aku?”.

Andreas Lu kemudian menarik kembali tangannya, dan memasukan tangannya ke dalam kantong celana, sambil melihat Tiffanny Wen yang sedang marah, dengan mata yang tak berdaya, berkata: “Belakangan ini ibuku bersikeras ingin memperkenalkanku dengan seorang wanita, wanita yang tadi itu adalah Melody Su, adalah putri terhormat keluarga Su dan keluarga Lu, aku tidak ingin membuatnya malu dan menolaknya, nanti ibuku pasti akan membunuhku, tentu saja memohon bantuanmu untuk menjadi pelindungku”.

Tiffanny Wen terdiam, dan berpikir bahwa apa yang dikatakan Andreas Lu ada benarnya, tetapi dia juga terlalu egois!

Tiffanny Wen baru saja ingin mengatakan sesuatu, Andreas Lu memotong pembicaraannya: “Dan aku juga sudah banyak membantu kamu, hanya masalah sekecil ini apakah mungkin kamu keberatan untuk membantuku?”.

“Aku sudah mengatakan terima kasih pada masalah yang sebelumnya, tapi kali ini anggap saja membantuku satu hal, bagaimana?”

Tiffanny Wen terdiam, dan mengingat masalah “Satu hal”, bagaimana itu bisa terjadi, wajahnya memerah dan beberapa waktu kemudian menjadi tenang kembali.

Sebenarnya... ada satu hal lagi yang belum terhitung...

Tiffanny Wen memonyongkan bibirnya, merasa sedikit bersalah dan mengalihkan perhatian: “Setidaknya, kamu juga harus menyapanya terlebih dahulu, dengan begitu bukankah aku bisa mempersiapkan diriku dengan baik? Jika terlalu mendadak itu akan membuatku merasa canggung”.

Andreas Lu melihat Tiffanny Wen yang sedikit sombong dengan senyumannya lembutnya: “Baiklah, lain kali aku pasti akan menyapanya”.

TIffanny Wen menghela napas: “Baiklah kalau begitu”.

Kemudian lanjut berjalan mengikuti Andreas Lu, tetapi setelah berjalan beberapa langkah, tiba-tiba menyadari ada yang tidak beres, berhenti berjalan dan berpikir sejenak.

“Andreas Lu, kamu masih ingin masalah berikutnya! Jangan berharap!

Andreas Lu menatap dan mengitari Tiffanny Wen, kemudian mengangkat alisnya dengan lembut dan tidak mengatakan apapun, kemudian lanjut berjalan lagi.

"Ya sudah tahu, kita pergi lihat Nenek dulu, kali ini aku akan menyapanya terlebih dahulu".

"Menyapa apa? Menyapanya terlebih dahulu?".

Andreas Lu berhenti berjalan, berbalik badan dan menatap Tiffanny Wen, dengan mulutnya yang menyebalkan: "Ya benar menyapa... Hari ini kamu adalah pacarku".

"Jadi, agar permainan akting ini terlihat sungguhan, julurkan tanganmu sekarang".

Tiffanny Wen merasa waspada: "Apa yang ingin kamu lakukan?"

Andreas Lu tersenyum, terlihat seperti ada ekor yang keluar dari belakang tubuhnya: "Berpegangan tangan, kamu sekarang adalah pacarku, jika tidak begini orang lain akan merasa curiga".

"Atau maksudmu adalah, kamu merasa akan lebih baik jika aku merangkul pinggangmu ?".

Melihat Andreas Lu yang semakin mendekat, dengan ekornya yang tanpa henti terus-menerus keluar dari belakang tubuhnya, dan dari senyuman jahatnya, keluar sepasang tanduk dari kepalanya...

Akhirnya, Tiffanny Wen dikalahkan, menurutinya dan mengulurkan tangan kirinya...

Dan pada akhirnya, Andreas Lu merasa puas karena telah memegang tangan Tiffanny Wen yang lembut dan halus, Andreas Lu merasa senang, namun nyatanya dia tetap terlihat diam dan tenang.

Tiffanny Wen berjalan mengikutinya dari belakang, dengan wajah yang merah, melihat punggung Andreas Lu, dia merasakan kehangantan dalam pegangan tangannya, membuatnya merasa...

----------

Masih dalam angan-angan pemikiran Tiffanny Wen, Andreas Lu memegang tangan Tiffanny Wen berjalan sampai depan pintu sebuah kamar, kemudian mengetok pintu.

Terdengar suara dari dalam: “Silahkan masuk”.

Setelah Andreas Lu mendengar suara, dia mendorong pintu dan masuk, model pintu ini berbeda dengan pintu masuk yang ada di ruangan buku sebelumnya.

Setelah masuk, Andreas Lu berdiri berhadapan dengan orang tua yang berdiri di samping meja teh dan berkata dengan hormat: “Nenek, aku sudah kembali”.

Melihat wajah Andreas Lu yang penuh dengan senyuman manisnya, aura tempramen dalam tubuhnya seketika menghilang, Tiffanny Wen merasa sangat terkejut, dan menatap Nenek Andreas Lu.

Karena hari ini adalah pesta ulang tahun Nenek, maka saat ini orang tua itu sedang mengenakan gaun yang penuh dengan warna merah, bagian atas mengenakan kalung emas, yang sangat mencolok, dan penuh dengan semangat.

Kepalanya yang penuh dengan uban, wajah tuanya yang keriput, tapi itu semua tidak dapat menyembunyikan wibawanya, dan terlihat sedikit cantik.

Pada saat orang tua itu melihat kedatangan Andreas Lu, terlihat dari bola matanya dia merasa sedikit terkejut, ketika melihat di samping Andreas Lu ada Tiffanny Wen, membuatnya semakin terkejut sampai-sampai tidak menutup mulutnya.

Terdengar suara yang penuh dengan kejutan, dan berkata: “Wah, Husky kecilku sudah datang, sini sini kemari, biarkan Nenek melihatmu”.

Wajah Andreas Lu tersenyum tak berdaya, dan sedikit kesal: “Nenek, jangan memanggilku dengan sebutan Husky kecil... terakhir kali aku bertemu denganmu, kamu memanggilku Husky besar.

Melihat Andreas Lu dipermalukan, Tiffanny Wen mengingat Andreas Lu pernah mengatakan Husky adalah nama panggilannya, Tiffanny Wen pelan-pelan bersembunyi di belakangnya Andreas Lu dan tertawa.

Meskipun Nenek sedang berbicara dengan Andreas Lu, tetapi pandangan Nenek sebenarnya adalah ke arah Tiffanny Wen, kemudian menatap kembali beberapa kali dan mengangguk-nganggukkan kepala, sambil melihat mereka berdua yang sedang berpegangan tangan.

“Hahaha, bagus bagus, jika Adik kecil Andreas Lu tidak suka Nenek memanggilmu seperti itu, maka Nenek tidak akan memanggilmu seperti itu lagi”.

“Andreas Lu, wanita yang di sebelah kamu terlihat cukup cantik, cepat perkenalkan dia kepada Nenek”.

Tiffanny Wen tersenyum dan tersipu malu ketika dia mendengar Nenek yang sedang memujinya, kemudian Andreas Lu menarik Tiffanny Wen maju ke depan, berhadapan dengan meja teh, dan duduk di depan Nenek.

“Nenek, ini Tiffanny Wen, pacarku”.

Karena Tiffanny Wen telah menyetujui permintaan bantuan Andreas Lu, maka dia bertindak seperti biasanya dan tidak melakukan perlawanan.

“Hahaha”. Mengetahui Tiffanny Wen ternyata adalah pacar Andreas Lu, kemudian mendengar kembali kata-kata manis Tiffanny Wen, Nenek yang sangat gembira mendengarkannya dengan seksama.

“Hahaha, Mulut gadis muda ini sangatlah manis, dapat bertemu dengan mu itu semua juga karena keberuntungan dari Andreas Lu”.

“Gadis muda, berjumpa denganmu, dapat dikatakan permintaan kecil Nenek telah tercapai. Kamu tidak akan tahu, Andreas Lu anak ini sangatlah dingin sama seperti es batu, di musim panas Kakak perempuannya suka sekali berada di sampingnya, mengatakan bahwa dia seperti AC, dingin dan sejuk”.

“Karena sudah biasa pendiam dan dingin, aku rasa tidak banyak orang yang berani untuk bermain dengan dia, sampai sebesar ini, dan kamu adalah wanita pertama yang dia bawa ke sini untuk bertemu langsung dengan Nenek”.

“Sekarang aku sudah melihatmu, aku merasa lega”.

Tiffanny Wen terhibur dengan humor Nenek dan tertawa, kemudian menutup erat mulutnya, dan terlihat kedua lesung pipinya.

“Nenek, kamu terlalu berlebihan, meskipun Andreas Lu terlihat dingin, tapi aku merasa aman saat bersamanya, dan setelah kenal lama dengannya, sebenarnya dia orang yang cukup hangat”.

“Nenek, aku ingin memohon maaf kepadamu... karena saat Andreas Lu menjemputku dia bahkan tidak mengatakan kepada ku bahwa hari ini adalah pesta ulang tahunmu, dia hanya mengatakan ingin memberikan aku kejutan, dan pada akhirnya aku malah tidak mempersiapkan kado...”.

Usai berbicara, Tiffanny Wen menoleh dan melototi Andreas Lu.

Dan Andreas Lu tidak peduli dan mengangkat-angkat bahunya: lelucon, jika saja aku memberitahu mu, apakah aku masih bisa membawamu ke sini?

Melihat adegan pro dan kontra ini, Nenek merasa bersyukur, dan memegang tangan Tiffanny Wen, dengan wajah yang tersenyum: “Hahaha, tidak apa, Gadis muda, kamu adalah kado yang diberikan untukku dari Andreas Lu”.

Usai berbicara Nenek menghela nafas dengan santai: “Hee, waktu berlalu begitu cepat, dalam sekejap melihat Andreas Lu yang sudah besar, bibi sudah berusia 70 tahun, dan tidak tahu berapa lama lagi akan tetap sehat dan kuat”.

“Gadis muda, permintaan terbesar Nenek sekarang adalah, berharap Andreas Lu segera menikah, dan kemudian, disaat mataku masih bisa melihat dengan jelas, dapat melihat dan menggendong cucuku”.

Tiffanny Wen dengan sendirinya mengerti pesan dan maksud Nenek, wajahnya sedikit merah, dengan sungkan menundukkan kepalanya: “Nenek, jangan terlalu sedih begitu... tubuhmu masih sangat sehat dan kuat, masih bisa hidup sampai ratusan tahun, jangan bicara soal menggendong cucu, jangan menggen...gen...gen...jangankan menggendong cucu, kamu bahkan boleh memeluknya”.

Novel Terkait

Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu