Precious Moment - Bab 166 Tidak Akan Kubiarkan Kamu Hidup Tenang

Setelah selesai makan, Tiffanny Wen dan Jennifer Xia berpamitan dengan Luis Chu, lalu bergandengan tangan berjalan pergi menuju Louis.

Di dalam lift, Jennifer Xia dengan penasaran melihat Tiffanny Wen, “Fanny, bagaimana kamu bisa kenal dengan Dark Knight? Bagaimana dia bisa menyukaimu, Fanny?”

Tiffanny Wen dibuat bengong oleh pertanyaan Jennifer Xia yang begitu tiba-tiba ini, mengingat kembali apa yang telah terjadi, segera setelahnya wajahnya menjadi murung: “Itu bisa dibilang takdir yang buruk, jelasnya bagaimana bisa bertemu aku juga sudah tidak ingat dengan jelas, ketika kembali dia sepertinya sudah ada di sisiku, ketika itu aku berada di luar negeri tidak punya sandaran, semuanya dibantu olehnya…..Sampai-sampai panggilan Fanny ini karena waktu itu aku begitu benci orang lain memanggilku Tiffanny, jadi aku memintanya untuk menggantinya, hasilnya diganti menjadi panggilan Fanny yang menyebalkan ini, mau bicara apapun dia tidak menggantinya lagi.”

“Hah? Gitu ya?” Jennifer Xia dengan tatapan menyelidik memandang Tiffanny Wen “Kalau begitu Fanny, sekarang aku memanggilmu begini, apakah kamu membenciku?”

Tiffanny Wen memandang wajah Jennifer Xia yang penuh penyesalan, dengan lembut tersenyum, dicubitnya wajah babyface-nya.

“Tentu saja tidak apa-apa, sekarang aku hanya merasa tidak suka bila beberapa orang tertentu saja yang memanggilku demikian.”

“Benarkah, kalau begitu syukurlah….” Jennifer Xia menepuk-nepuk dadanya merasa lega.

Keluar dari lift, Tiffanny Wen dan Jennifer Xia langsung berjalan menuju ruangan kantor mereka, kembali duduk di depan komputer mereka, mulai dengan berurutan melanjutkan tugas pagi hari mereka.

Saat ini berbunyi suara dering yang sangat dikenal, Tiffanny Wen dengan penasaran mengambil ponselnya, melihat tulisan yang tertera di layar, suasana hatinya pun tidak seberat tadi, sebaliknya lebih nyaman dan ceria, dia mengangkat alisnya.

Di saat seperti ini dia menelepon apakah untuk memastikan waktu pernikahan?

“Halo.” Nada suara Tiffanny Wen waktu menerima telepon menyiratkan kebahagiaan di atas kesulitan orang lain.

Hanson Wen di ujung telepon otomatis dapat mendengar nada suara Tiffanny Wen yang demikian, urat-uratnya nampak menonjol di pelipisnya, berusaha menahan amarah dalam hatinya.

“Tiffanny, pesta pernikahan adikmu akan dilaksanakan tiga hari lagi, kamu harus datang menghadirinya ya.”

Tiffanny Wen mengangkat alisnya, tersenyum licik, matanya berkedip: “Aku pasti hadir tepat waktu, bahkan sudah sejak awal aku menyiapkan angpao, di hotel mana? Aku pasti usahakan tiba lebih awal.”

Tiffanny Wen yang telah menanyakan alamat lokasi dengan jelas perlahan menutup teleponnya, bersenandung ringan bahkan gerakan jemarinya di atas keyboard komputer pun mengikuti irama senandungnya.

Jennifer Xia dengan wajah penasaran melihat dari balik komputer berusaha untuk mencari tahu, dalam matanya ada sorot hapanan, “Fanny, menerima satu telepon saja membuatmu begitu gembiranya, ada kejadian baik apa nih?” (Apakah karena ada yang buat janji bertemu denganmu?)

Tiffanny Wen suasana hatinya sedang baik jadi tidak mempedulikan sorot mata aneh Jennifer Xia “Di keluargaku ada yang mau menikah, pernikahan ini sungguh sudah kunanti-nantikan sekian lama.”

“Oh? Begitu ya.” Mata Jennifer Xia menyiratkan sedikit kekecewaan (ternyata bukan janji kencan), sinar harapan itupun sirna dengan cepat, selanjutnya tampak ekpresi senang di wajahnya, “Ohya, waktunya nanti Fanny harus ingat untuk membawakan permen pernikahan untukku ya.”

“Oke, bagaimana mungkin aku melupakan Jennifer?”

…………………………………………..

Tiga hari kemudian, pagi-pagi benar Tiffanny Wen sudah bersiap-siap, lalu dengan tidak sabar segera pergi, di pinggir jalan menghentikan sebuah taksi dan langsung menuju ke Centrus Hotel seperti yang telah dikatakan oleh Hanson Wen.

Keluarga Chu di Kota Luo juga termasuk golongan elit, kalau tidak keluarga Wen yang hina ini juga tidak akan begitu berkeinginan untuk memanjat.

Di saat ini depan pintu hotel sudah penuh dengan bermacam mobil mewah yang terparkir, melihat foto pernikahan yang terpasang di depan pintu, diam-diam Tiffanny Wen melihat wajah kaku Jessice Qin yang sedang tersenyum, langsung dia merasa lucu.

Kalian menggunakan seribu satu macam cara ingin menjebak diri sendiri, sekarang konsekuensinya, sungguh benar-benar nikmat.

Tiffanny Wen tertawa mengejek, lalu kemudian menyibakkan rambutnya, dengan wajar dan bebasnya melangkah memasuki pintu hotel.

Begitu memasuki pintu, terlihat begitu banyak orang yang berpakaian jas hitam dan pakaian pesta yang indah, ada juga para pelayan yang hilir mudik berjalan kian kemari, Tiffanny Wen perlahan berjalan masuk ke dalam, didapatinya kemewahan pesta pernikahan ini dibandingkan dengan pesta pertunangan jauh lebih besar, aula yang super besar, meja bulat mendekati enam ratus buah banyaknya, bisa dikatakan tidak ada tempat yang kosong, saat melayangkan pandangan, yang terlihat hanyalah kepala hitam orang-orang.

Di tengah ruang aula ada sebuah jendela atap yang berdiameter seratus meter, sinar mentari menembus masuk melalui kaca jendela atas, jarang-jarang menyinari dari atas, di bawah jendela atap itu ada bak tanaman kecil berisi bunga teratai, bunga teratai di sekitarnya bermekaran, bak bagian atas berada di tengah-tengah bunga teratai, pas sekali tingginya menyamai tinggi bunga teratai, di atasnya berdiri sebuah layar bertuliskan sajak kuno, satu meja dengan empat kursi, diletakan di depan layar, kelihatannya itu seperti tempat untuk menjamu minum teh bagi orang tua.

Tiffanny Wen diam-diam mengalihkan pandangannya, dia mulai melihat sekeliling mencari sosok Jessica Qin, pada akhirnya dia mendapati di pintu di depan meja penerima tamu Jessica Qin dan Martin Chu berdua sedang menyambut tamu, Hanson Wen dan Tania Qin dan juga Howard Chu dan Elly Zhou dua pasang keluarga yang baru otomatis juga ada di sisinya.

Tiffanny Wen menggerak-gerakkan alisnya, sepertinya dirinya barusan tidak melihat mereka…..

Tiffanny Wen membalikkan tubuhnya berjalan ke arah pintu, melangkah masuk sedikit barulah dilihatnya gaun pengantin yang dipakai Jessica Qin ternyata adalah gaunnya waktu itu, kelihatannya sempat dirombak juga, sedang Martin Chu masih dengan dandanan yang sudah dikenal, sakunya nampak menonjol penuh.

Hanson Wen melihat Tiffanny Wen datang, sibuk menyambut, menuntun tangan Tiffanny Wen, pura-pura bersemangat dengan berkata “Aku kira Fanny, kamu hari ini tidak datang.”

Kedua mata Tiffanny Wen menyipit, tetap tersenyum penuh arti, dalam hatinya memang makin hari makin merasa kemampuan akting Hanson Wen yang tidak bermutu itu makin tidak pantas, kalau bukan karena di tangannya masih ada saham dan tanah, diperkirakan dia akan sulit untuk berakting seperti ini.

Meski dalam hatinya meremehkan, tapi hari ini adalah hari besar yang berbahagia, tidak ingin membuat suasana menjadi canggung, Tiffanny Wen hanya dapat menyesuaikan berakting.

“Hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan bagi adikku, bagaimanapun aku juga adalah bagian dari keluarga Wen, bagaimana bisa tidak hadir?”

Segera Tiffanny Wen berjalan sampai di depan Jessica Qin, menjabat tangannya, ekspresi wajahnya terlihat tulus, “Selamat ya Jessica sudah mendapatkan yang diinginkan yaitu menjadi nyonya muda keluarga Chu, tidak perlu iri pada kakak lagi.”

Jessica Qin tentu tahu Tiffanny Wen sedang membalasnya, geramnya sampe membuat gatal, tapi di hadapan begitu banyak orang tidak leluasa untuk menyerang, maka dia hanya bisa terus bertahan, berpura-pura dengan tampang bahagianya.

“Terima kasih kakak yang sudah datang ke acara pesta pernikahanku.”

Tiffanny Wen hanya tertawa tanpa berkata-kata, dia tentu saja tahu Jessica Qin sekarang bahkan membunuh hatinya sendiri juga, tapi tidak bisa diungkapkan, dia awalnya berencana marah pada Jessica Qin.

Martin Chu di sampingnya pada akhirnya melepaskan lengan Elly Zhou, dengan tidak sabar menghampiri Tiffanny Wen, dengan semangat menarik-narik lengan Tiffanny Wen, matanya berbinar-binar.

“Kakak, kakak, temani aku main. Ibu dan yang lainnya memaksaku untuk tetap di sini, bersikerasi tidak mengijinkanku!”

Tiffanny Wen tersenyum sambil mengelus tangan Martin Chu, menunjuk Jessica Qin di sampingnya.

“Martin Chu kamu baik-baik dengar perkataan ibumu ya, kamu harus berdiri di sana sebentar, kelak kamu akan memiliki mempelai wanita yang cantik, kelak setiap hari kamu boleh memintanya untuk menemanimu bermain.”

Mata Martin Chu berbinar senang, bergerak-gerak di antara Tiffanny Wen dan Jessica Qin “Kakak apakah yang kamu katakan itu sungguhan? Mempelai wanita sungguh akan menemaniku setiap hari untuk bermain?”

Tiffanny Wen sambil tersenyum mengangguk, sekarang bisa dipastikan begitu, nantinya sulit untuk dikatakan.

Setelah mendapat konfirmasi dari Tiffanny Wen, Martin Chu langsung baik-baik kembali ke samping Elly Zhou.

“Ibu, ibu, aku ingin mempelai wanita nantinya menemaniku main tiap hari.”

Dengan sorot mata yang rumit Elly Zhou memandang Tiffanny Wen, dia sungguh menginginkan Tiffanny Wen yang dinikahi, bagaimanapun Martin Chu begitu menyukainya, tapi apa gunanya meski keluarga Chu di Kota Luo punya kedudukan, di dalam negeri juga memaksakan diri menjadi golongan atas, tapi terhadap keluarga Lu mereka tetap tidak berani macam-macam.

Menerima kembali tatapan penuh simpati dari Tiffanny Wen, sorot matanya pada Martin Chu seketika berubah menjadi lembut: “Baiklah, baiklah, yang penting sekarang Martin menurut ya, nanti tiap hari mempelai wanita akan menemanimu main.”

Tiffanny Wen yang telah selesai menyapa orang-orang, bisa dianggap sudah melewati suatu adegan, tidak ingin lanjut berakting, lalu dia berjalan menuju sofa tidak jauh dari sana dan duduk, memejamkan mata dan beristirahat.

Jessica Qin berdiri di sampingnya, sorot matanya yang dingin mengiringi perginya Tiffanny Wen dari belakang. Siapa juga yang bersedia tiap hari menemani seorang bodoh bermain! Kalau bukan karena kamu, akankah aku jatuh sampai ke tahap ini?! Kamu sudah menghancurkan separuh hidupku, aku pasti tidak akan membiarkanmu hidup dengan tenang!

Novel Terkait

Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu