Precious Moment - Bab 134 Mata-mata beraksi lagi

Tiffanny kembali ke ruangannya dengan berat.

Melihat ekspresi Tiffanny yang demikian, Jennifer segera bertanya dengan perhatian.

“Fanny kenapa?” Bukankah tadi pergi merundingkan perencanaan? Kenapa kembali dengan wajah murung?”

Tiffanny menarik nafas dalam-dalam dan menepuk wajahnya sendiri, dalam hati ia menyemangatkan diri sendiri.

Semangat! Tiffanny! Kamu bisa melakukannya! Jangan sampai nanti diremehkan oleh Andreas!

Melihat Tiffanny tiba-tiba menepuk diri sendiri, kemudian terdiam lagi, Jennifer mengulurkan tangan meraba kening Tiffanny dengan heran.

“Fanny? Baik-baik saja bukan? Jangan mengagetkan aku, apa perlu aku menelepon ambulans?”

“Apa yang kamu katakan, apakah aku orang yang selemah itu?

Tiffanny yang selesai menyemangati diri sendiri, menyingkirkan tangan Jennifer dari keningnya dengan perlahan, matanya yang memancarkan semangat menatap Jennifer dengan penuh tekad berjuang.

“Cukup, Jennifer, tidak ada waktu untuk bercanda lagi, sekarang kita punya setumpuk tugas, sekarang baru benar-benar memikul tanggung jawab yang berat.”

Sambil bicara, Tiffanny pergi ke meja untuk merapikan berkas, siap-siap untuk menyibukkan diri, ketika melihat Jennifer menatapnya dengan tertegun, Tiffanny tersenyum.

“Tidak peduli direktur atau asisten, kamu dan aku sama-sama anak magang, jadi mari kita berjuang sama-sama!”

Jennifer dikagumkan oleh senyuman Tiffanny yang berkilau.

Ternyata Tiffanny begitu cantik kalau tidak menyamar……

Semangat juang Tiffanny menular ke Jennifer, berulang kali dia mengangguk, “Baik, bisa dikatakan sekarang kita berada di titik mulai yang sama, lihat saja siapa yang lolos duluan!”

“Boleh, ayo bersaing.”

Seketika atmosfer dalam ruangan menjadi panas, Tiffanny dan Jennifer kembali ke tempat duduk masing-masing, kedua tangan menari-nari di atas keyboard, dan mata sedang menyeleksi di layar.

“Jennifer, bantu aku pilah data tempat, jangan yang terlalu mewah, yang simpel dan bernuansa barat saja, jangan lupa mengecek apakah fasilitas pencahayaannya cukup, serta luas dan penataan tempatnya.” Tiffanny menundukkan kepala membolak-balikkan catatan yang ia dapat dari Hanita, serta jadwal kegiatan.

Jennifer mengangguk, setelah mengetik beberapa saat di keyboard, dengan cepat dia sudah mendapatkan hasil penyeleksian. “Fanny, berdasarkan hasil penyelesian, ada 23 tempat di kota ini.”

“Suruh mereka print data detail dari setiap tempat itu.”

Tiffanny menjawab Jennifer tanpa mengangkat kepala, jarinya masih menari di atas keyboard.

“Kemudian di sini aku sudah menyeleksi beberapa model, print data pribadi badan dan ciri khas mereka.”

“Baik.” Jennifer mengangguk, kemudian keluar dengan membawa berkas yang disodorkan Tiffanny.

Setelah melihat Jennifer keluar, Tiffanny bersandar ke kursi dengan lelah, dia pijik pelipisnya dan melihat jam, ternyata sudah satu jam lebih berlalu.”

Jadi direktur memang tidak enak, menguras tenaga dan energi, baru juga membereskan berkas sebentar, rasanya sudah capek sekali, seperti bukan baru kerja satu pagian.

Usai mengeluh sebentar, Tiffanny pun mulai melanjutkan lagi, konferensi pers produk baru kali ini, yang dipakai tetap busana yang diseleksi dari divisi desain, tapi berdasarkan penjelasan Andreas, sepertinya masih ada cadangan, namun sampai sekarang masih tidak ada kabar apa-apa, dirinya tidak pernah bisa mengerti pemikiran Andreas, kali ini mau pun yang sebelumnya.

Tiffanny menggeleng dengan tidak berdaya, lalu lanjut melihat busana yang Hanita seleksi untuk dipertunjukkan di konferensi pers produk baru, meskipun bagi Tiffanny tetap ada bagian yang bisa dikomentar, tapi kalau diubah sekarang, pertama akan menghabiskan banyak waktu, kedua akan membuat hubungannya dengan Hanita menjadi canggung.

Tiffanny tidak berencana untuk menghabiskan waktu di soal busana, jadi lebih baik fokus ke tempat konferensi pers dan model saja.

Juga tidak tahu ada kegunaan apa dari sketsa desain yang Andreas suruh dirinya kumpul itu, soal model dan tempat dia juga tidak memberitahu apa-apa ke dia, apakah dia rencana menggunakannya untuk melindungi diri sendiri? Desainnya hanya untuk dijadikan yang paling buruk?

Di saat Tiffanny tidak mengerti, Jennifer datang dengan membawa berkas yang tebal, serta membagi jadi dua bagian di hadapannya.

“Fanny, ini data detail tempat kegiatan dan data pribadi para model yang kamu inginkan.”

Tiffanny mengangguk, diambilnya data tempat, kemudian mengarahkan layar komputer ke Jennifer.

“Jennifer, kamu pasangkan dulu setiap busana di sini dengan model yang mana, sketsa lengkap dan contoh 3D ada di bawah, kamu pilih dulu, tunggu aku selesai memilih tempat baru memberi nilai ke kamu.”

Setelah itu Tiffanny mulai menundukkan kepala menyelesi tempat, tiba-tiba dia merasa seperti kurang sesuatu, ia berkata lagi kepada Jennifer, “Kalau tidak lolos, kamu traktir aku makan, kalau lolos aku yang traktir.”

Tentu saja Jennifer tahu Tiffanny sebenarnya sedang melatih dirinya, dalam hatinya sungguh berterima kasih, ia pun menganggukkan kepala dan mulai sibuk.

Setelah lama menyeleksi, akhirnya dia memilih La Cardi, nuansa yang simpel dan kebarat-baratan, luas namun tidak terkesan melompong, fasilitas pencahayaan juga memenuhi standarnya, Tiffanny pun menelepon.

“Halo, apakah ini La Cardi? Di sini adalah Louise Group, kami ingin memesan aula utama Dream Catcher, waktunya lima hari kemudian. Baik, tidak masalah, senang bekerja sama dengan anda.”

Setelah menetapkan tempat, Tiffanny langsung menulis “Lima hari, aula utama Dream Catcher” di sembarang tempat dari berkas tersebut, kemudian meletakkannya ke samping, lalu pergi melihat model yang dipilih Jennifer.

Sambil menilai model yang dipilih Jennifer, ia sambil menjelaskan dan terbiasa langsung menulis catatan di berkas.

Setelah Tiffanny mereka akhirnya selesai memilih model dan tempat, tanpa sengaja mereka mengangkat kepala dan merenggangkan leher bersamaan, ternyata sudah waktunya makan siang.

Tiffanny menindih berkas yang sudah dipilih dengan buku catatan, lalu menggandeng Jennifer keluar dari ruang kantornya menuju ke kantin sambil mengobrol seru dengan tatapan heran dari karyawan lain.

Sedangkan Diane langsung mengirim pesan ke Lesly dan Tiara setelah melihat Tiffanny mereka keluar, mereka langsung menangkap maksudnya.

Dengan langkah besar Lesly mendekat, pura-pura tidak tahu apa-apa, ia mengajak Tiffanny ngobrol untuk mengalihkan perhatiannya.

Sedangkan Tiara membawa setumpuk kertas, pura-pura akan mengantarkan dokumen, ia masuk ke ruangan Tiffanny, setelah mengamati beberapa saat, ia menemukan berkas yang tadi Tiffanny sembarang tindih dengan buku catatan.

Tiara tersenyum dingin, diambilnya berkas tersebut, mengurutkannya menjadi satu barisan dan memotretnya. Setelah mengembalikannya ke tempat semula, ia pun keluar lagi dengan setumpuk kertas.

Empat hari kemudian, sehari sebelum konferensi pers, Tiffanny, Jennifer dan Hanita datang ke La Cardi bersama, berencana untuk menata tempat acara, meskipun tidak tahu kenapa Hanita juga membawa Lesly mereka, tapi bagaimana pun juga Hanita yang membawa mereka, Tiffanny juga tidak enak hati untuk berkata apa-apa.

Sampai di sana, Tiffanny bertanya ke karyawan resepsionis.

“Halo, kami dari Louise Group, kami ingin menata aula utama Dream Catcher yang sudah dipesan, rencananya kami akan mengadakan konferensi pers besok.”

“Baik, mohon tunggu sebentar, aku cek dulu.” Usai itu, nona resepsionis pun mulai mengecek, tapi tidak lama kemudian, ia menatap Tiffanny dengan heran.

“Maaf nona, aula utama Dream Catcher sudah disewa oleh Boutiqoue Groups, dan mereka pakai untuk konferensi pers besok.”

Tiffanny kaget sekali mendengarnya, lagi-lagi Boutiqoue Groups?! Kenapa bisa kebetulan sekali? Jangan mata-mata beraksi lagi?

Tiffanny tetap tidak menyerah, bahkan dengan agak kesal ia meragukan, “Jelas-jelas aku sudah memesan dari telepon, tapi mengapa sekarang bilang sudah disewa?”

Nona resepsionis juga kebingungan, “Soal ini kami yang resepsionis juga tidak tahu, atau saya sambungkan telepon ke manajer kami?”

Tiffanny menganggukkan kepala dan memijit kening dengan tidak berdaya.

Setelah mengambil telepon dari nona resepsionis, Tiffanny berusaha menahan marah di dalam hatinya.

“Halo.”

Novel Terkait

My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu