Precious Moment - Bab 34 Rasa Yang Dulu

Dua puluh menit kemudian, mobil berhenti di depan snack street. Begitu orang-orang melihat mobil Rolls-Royce terparkir di sini, mereka sedikit terkejut: Mengendarai mobil sebagus ini untuk makan di sini?

Tiffanny Wen turun dari mobil, melihat sekitar. Sudah satu tahun tidak bertemu, tempat ini masih seperti dulu.

Sejak dia kembali, semua orang dan benda berubah, berubah sampai dia tidak menemukan kembali bentuk mereka yang semula.

Sedangkan kebanyakan hal di sini masih sama seperti semula. Teriakan penjual-penjual yang saling bersahutan, juga kerumunan yang agak sesak, semuanya makan dan minum dengan senang, seperti tidak ada kesetressan sama sekali.

Dulu saat dia sekolah, dia sering makan di sini. Saat itu dia masih bersama Wenny Zhou. Semua barang-barang masih dia simpan. Sekarang kembali datang ke sini, Tiffanny Wen merasa sangat akrab. Meskipun barang-barang di luar sudah berbeda, tapi di sini selain beberapa penjual yang sudah diganti, semuanya masih sama.

Andreas Lu yang turun dari mobil dan mencium beragam bau bercampur, mengerutkan dahi dan bingung. Dulu Tiffanny Wen setidaknya merupakan nona dari keluarga kaya, kenapa bisa datang ke tempat seperti ini?

Andreas Lu ingin bertanya pertanyaan dalam hatinya, tapi melihat Tiffanny Wen malah sedang melamun, "Halo! Apa yang sedang kamu pikirkan?"

Andreas Lu menghamburkan lamunan Tiffanny Wen, "Oh, tidak ada, ayo kita jalan!"

"Kamu benar-benar mau berjalan ke dalam?" Andreas Lu bertanya dengan wajah tidak suka.

"Tentu saja. Kita saja sudah sampai, mana mungkin tidak masuk. Ditambah lagi aku sangat lapar."

"Ayo, silakan masuk!" selesai berkata, Tiffanny Wen menarik tangan Andreas Lu dan masuk ke kerumunan orang.

Melihat tangannya ditarik oleh Tiffanny Wen, Andreas Lu sedikit tersentak, dan membiarkan tangannya ditarik oleh wanita itu.

Sekelompok gadis yang terus melihat Andreas Lu sejak pria itu turun dari mobil, saat ini melihat Tiffanny Wen menarik tangan pria yang begitu tampan, hati mereka rasanya penuh dengan keirian.

Melihat bosnya masuk ke snack street tanpa keberatan sedikitpun, Dave Gu merasa dia sendiri sedang bermimpi. Kemudian dia segera mengikuti langkah kaki mereka masuk ke dalam kerumunan orang juga.

Tiffanny Wen berhenti di depan kios penjual BBQ. Untung saja, kios ini masih ada di sini.

Dulu Tiffanny Wen sering makan di sini karena suami istri kios ini sangat baik, selain itu makanan mereka sangat segar dan rasanya enak.

Andreas Lu melihat kios BBQ ini sangat kecil, di dalamnya ada banyak orang yang duduk, juga orang-orang yang berdiri menunggu take away.

Setelah mencari meja kosong, Tiffanny Wen duduk dengan santai. Sementara Andreas Lu mempunyai phobia kebersihan, melihat meja dan kursi, dia benar-benar tidak tahan untuk duduk.

"Kenapa kamu berdiri, ayo duduk." Tiffanny Wen melihat adegan yang familiar, dan wajahnya terlihat senang.

Dave Gu ikut kemari dengan tidak mudah, tapi malah melihat bosnya sendiri melihat meja dan kursi dengan ragu.

Toko ini begitu kotor, dan bosnya memiliki phobia yang cukup parah. Sudah bekerja pada bosnya begitu lama, dia tidak pernah melihat bosnya datang ke tempat seperti ini.

Dave Gu tertawa diam-diam dalam hati. Hanya Nona Wen saja yang bisa membuat bosnya datang ke tempat seperti ini.

"Kenapa masih bengong? Kenapa tidak memikirkan cara!"

Andreas Lu tiba-tiba marah membuat Dave Gu sangat terkejut. Dave Gu segera mengeluarkan kertas tidak berguna, meletakannya di atas kursi, lalu mengelap meja dengan tisu.

Tiffanny Wen dari samping melihat tindakan Dave Gu, merasa lucu, apa perlu begitu bersih hanya untuk makan saja? Benar-benar.

Setelah Andreas Lu duduk, Tiffanny Wen tidak bisa menahan tawa lagi dan tertawa.

Pria yang setinggi 180 cm lebih, karena kursi terlalu kecil, jadi ketika pria itu duduk, kelihatan agak lucu.

Mendengar tawa Tiffanny Wen, wajah Andreas Lu berubah masam. Dave Gu yang berada di samping ketakutan. Tolong Nona Wen, jangan tertawa lagi. Kalau masih ketawa lagi, direktur akan marah.

Wajah Andreas Lu semakin masam. Tiffanny Wen akhirnya menghentikan tawanya, "Maaf, aku tidak dapat menahannya. Sebenarnya tidak lucu kok."

Andreas Lu malas perhitungan dengan Tiffanny Wen, jadi tidak mengatakan apa-apa.

Saat ini, suami istri pemilik kios BBQ akhirnya menyelesaikan pesanan orang-orang yang dibungkus pulang. Bibi tua itu berjalan kemari.

"Nona Wen, benar-benar adalah kamu. Aku tadi melihat rasanya adalah kamu, lalu aku bilang pada suamiku. Sudah lama tidak datang ya. Aku ingat dulu kamu sering datang."

Bibi tua itu menyapa dengan ramah.

"Bibi, sebelumnya aku sudah keluar negeri, baru pulang beberapa hari yang lalu. Lihatlah, begitu pulang aku langsung ke tempat bibi. Sangat merindukan bibi dan paman, juga sangat merindukan masakan kalian."

Tiffanny Wen juga menjawab sambil tersenyum, lalu melambaikan tangan pada paman yang sedang memasak.

"Kami juga rindu kalian. Kami kira kamu sudah bosan dengan makanan kami. Mau pesan apa? Yang seperti biasanya?"

"Bibi, mana mungkin. Rasa makanan kalian paling enak. Tidak terpikir bibi masih ingat apa yang dulu aku suka makan. Kalau begitu berikan kami tiga set."

"Apa itu pacarmu? Benar-benar pandai memilih." bibi melihat Andreas Lu dan tidak hentinya mengangguk sambil memuji.

Mendengar bibi telah salah paham, Tiffanny Wen ingin menjelaskan, tapi malah diputuskan dulu oleh Andreas Lu.

"Bibi, bisa memasak lebih cepat? Dia sudah seharian tidak makan, sangat lapar."

"OK. Kalian duduk dulu, sebentar lagi datang."

"Anak muda harus memerhatikan kesehatan. Tidak makan tidak baik bagi kesehatan."

Setelah bibi pergi, bibi terpikir sesuatu lagi, lalu kembali untuk berkata penuh perhatian pada Tiffanny Wen.

"Iya, terima kasih bibi. Akan aku perhatikan."

Suami istri di sini sedang memasak. Melihat Tiffanny Wen yang tersenyum hangat, wajah wanita itu ada lesung pipit, saat tersenyum sangatlah cantik. Memikirkan dari bandara, ini adalah pertama kalinya Tiffanny Wen tersenyum dengan tulus.

"Apa kamu dulu sering datang ke toko ini?"

"Iya. Saat kuliah sering makan BBQ dengan teman-teman di sini. Pernah sekali bahkan ketahuan oleh guru dan dimarahi ..."

Di pertengahan bibi mengantarkan pesanan mereka. Tiffanny Wen sambil makan sambil menceritakan pengalaman masa lalu. Terlepas dari semua tentang Wenny Zhou, masa lalunya sangat bahagia dan tidak ada kesetressan.

Dia bahkan menceritakan tentang pengalaman bolos dan suara berisik memutuskan perkataannya.

Mendengar dari arah suara, sepertinya dari sekelompok preman yang meminta uang dari pemilik toko BBQ ini.

Mereka memukul meja dengan kencang, "Mana uang perlindungan bulan ini?"

Suami istri toko ini melihat para preman dan sedikit takut. Dengan suara bergetar memohon, "Pemasukan bulan ini kurang baik. Tolong kalian toleransi beberapa hari. Beberapa hari lagi pasti kami serahkan."

Beberapa preman itu tidak setuju, bahkan mengancam mereka, "Cepat berikan! Percaya atau tidak kami langsung menghancurkan toko kalian."

"Tapi ... tapi kami tidak mempunyai uang untuk dibayarkan."

"Tidak ada uang untuk apa membuka toko. Bro, gerak!" beberapa orang itu langsung mulai menghancurkan toko begitu selesai berkata.

Beberapa pembeli di sekitar melihat preman, langsung kabur tanpa membayar.

Suami istri ini melihat para pembeli kabur, hanya bisa menghela napas. Sia-sialah kerja malam ini.

Tiffanny Wen dan Andreas Lu melihat semua ini, dan tanpa sadar mengerutkan dahi ....

Novel Terkait

Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu