Precious Moment - Bab 38 Ulang Tahun Ke-60

Setelah kembali ke kamar, Tiffanny Wen mulai memikirkan hadiah apa yang akan dia berikan pada Professor John Chen. Professor telah membantunya sangat banyak.

Tiba-tiba dia teringat sepertinya Professor suka pada lukisan cat minyak, dan merupakan seorang penikmat lukisan sejati.

Memikirkan ini, Tiffanny Wen segera menelpon seseorang.

"Halo. Aku ingat sepertinya kamu mengoleksi banyak lukisan cat minyak bukan?"

"Anny-ku, kamu menelponku pagi-pagi hanya untuk bertanya ini?"

Terdengar suara pria dari ujung sambungan.

Suara pria itu sangat memikat, sangat seksi, tapi ketika dia sengaja menggepengkan suara, malah kedengaran seperti wanita.

Huh, pagi-pagi? Di sini baru jam sepuluh malam lebih, dan di sana sudah akan siang bukan. Apanya yang masih pagi.

Dan juga, mendengar nama Anny, Tiffanny Wen merasa dirinya sangat kesal. Dia sudah berkata berapa kali, jangan memanggilnya dengan panggilan itu.

Bulu kuduk Tiffanny Wen berdiri. Dia tersenyum, menahan kepala dan berkata, "Kirimkan satu padaku. Aku membutuhkannya lusa pagi."

Kemudian, dia langsung menutup sambungan dan mengirimkan alamat kepada orang itu.

Pria yang teleponnya ditutup, mengeluh, "Anny, setelah pulang ke negara asalnya tidak lucu sedikitpun."

Tentu saja Tiffanny Wen tidak khawatir sama sekali pria itu tidak mengirimkan lukisan hanya karena perintahnya. Pria itu tidak berani tidak kirim.

Sangat cepat, di pagi hari saat hari ulang tahun Proffesor John Chen, Tiffanny Wen sudah mendapatkan lukisannya.

Setelah mendapatkan hadiah, Tiffanny Wen sangat puas. Dia percaya Professor John Chen akan sangat suka hadiahnya ini.

Setelah membereskan kamar sebentar, sudah jam 10 lebih. Tiffanny Wen membawa hadiah dan naik taksi ke rumah Professor John Chen.

Professor John Chen sudah mengajar di sekolah selama belasan tahun. Murid-murid yang dia ajari semuanya sangat berterima kasih dan menghormatinya.

Jadi di hari ulang tahun Professor John Chen yang ke-60, sangat banyak murid yang datang dari tempat jauh, turut merayakannya dengannya.

Professor John Chen sudah mengajar sepanjang hidupnya, dan rumahnya tidak besar. Sekarang banyak murid yang datang dan rumahnya kelihatan agak sesak.

Tapi Professor John Chen sangat senang. Tidak terpikir anak-anak ini begitu sungguh-sungguh, bahkan pulang untuk membantu merayakan ulang tahunnya.

Greyson Tsu dan Wenny Zhou sebagai mantan murid Professor John Chen tentu juga ada di sini.

Yang kenal dan yang tidak dikenal semuanya ada di sini. Semuanya mengobrol, menceritakan kehidupan pribadi setelah lulus, bisnis mereka, dll.

Wenny Zhou terus melihat pintu, dan berbincang dengan Greyson Tsu dengan kurang fokus.

Dalam hati Wenny Zhou berpikir, Tiffanny Wen belum datang di jam seperti ini, tidak mungkin tidak datang bukan. Kalau Tiffanny Wen tidak datang, maka bukankah semua yang dia lakukan sebelumnya menjadi sia-sia!

Greyson Tsu menyadari Wenny Zhou sedang tidak fokus dan bertanya dengan sedikit khawatir, "Wenny, ada apa, kamu baik-baik saja bukan?"

"Ah, Greyson, tidak apa-apa. Kamu jangan khawatirkan aku lagi, cepat temani mereka mengobrol."

Kira-kira sepuluh menit kemudian, orang yang Wenny Zhou tunggu-tunggu akhirnya muncul juga.

Tiffanny Wen masuk ke ruang tamu, mengangguk kepada orang-orang yang dia kenal, tapi hanya sebatas mengangguk-angguk saja.

Wenny Zhou melihat Tiffanny Wen akhirnya muncul juga, dan muncul senyum puas di wajahnya. Dia tahu wanita itu pasti akan datang.

Berjalan ke hadapan professor, Tiffanny Wen berkata senang, "Professor Chen, selamat ulang tahun. Maaf, tadi jalanan agak macet, jadi datang terlambat."

Professor John Chen begitu melihat Tiffanny Wen muncul sedikit terkejut. Tidak menyangka dia akan datang.

Professor John Chen berkata dengan senang, "Tidak apa-apa. Aku sangat senang kamu bisa datang. Tapi aku ingat kamu keluar negeri bukan. Kenapa pulang secepat ini?"

"Professor Chen ingatanmu benar-benar sangat bagus. Aku baru saja pulang beberapa hari yang lalu."

"Professor, aku benar-benar sangat berterima kasih padamu. Karena pengajaran di saat aku keluar negeri itu, aku sekarang sudah menemukan jalan yang cocok denganku dan sangat berhasil."

"Anakku, bagus kalau berhasil. Kamu sangat memiliki bakat. Harus terus berjuang ya."

"Iya, aku pasti akan berusaha ..."

Mereka berdua berbincang beberapa saat, kira-kira ketika orang-orang sudah datang, orang-orang mulai memberikan hadiah mereka pada professor.

Hadiahnya beragam macam, tulisan kaligrafi, catur yang mahal, karya seni buatan tangan, dll. Semua hadiah itu mempunyai arti tersendiri dan mengungkapkan doa serta rasa terima kasih mereka kepada professor.

Saat ini Wenny Zhou mengeluarkan hadiah, hadiahnya adalah sepasang persik panjang umur yang terbuat dari emas 24K.

Ketika orang-orang melihat hadiahnya, mereka semua merasa sangat terkejut.

"Lihat hadiah Wenny sangatlah mahal!"

"Cik, cik, benar ya berbeda setelah menjadi artis!"

"Apa bisa sama setelah menjadi artis? Dia adalah orang terkenal, kalau memberikan hadiah murah, bukankah memalukan?"

"......"

Mendengar pujian seperti itu, Wenny Zhou merasa sangat puas. Dia menatap Tiffanny Wen dengan sombong. Dia tidak percaya Tiffanny Wen bisa memberikan hadiah yang lebih mahal darinya.

Tiffanny Wen tentu menyadari kalau Wenny Zhou sedang menatapnya, tapi dia tidak ingin mempedulikan wanita itu.

Dia mengeluarkan lukisan cat minyak pada Professor John Chen, "Professor, aku tahu professor selalu menyukai ini, jadi aku sengaja membawanya kemari."

Lukisan cat minyak itu dikirim ke sini. Masih ada bungkusan di luarnya. Ketika menerima lukisan ini, Tiffanny Wen tidak membuka bungkusannya. Dia percaya pria itu tidak mungkin membohonginya. Apalagi yang pria itu gambar memangnya ada yang palsu?

Orang-orang penasaran. Sebenarnya apa yang Tiffanny Wen berikan, kenapa sebesar itu.

Wenny Zhou yakin yang Tiffanny Wen berikan pasti tidak semahal dirinya. Dia ingin lihat apa yang sebenarnya Tiffanny Wen berikan.

Wenny Zhou membujuk Professor John Chen dengan lembut, "Professor, bagaimana kalau kita buka hadiah dari Tiffanny. Kita semua penasaran ..."

Professor John Chen sebenarnya merasa apapun yang murid-muridnya berikan, semua itu adalah niat baik dari mereka. Professor pun tidak berpikir banyak dan langsung membuka bungkusan.

Begitu bungkusan dibuka, dan orang-orang menyadari itu adalah sebuah lukisan, Wenny Zhou menganggap rendah Tiffanny Wen. Sebagai perancang utama Louise Group, bisa-bisanya memberikan hadiah jelek seperti itu.

Murid-murid di sekitar juga mulai bergosip.

"Dilihat dari bungkusan begitu besar. Ternyata hanya lukisan cat minyak saja."

"Iya, dan lukisan itu jelek sekali!"

"Mereka adalah teman. Tapi lihat punya Wenny, hadiahnya barulah yang dinamakan berharga."

"........."

Murid-murid itu tidak hentinya menggosipkan lukisan yang diberikan Tiffanny Wen. Kalau tidak mengerti jangan asal bicara, hati-hati nanti malu sendiri.

Orang-orang itu tidak mengerti lukisan cat minyak, sedangkan Professor John Chen sebagai seseorang yang hobi terhadap lukisan, tentu saja bisa membedakan yang asli dan palsu. Sejak mendapatkan lukisan itu, benak professor terlintas suatu cahaya dan sangat terkejut, tidak berani untuk percaya.

Kemudian Professor John Chen mengeluarkan kacamata bacanya untuk melihat lebih teliti lukisan itu.

Ketika orang-orang masih sibuk bergosip, Professor John Chen tiba-tiba angkat bicara, "Anakku, aku tidak bisa menerima hadiahmu."

Novel Terkait

Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu