Precious Moment - Bab 328 Hanya Milikku

Setelah makan malam, langit sudah gelap.

Paman Lu kembali menambahkan ranting kering ke api unggun, membuat api tersebut semakin besar, menerangi daerah perkemahan yang kecil itu, Tiffanny Wen membantu Bibi Yang membereskan makanan yang sudah habis di makan (sebenarnya hanya mengambil satu kantong plasti kbesar, memasukan semua barang keculai kuah kedalamnya)

Tiffanny Wen mencari ke mana-mana, tetapi dia tidak menemukan bayangan Andreas Lu di samping api unggun.

Tiffanny Wen merasa bingung mencari ke semua tempat, dia justru menemukan sebuah "Pohon" hitam di pinggir lembah dengan bentuk yang aneh.

Tiffanny Wen tersenyum, perlahan dia berjalan ke sana, ternyata itu adalah Andreas Lu yang sedang duduk di bawah pohon meikmati pemandangan.

Melihat Andreas Lu duduk di bawah begitu saja, punggungnya bersandar pada pohon, sudut bibir Tiffanny Wen bergetar, apakah waktu pencinta kebersihan Andreas Lu sedang istirahat? Ataukah dia hanya berpura-pura??

Mendegar suara langkah kaki, Andreas lu perlahan membalikan kepalanya, dengan cahaya api dia melihat wajah Tiffanny Wen, tetapi di dalam ke remang-remangan itu justru terlihat semakin cantik.

Andreas Lu perlahan menaikan alisnya, dan melambaikan tangan kepada Tiffanny Wen: "kemari."

Tiffanny Wen mencagakan pinggang, memiringkan kepalanay dan menatap Andreas Lu, diamereasa sekarang pria ini sedikit aneh.

Meskipun Andreas Lu terlihat seperti gunung es yang tidak tersenyum di depan orang luar, dia jauh lebih lembut terhadap orang-orang yang dikenalnya. Meskipun ekspresi wajahnya tidak banyak dan aura sekitarnya agak serius, tetapi terkadang masih terlihat sikapnya yang menjauh dari orang-orang.

Tetapi Andreas Lu yang sekarang, sama sekali tidak terlihat aura dingin, dia duduk diam di bawah pohon, bagian atasnya tertutupi oleh bayangan pohon bagaikan dirinya dan pohon menjadi satu, ketenagan itu sedikit menyedihkan, teapi ketika dia membalikan kepalanya, tatapan matanya terlihat lembut, pupil gelap masih bisa memancarkan cahaya redup dalam bayang-bayang.

Melihat Tiffanny Wen hanya berdiri diam di kejauhan, seperti sedang memperhatikan dirinya, Andreas Lu merasa aneh, dia menurunkan tangannya dan meletakannya dia tanah, menghadap sedikit miring ke Tiffanny Wen.

Dalam diam menatap Tiffanny Wen, ada sedikit godaan di matanya: tidak mau ke sini? taku t aku memakanmu?"

Walaupun tidak tahu mengapa Andreas Lu memberikan perasaan yang berbeda, tetapi Tiffanny Wen sepertinya sudah terbiasa, karena sudah lama mengenal Andreas Lu, dirinya menyadari bahwa ternyata dirinya sangat mengerti pria itu.

TIffanny Wen tersenyum, tetapi tetap terlihat sedikit sombong: "Kamu, apakah aku perlu merasa takut padamu?"

Selesai berkata, Tiffanny Wen melangkah menuju ke tempat Andreas Lu, melihat tubuh Andreas Lu yang sedikit miring, tanpa ragu dia langsung duduk di sisi Andreas Lu.

Tiffanny Wen semakin lama semakin berani, untuk sesaat Andreas Lu merasa tidak terbiasa, karena sebelumnya, wanita ini selalu malu-malu, dan juga terdapat ekspresi sedikit bodoh, saat itu, tidak peduli bagaimana dirinya mengungkapkan perasaannya, wanita ini akan selalu pura-pura tidak mendengar.

Teringat saat-saat menyedihkan itu, mata Andreas Lu terlihat sedikit sedih, walaupun merasa sedikit merindukannya, tetapi tidak melihat dirinya yang malu-malu, bukankah ketika mengodanya justru berkurang sedikit perasaan mengasyikan?

Andreas Lu diam-diam melihat Tiffanny Wen dari samping, dia tidak dapat menahan diri untuk mengodanya: "ada apa, duduk jauh sekali dariku, masih bilang tidak takut padaku?"

Tiffanny Wen duduk di samping, diam-diam dia melihat ke langit, setelah mendegar perkataan Andreas Lu, dia memutar bola matanya dengan kesal: "aku takut padamu, taku tamu mengigitku, kamu sendiri yang duduk miring, mengambil begitu banyak tempat, memang itu salahku?"

Andreas Lu menaikan alisnya, merasa sekarang mengoda Tiffanny Wen tidak mengasyikan, tetapi dia tetap menegakkan tubuhnya, lalu menepuk-nepuk tempat kosong di sebelahnya: "sekarang kamu bisa duduk kesini sedikit."

Tiffanny Wen tetap menatap langit dan memonyongkan mulutnya: "tidak mau, kamu menyuruhku ke sana maka ahu harus kesana, bukankah aku akan menjadi sangat malu?"

Sudut bibir Andreas Lu bergetar, mengapa kata-kata ini sangat familiar?

Andreas Lu tertawa, lalu bangkit berdiri, kemudian dia berjalan ke hadapan Tiffanny Wen, menutupi pandangan matanya yang sedang melihat langit.

Walaupun membelakangi cahaya bulan, Tiffanny Wen sama sekali tidak dapat melihat jelas ekspresi Andreas Lu, tetapi dari sepasang matanya yang bersinar, dia dapat membaca "tatapan jahan" di mata itu.

Meskipun Tiffanny Wen (Tiffanny Wen) tidak bisa melihat ekspresi Andreas Lu (Lu Jingyuan) saat ini dengan sinar bulan di punggungnya, dia masih membaca kata-kata "pesona jahat" dari mata hitam yang bersinar.

Tubuh Tiffanny Wen tanpa sadar menegang dan memandang Andreas Lu dengan waspada: “Apa yang ingin kamu lakukan ?!”

Cahaya jahat di mata Andreas Lu menjadi semakin kuat dan kuat. Tiffanny Wen sepertinya melihat cahaya hijau kecil di matanya: “Kamu.”

Tiffanny Wen terlalu gugup, tapi tiba-tiba mendapat jawaban yang tidak jelas dari Andreas Lu. "Aha? "

Melihat tampang bingung Tiffanny Wen, kejahatan di mata Lu Jingyuan sedikit memudar, tapi senyumannya menjadi lebih tebal:" Aku berkata, aku ingin bercinta denganmu. “

Tiffanny Wen mengerti dalam sekejap, wajahnya menjadi sedikit merah, dan dia menatap tajam ke arah Andreas Lu:“ Apakah menarik terus memainkan permainan seperti ini? Sangat membosankan! ”

Kemudian Tiffanny Wen mengeram, dia menyilangkan tangannya, menoleh ke samping, dan berhenti menatap Andreas Lu.

Melihat seseorang yang tiba-tiba marah, Andreas Lu tertawa, lalu dia duduk di sisi Tiffanny Wen, Tiffanny Wen yangs sedang marah langsung membalikan kepalanya ke sisi lainnya, walupun penasaran Andreas Lu akan melakukan apa, tetapi dia tetap menahannya.

Tiffanny Wen tiba-tiba memalingkan kepalanya ke sisi lain hingga ketika dia merasakan gerakan aneh datang dari sampingnya, Benar saja, dia melihat Andreas Lu mendekatkan lengannya menjadi satu dengn lengannya, bisa dikatakan sebuah "keintiman".

Tiffanny Wen melihat Andreas Lu yang tiba-tiba mendekat, walaupun dia dapat menebaknya, tetapi dirinya yang sedang marah tetap memasang ekspresi tidak suka, gerakannya mengahadap ke samping, lalu Andreas Lu mengulurkan tangannya dan memeluk bahunnya, membuatnya tidak dapat bergerak.

Tiffanny Wen memandang Andreas Lu dengan ekspresi mengancam: "Lepaskan."

Andreas Lu diam-diam mengangkat kepalanya dan melihat ke langit malam. Kejahatan di matanya memudar, hanya menyisakan senyum lembut dan tenang. Bahkan walaupun sudut mulutnya tidak melengkung, masih terasa kehangatan yang aneh.

“Aku tidak akan melepaskannya, dan kamu hanya bisa menjadi milikku.”

Tiffanny Wen memandangi satu sisi wajah Andreas Lu yang agak lembut dan asing, keberaniannya hilang dan hanya terus menatapnya. dia mendengar perkataan Andreas Lu, suaranya magnetis dan dalam dalam dengan kelembutan yang dalam menghantam hati Tiffanny Wen dengan keras, meninggalkan gelombang riak riak, dan menyebar.

Tiffanny Wen mendengus, tetapi tidak terdengar dia berkata lagi, perlahan dai memiringkan kepalanya bersandar di lengan Andreas Lu.

Tepat pada saat ini, Bibi Yang membawa selimut berjalan ke arah mereka: "Hubungan kalian benar-benar sangat baik, malam hari udara akan dingin kalian harus memperhatikan kesehatan kalian."

Andreas Lu, karena satu tangan digunakan sebagai bantal untuk Tiffanny Wen, sulit baginya untuk mengambil selimut yang diserahkan oleh Bibi Yang, Tiffanny Wen tertawa kecil dan mengambilnya dengan kedua tangan dan berkata dengan senyum manis: “Terima kasih Bibi Yang, tapi Bibi Yang, kamu memberi kami selimut, apakah cukup untukmu dan Paman Lu?”

Bibi Yang melambaikan tangannya, "Tidak apa-apa, aku dan dia menggunakan satu sudah cukup, dan juga kami masih membawa kantung tidur."

Tiffanny Wen mengangguk penuh dengan rasa terima kasih: “Terima kasih.”.

Bibi Yang tersenyum dengan tidak peduli: "tidak perlu berterima kasih, aku semakin suka dengan anak ini, kalau bukan kamu sudah memiliki kekasih, aku ingin mempekenalkanmu dengan putraku."

Bibi Yang tidak terlalu peduli dengan sikap Andreas Lu dan menggelengkan kepalanya sambil tersenyum: "Hahaha, tentu saja dia milikmu. Kamu ini anak muda benar-benar melindungi pacar."

Wajah Tiffanny Wen berangsur-angsur memerah di bawah tatapan mata Andreas Lu dan berkata: "Bibi Yang"

Novel Terkait

My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
3 tahun yang lalu