Precious Moment - Bab 364 Taktik Wanita Ini Sungguh Tak Terduga

Tiffanny tidak tahu sebenarnya apa yang sedang terjadi, yang dia tahu ialah dia sedang berjalan bersama Andreas untuk menghampiri Stella, tetapi ketika melewati kolam renang, dia merasakan ada kekuatan besar datang dari pinggangnya, yang kemudian membuatnya jatuh ke dalam kolam renang.

Setelah berguncang beberapa kali, Tiffanny mencoba untuk menstabilkan tubuhnya, tetapi tiba-tiba dia tergelincir oleh sepatu hak tingginya, sehingga kemudian membuat nya terjatuh.

Tanpa sadar dia mengeluarkan deruan, kemudian dia merasa tersedak. Semakin dia merasa panik, semakin dia kehilangan napasnya. Alhasil, air yang ada di sekitarnya mengalir deras masuk ke dalam mulut dan hidungnya.

Saat dia merasa semakin sesak, Tiffanny mencoba untuk menenangkan dirinya, menahan napasnya, mencegah lebih banyak air masuk ke mulut dan hidungnya. Namun, tidak ada sisa oksigen di paru-parunya untuk waktu yang lama. Tiffanny bahkan tidak bisa membuka matanya di dalam air. Dia sungguh tidak berdaya dan bingung di dalam kegelapan, setiap detik terasa seperti satu abad.

Di dalam kegelapan, Tiffanny semakin sering bersenandung di dalam benaknya, bahkan dia merasakan ajalnya. Dingin, tak berdaya, perlahan tenggelam dalam kegelapan keputusasaan...

Tepat ketika dia sudah mulai kehilagan kesadarannya, Tiffanny merasakan sebuah tangan yang besar meraih tangannya dengan kuat, lalu menariknya dengan kencang, kemudian terasa juga ada sebuah tangan hangat yang merangkul pinggangnya.

Suasana hatinya pun menjadi lebih rileks, Tiffanny membuka mulutnya dan menghembuskan nafas terakhir dari paru-parunya. Kemudian dia merasakan ada bibir dingin yang berada di bibirnya, memberikannya napas.

Tanpa sadar Tiffanny menahan napasnya, tetapi karena hal ini, dia merasa lebih baik. Dia kembali kepada akal sehatnya, lalu dengan sekuat tenaga membuka matanya, kemudian melihat wajah cemas Andreas.

Setelah melihat Tiffanny telah membuka matanya, Andreas pun menjadi tahu bahwa Tiffanny harusnya baik-baik saja. Tanpa memiliki waktu untuk merasa lega, Andreas pun segera membawa Tiffanny menuju ke tepi kolam renang.

Stella yang menunggu dengan cemas di samping kolam renang, belum juga melihat pergerakkan Andreas dan Tiffanny. Sehingga dia pun membungkuk untuk melepas sepatunya. Saat hendak ingin melompat, dia melihat Andreas sudah muncul dari permukaan air sambil menggendong Tiffanny. Setelah melihat wajah lemah Tiffanny dan bibir putihnya yang menakutkan itu, Stella pun terburu-buru meraih tangan Tiffanny. Dengan bantuan Caterina, akhirnya mereka berhasil mengangkat Tiffanny ke atas permukaan.

Sesampai di atas permukaan, Tiffanny berlutut dengan lemas di depan Stella, terbatuk-batuk dengan hebat, lalu dia mengeluarkan air dari mulutnya.

Stella menepuk punggung Tiffanny dengan begitu prihatin. Caterina dengan lembut menyerahkan sebuah saputangan, tetapi saputangan itu disingkirkan oleh Stella tanpa ampun.

"Caterina, apakah bagimu ini sungguh menyenangkan untuk dilakukan? Mendorongnya ke dalam kolam renang, lalu berpura-pura menjadi orang baik?"

Caterina mengambil kembali saputangannya, lalu menatap Stella dengan sedih, ketika dia ingin memberikan penjelasan kepadanya, dia disela oleh suara dingin Andreas: "Sudah cukup."

Caterina tekejut mendengar dinginnya suara Andreas. Ketika mendongak, dia melihat Andreas berdiri di sampingnya dengan basah kuyup, rambutnya menempel di dahinya, terus menerus meneteskan air.

Melihat Andreas yang tampak begitu dingin, membuat Caterina merasa soalah darahnya akan berhenti mengalir. Dia tahu bahwa saat ini Andreas benar-benar sangat marah, dirinya pun belum pernah melihat api sebesar itu. Meskipun biasanya Andreas bersikap dingin, namun Caterina tahu betul bahwa Andreas adalah orang yang sangat berhati-hati, namun saat ini dirinya tidak dapat merasakan rasa dingin itu ketika berada di sampingnya.

Tapi sekarang, selain sikap dingin di dalam tatapan Andreas, ada juga hinaan. Jantung Caterina melemah untuk sementara waktu, ada rasa sakit di hatinya yang begitu hebat, rasa sesak itu terlihat di wajahnya.

Dengan mata yang memerah, Caterina menatap Andreas, mengepalkan tangannya dengan saputangan putihnya yang telah kusut itu, lalu meraih lengan baju Andreas: "Andreas, dengarkanlah penjelasan ku..."

Andreas memalingkan wajahnya dari Caterina dengan jijik, sedikit mengernyit. Tatapan dinginnya seolah menusuk hingga ke tulang, suara terdengar berat, Bahkan api amarahnya seolah telah membeku karena sikap dinginnya: "Aku tidak ingin mendengar penjelasanmu di sini."

"Caterina, aku menasihatimu agar kamu menjaga dirimu sendiri dan berhenti menggangguku. Jangan melihatku seperti itu, aku tidak pernah berhutang apapun padamu."

"Aku tidak ingin mengatakan hal yang terlalu buruk padamu. Lagipula, kamu adalah saudara dukun itu. Kamu harusnya tahu batasannya, tolong jangan pernah lagi muncul di hadapanku, sebelum aku benar-benar kehilangan kendali."

Setiap kata yang Andreas ucapkan seperti pisau tajam dingin yang menusuk hati Caterina. Membuat dirinya membeku, walaupun tidak ada setetes darah pun yang keluar, tapi lukanya itu tidak bisa disembuhkan, karena udara dingin di lukanya itu terus menerus menghancurkan hatinya...

Caterina yang kehilangan harapannya, megambil beberapa langkah mundur, menggelengkan kepalanya, melihat sekelilingnya dengan berharap dapat menemukan seseorang yang dapat membelanya. Namun, dia hanya dapat kutukan pada tatapan orang-orang yang ada di sekitarnya.

Caterina menggelengkan kepalanya, dia ingin melihat sesuatu yang berbeda dari antara banyaknya kecaman, cemoohan dan hinaan, tetapi dia pun hanya dapat merasa kecewa.

"Bukan dia..."

Suara parau itu datang dari belakangnya, Caterina pun melihat sekelilingnya, ingin mencari tahu siapa orang yang membelanya itu, tapi ternyata Tiffanny lah yang mengatakan hal ini.

Tiffanny berlutut di lantai sambil terbatuk-batuk. Dia merasa tidak nyaman, menarik rok Stella, lalu menggelengkan kepalanya. Dengan suara serak, dia berulang kali mengulangi: "Bukan dia yang mendorongku.."

Andreas perlahan-lahan berjongkok di samping Tiffanny, menepuk punggungnya, lalu menatapnya dengan pebuh perhatian: "Apakah kamu sudah merasa lebih baik?"

Tiffanny mengangguk, meraih lengan Andreas, lalu dengan terhuyung-huyung bangkit berdiri.

Stella sedikit mengernyit, lalu menatap Tiffanny dengan penuh prihatin: "Fanny, jangan-jangan karena kamu telah tersedak air, kamu jadi tidak dapat berpikir dengan benar ya? Jika bukan Caterina yang mendorongmu, lalu siapa lagi?"

Tiffanny menggelengkan kepalanya, ketika dia ingin berkata, dia disela oleh sebuah suara: "Kak Tiffanny, apakah kamu baik-baik saja?"

Orang-orang yang melihat berangsur-angsur membuka jalan, melihat Melody datang dengan cemas.

Dengan tatapan yang penuh prihatin, Melody meraih tangan Tiffanny, lalu di dalam tatapannya penuh permintaan maaf: "Maafkan aku Kak Tiffanny, kamu harus mengalami hal seperti ini."

Tiffanny menatap Melody dengan senyuman di wajahnya. Dia pun melepaskan tangannya, lalu tatapannya tampak agak dingin, tetapi dia tidak mengatakan sepatah kata pun.

Melihat reaksi Tiffanny, Andreas pun memandang Caterina, lalu menebak bahwa Tiffanny sedang meragukan Melody.

Wajah Andreas memang sudah dari awal tampak muram, jadi dia tidak membutuhkan penutup sama sekali. Dia pun membungkuk, lalu menggendong Tiffanny, kemudian mengabaikan Melody. Dia menoleh, menatap Stella: "Aku dan Fanny akan kembali lebih dulu. Tolong beritahu Ayah dan Ibu mengenai hal ini."

Tentu saja, Stella tahu bahwa Tiffanny sedang berada dalam keadaan yang kurang sehat. Jika dia tetap basah kuyup dengan cuaca seperti ini, maka dia akan jatuh sakit, jadi Stella hanya dapat mengangguk.

Setelah Andreas melirik dingin kepada Caterina, dia berpaling dengan menggendong Tiffanny dalam pelukannya.

Namun, begitu Andreas berbalik, Tiffanny yang bersandar di bahunya, menangkap senyuman jahat dari mulut Melody.

Tiffanny mendengus dingin, menghina wanita itu di dalam hatinya: Wanita ini benar-benar tidak mau menyerah, taktiknya sugguh tak terduga, aku tidak dapat menyepelekan dirinya.

Novel Terkait

Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu