Precious Moment - Bab 50 Apakah kamu benar-benar hanya bekerja serabutan

Keluar dari toilet, Tiffanny menghirup udara dingin sebentar di luar, untuk menenangkan wajah merahnya karena malu, kemudian baru kembali di divisi desain.

Baru saja ia sampai di depan pintu, terdengar suara Ryan yang tajam kepada Tiffanny : “Berhenti!”

Tiffanny tersentak kaget, seolah dirinya ketahuan berbuat jahat, ia pun menghentikan langkah kaki.

“Supervisor Sun.” Sapa Tiffanny dengan hormat.

“Tiffanny, lari ke mana kamu? Tidak tampak batang hidung di jam kerja, masih ingin kerja tidak?” Terdengar suaranya yang tajam, membuat semua yang ada di sana memusatkan perhatian ke mereka.

“Supervisor Sun, aku salah, aku tadi ke toilet sebetar, maaf, maaf, lain kali tidak akan lagi.”

Melihat Tiffanny mengakui kesalahan dengan tulus, Ryan pun tidak mempermasalahkan lagi, dan membiarkannya langsung bekerja.

Tapi saat Tiffanny membalikkan badan, ia juga mendengar gumaman kecilnya, “Sungguh tidak tahu bagaimana bagian personalia merekrut karyawan, sama sekali tidak tahu untuk merekrut yang enak dipandang.“

Sejak Tiffanny masuk ke divisi desain, Ryan sudah mulai meremehkan penampilannya, merupakan rasa jijik yang keluar dari lubuk hati terdalam.

Kalau orang lain yang keluar, Ryan tidak banyak berkomentar, tapi kalau terhadap Tiffanny, permintaannya ketak sekali.

Mendengar gumaman Ryan, dalam hati Tiffanny mendengus dingin, bagaimana Ryan ini bisa direkrut? Bukankah sifat penjilatnya terlalu parah?

Biasanya Ryan suka memerintah dengan suara keras kepada anggota divisi, tapi sekali ada Hanita dan Andreas datang, dia segera membungkukkan badan dengan hormat, benar penjilat yang hidup-hidup.

Sedangkan mereka yang mendengar Tiffanny diomel, kebanyakan hanya menonton dengan cuek, ada beberapa yang malah tertawa mengejek.

Tiffanny kembali ke tempat duduknya dengan wajah cuek, Jennifer datang membawa segelas kopi untunya, tentunya dia juga mendengar omelan Ryan terhadap Tiffanny.

“Fanny, kamu baik-baik saja bukan? Kalau sedih, menangis saja, aku pinjamkan bahuku.”Tanya Jennifer dengan agak cemas, serta tidak lupa untuk sedikit bercanda menghibur Tiffanny.

“Jennifer, aku tidak apa-apa, memang aku ke toilet terlau lama, yang dia katakan memang kenyataan, jadi kamu tetang saja.”

Melihat tindakan Jennifer, Tiffanny tersenyum lebar kepada gadis yang baik dan lucu ini, dari awal sampai akhir dia tetap orang yang paling perhatian dengannya di divisi ini.

“Hm, baiklah kalau kamu tidak apa-apa, tadinya aku masih khawatir sekali, kami semua orang omelan supervisor Sun pedas sekali.”

“Tenang saja Jennifer, aku tidak peduli dengan omongannya. Kalau tidak dimasukkan ke hati, tentunya tidak akan sedih pula.”

Jennifer melihat sekeliling, kemudian berkata kepada Tiffanny, “Fanny, kamu mungkin tidak tahu, supervisor Sun adalah seorang yang genit, suka mengambil keuntungan dari karyawan yang agak cantik.”

Dengan hati tidak terima, ia berbicara dengan volume suara yang hanya bisa didengar oleh mereka berdua, “Ada satu kali dia menyuruh aku ke ruang kantornya untuk membicarakan desain aku, akhirnya dia mengambil kesempatan untuk sentuh sana sini, tapi aku segera menghentikannya, lalu agak lama dia tidak bersikap baik dengan aku. Karyawan wanita lain yang agak cantik juga pernah mengalaminya……”

Perkataan Jennifer membuat Tiffanny mengerutkan dahi, Ryan Sun ini, tidak disangka selain tamak keuntungan dan uang, ternyata genit sampai sedemikian rupa, benar-benar bukan seorang manusia!

Pantas saja dia tidak senang sekali dengan dirinya, ternyata sebenarnya meremehkan penampilan kampungannya, sama seperti dua pria yang di toilet tadi, hanya merasa dirinya tidak cantik.

Tapi di saat yang bersamaan Tiffanny juga merasa bersyukur, kalau bukan karena penampilannya yang seperti ini, Ryan yang genit itu pasti akan mengganggunya.

Lain kali kalau ketemu Andreas, dia harus memberitahunya, kalau tidak, tidak tahu berapa banyak gadis polos yang dilecehkannya.

Jennifer masih terus membicarakan perbuatan buruk Ryan, tapi yang tadinya marah, sekarang wajahnya sudah penuh kesedihan.

“Jennifer, kenapa? Apa yang terjadi?” Tanya Tiffanny dengan perhatian.

Jennifer adalah orang yang tidak bisa menyembunyikan perasaan, jadi hanya dalam beberapa menit, masalah dalam hatinya sudah tertampilkan.

“Tadi aku mengumpulkan pola desain, tapi semuanya ditolak, juga dimarah habis-habisan, supervisor Sun menyuruh aku untuk merevisinya malam ini, dan besok kumpul lagi.” Dia menceritakan soal pola desain dengan sedih.

“Pola desain ini juga salah satu tugas yang harus diselesaikan selama magang, kalau kali ini aku tidak bisa lolos, maka susah untuk bisa beralih menjadi karyawan tetap.”

“Fanny, menurut kamu aku harus bagaimana, meskipun supervisor Sun memberitahu pola desainnya masih kurang, tapi tetap saja masih memarahi aku, aku sendiri tidak tahu kurangnya dimana, malam ini aku pasti harus begadang.” Jennifer menghela nafas panjang usai berkata seperti itu.

Tiffanny berpikir sejenak, lalu berkata kepada Jennifer : “Coba kasih liat pola desainmu, siapa tahu aku bisa sedikit membantu.”

Meskipun Tiffanny tidak ingin menunjukkan dirinya bisa desain, tapi melihat Jennifer begitu kasihan, ia merasa seharusnya membantu Jennifer.

Jennifer juga tidak banyak curiga, diulurkannya tangan mengambil pola desainnya dan disodor ke Tiffanny.

Hanya dengan sekali melihat, Tiffanny sudah tahu letak kekurangannya. Pola desain ini meskipun ada kekurangan, tapi juga tidak buruk sekali, termasuk lumayan bagus untuk dia yang masih anak magang.

“Jennifer, kamu lihat desain kamu, kalau di lengan baju kamu ini ditambah satu kancing, bukankah jadi berbeda.” Ujar Tiffanny sambil menggambar bulatan di pola desain tersebut.

Jennifer agak tercengang, masalah yang ditunjuk Tiffanny sama persis dengan yang tadi diomel, dan setelah diberi saran demikian, desain baju ini benar-benar jadi berbeda.

“Lalu di leher baju, leher seperti ini kalau di lebarkan sedikit, hasilnya akan lebih baik, kemudian sudut celana, dilebarkan sedikit akan menjadi style yang berbeda ; terus warna baju kamu terlalu tua, rasanya terlalu suram, untuk warna, kamu cukup ganti menjadi warna yang agak muda dan terang……”

Tiffanny sama sekali tidak tahu dirinya ketika berbicara tentang desain, pembawaannya jadi berbeda, dia yang sekarang seolah kembali ke dirinya yang seperti biasa, sama sekali berbeda dengan yang sekarang ia samar.

Perhatiannya terpusat di pola desain, sama sekali tidak menyadari Jennifer yang melongo.

“Jennifer, sebenaranya secara keseluruhan, pola desain ini bagus, memang omelan supervisor Sun agak pedas, tapi dari desain kamu tetap masih ada kelebihannya. Kamu juga jangan jadi tidak percaya diri karena dia, aku yakin kamu bisa semakin meningkat lagi.”

Selesai memotivasi Jennifer, Tiffanny baru menyadari dia termangu, diulur tangannya untuk mendorong Jennifer pelan, “Jennifer, Jennifer, kamu kenapa? Baik-baik saja bukan.”

Jennifer tersadar dari kecengangannya, lalu berkata, “Fanny, apakah kamu benar-benar hanya bekerja serabutan?”

Novel Terkait

Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu