Precious Moment - Bab 175 Menyela Antrian

Setelah meninggalkan Louise, Tiffanny Wen langsung menghentikan mobil dan pergi ke tempat yang disebutkan oleh Luis Chu.

Tiffanny Wen yang tiba dengan kecepatan tercepat, dibuat terpana saat pintu lift terbuka.

Ada begitu banyak orang begitu pintu lift terbuka. Tempat untuk melangkahkan kakinya saja sulit untuk dicari. Dan wajah-wajah yang ada di tempat ini pun merupakan wajah-wajah yang berpengaruh di negara ini.

Karena pemilihan brand ambassador pada peluncuran Produk Baru Louise yng terakhir itu, Tiffanny Wen berkonsultasi banyak bahan tentang para selebriti dan model. Sekarang hampir semua orang-rang di lingkaran dunia entertainment sudah ia kenal.

Tapi sekarang para selebritas yang terkenal di daftar sebelumnya semua secara sukarela diperas di tempat seperti ini. Hidung mereka dipenuhi dengan aroma parfum dan kosmetik dari berbagai rasa. Rasanya, banyak sekali rasa yang dicampur menjadi satu, rasanya tidak terlalu kuat atau pedas, dan ada juga.... Mimpi?

Memang benar, pemilihan peran yang dilakukan oleh Chu Xun memang memancing reaksi yang besar. Tidak heran Luis Chun meminta bantuannya, akan menghabiskan berapa banyak waktu kalau menyelesaikan audisi ini sendirian? Setelah selesai menyaringnya, selanjutnya harus menyaringnya lagi dengan baik.

Kesal hanyalah rasa kesal yang tersimpan dalam hatinya. Tiffanny Wen merasa pusing begitu melihat kerumunan di depannya ini. Tapi ia bahkan tidak bisa melangkahkan kakinya. Tiffanny Wen hanya bisa tak berdaya melihat ke sekeliling mencari tempat yang agak kosong, yang bisa ia lewati...

Tanpa diduga, pada pengamatannya terhadap kerumunan itu, dia menemukan Wenny Zhou dan Selena Qin dalam kerumunan itu, dan ada Grace Gu yang angkuh tidak jauh dari sana.

Tiffanny Wen diam-diam menghela nafas, dan kemudian dia memikirkannya dan merasa lega karena begitu banyak bintang terkenal yang datang ke sini. Lagipula mereka juga tidak punya alasan untuk tidak datang.

Tiffanny Wen melirik ringan ke arah Wenny Zhou di depannya, tetapi area di mana dia berada sekarang relatif kosong. Akhirnya, ia hanya berpura-pura tidak melihat kerumunan di depannya secara diam-diam.

Tapi mata Wenny Zhou lebih tajam, dia bisa melihat Tiffanny Wen, yang berjuang menembus kerumunan ini. Tersirat keterkejutan di matanya, untuk apa dia datang ke sini? Apakah dia datang untuk memilih pemeran juga juga?

Wenny Zhou yang merasa dirinya sudah berhasil menemukan kunci intinya. Ia pun tersenyum. Begitu teringat kecantikan Tiffanny Wen dan juga iklan topeng, begitu banyak penghasilan yang diperoleh dengan hanya mengandalkan matanya saja. Wenny Zhou merasa sangat cemburu dan iri yang menggila.

Kenapa dia tidak bisa menyainginya, apa hanya karena kelebihannya yang melekat pada dirinya? Kali ini dia tidak boleh menentukan jalan suksesnya sendiri! Bahkan kalau hanya peran pendukung!

Terpikirkan sampai di sini, Wenny Zhou segera berjalan dengan ekspresi antusias dan meraih lengan Tiffanny Wen.

"Fanny, tidak disangka bisa bertemu denganmu di sini. Kamu tidak sedang ikut audisi mengejar peran utama juga kan?"

"Ya benar, terakhir kali iklan Fanny begitu sukses, membuatmu sangat populer. Membuatku sangat iri padamu. Apa Fanny sedang mencoba mengambil kesempatan ini untuk debut?"

"Tapi di iklan itu Fanny tidak berakting. Tidak cukup hanya mengandalkan penampilan, tetap membutuhkan akting. Fanny, kita sudah berteman begitu lama. Aku tahu kemampuan aktingmu. Aku tidak ingin memukulmu, tapi kamu benar-benar datang terlalu awal."

Melihat Wenny Zhou dengan tatapan tulus, mendengarkan kalimatnya "Yang berasal dari hatinya", untuk sejenak Tiffanny Wen merasa mual. Rasa jijik di matanya tidak disembunyikan sama sekali, nada bicaranya penuh ejekan dingin.

"Ya, kamu benar. Ketika berbicara tentang akting, aku benar-benar kalah dibanding kamu. Bagaimana aku bisa terlihat seperti kamu, berakting setiap hari, kemampuan aktingnya sudah sempurna."

Tiffanny Wen menarik lengannya dari cengkraman tangan Wenny Zhou dengan susah payah. Ia memberi Wenny Zhou tatapan dingin, lalu mengabaikannya dan berjalan lurus ke depan.

Wenny Zhou langsung merasa kesal. Tiffanny Wen, kamu pikir aku akan langsung berakhir begitu saja begitu kamu menghinaku seperti itu?

Tersirat kewaspadaan dari wajah Wenny Zhou. Kemudian, ia menarik Tiffanny Wen dengan ekspresi tulus. Suaranya yang tulus dan lembut terdengar ke seluruh aula.

"Fanny, kalaupun kamu tidak mendengarkan saran dariku, tapi kamu juga tidak bisa seenaknya seperti itu! Kalaupun kamu mau berpartisipasi, kamu tetap harus mengikuti aturannya. Mari kita ambil nomor antriannya bersama."

Tiffanny Wen dengan tidak sabar melepaskan tangan Wenny Zhou, dan melihat penampilannya yang canggung, rasa kesalnya pun langsung melonjak. Dengan dingin ia menatap Wenny Zhou yang terus mengganggu dirinya. Matanya berkedip-kedip dengan ekspresi yang menyedihkan, seolah seperti sedang diintimidasi oleh orang lain.

Sejak awal, gerakan mereka di sini sudah memancing perhatian dari banyak orang di sini. Dengan keadaan sekarang ini, seorang pria yang penuh percaya diri dengan karismanya, mulai berdiri dan berbicara.

Tuan A: "Nona Wen, kita tahu, prestasimu di bidang desain sangat luar biasa, tetapi di industri hiburan, Nona Zhou masih merupakan pendahulumu, dia sudah susah payah menasihatimu, kenapa kamu masih kerasa kepala seperti ini?"

Tuan B: "Benar, Nona Wen, seperti kata pepatah, tidak ada aturan untuk membuat lingkaran. Karena semua orang di sini datang untuk berpartisipasi dalam pemilihan, kenapa tidak mau berperilaku adil? Nona Wen, kamu harus pergi ke antrian untuk mendapatkan nomornya."

……

Tiffanny Wen memandang "tuan-tuan" yang sudah berhasil dicuci otak oleh Wenny Zhou. Tatapan mata Tiffanny Wen dipenuhi ejekan, ia menatap mereka tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Tetapi gadis bintang di samping mereka masih saja melihat Tiffanny Wen dengan penuh obsesi. Ditambah dengan badai iklan terakhir yang akhirnya tenang, para aktris langsung tidak tahan dengan penampilan "pencarian diri" Tiffanny Wen. Kata-katanya pun mulai terdengar kejam.

Aktris A: "Jadi, menurutmu di mana posisimu bisa setinggi ini, sampai mau pergi tanpa mengambil nomor antrean?"

Aktris B "Ya, nasib baik Wenny masih mau memperlakukanmu dengan sebagai teman, kenapa kamu masih begitu keras kepala?"

Aktris C; "Kita mengantre di sini dengan teratur, dan kamu seorang mendapatkan hak istimewa? Menurutmu ini bagus? Apa kulitmu setebal itu?"

Aktris D: "Bukankah karena kamu sudah mendominasi di Louise? Jadi, kamu bisa melakukan apa pun yang kamu inginkan di sini? Di sini bukan tempat di mana kamu bisa menjadi liar!"

……

Seluruh aula tiba-tiba menjadi berisik. Mendengar suara aktris yang semakin keras, Tiffanny Wen sedikit mengerutkan kening, lalu memandangi sekelompok orang ini dengan dingin. Hatinya yang penuh belas kasih, langsung terbutakan oleh sekelompok mata ini.

Dan Wenny Zhou masih menatap Tiffanny Wen dengan tatapn menyedihkan dari samping, tetapi dari dalam tatapan matanya malah dipenuhi dengan kesuksesan, yang jelas tak bisa dilihat dari sampingnya. Namun, Tiffanny Wen bisa melihat dengan jelas dari sudut ini.

Tiffanny Wen mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Luis Chu...

Pada saat ini, pintu tidak jauh di depan terbuka. Seorang pria berambut hitam setinggi 1,7 meter keluar, dahinya ditutupi oleh poni tipis. Sepasang mata aprikot penuh dengan keseriusan di bawah kacamata berbingkai hitam, dengan alis tebal di atasnya.

Setelah keluar dan menyaksikan pemandangan yang berisik itu, ia langsung berteriak kesal, "Suara bising apa itu!"

Seluruh aula pun langsung terdiam...

Ketika Wenny Zhou melihat seseorang keluar, dia samar-samar ingat bahwa dia tampaknya merupakan asisten sutradara, dkalau tidak salah ia dipanggil Carlos Xiao...

Wenny Zhou menyaksikan mata Tiffanny Wen berkedip licik, lalu melangkah maju dan melepaskan tangannya, kemudian meminta maaf pada Asisten Xiao.

"Maaf, Asisten Xiao, temanku ingin masuk ke barisan, aku akan mencoba menasihatinya, maaf mengganggumu, aku benar-benar minta maaf!"

Mendengar seseorang ingin melompat dalam antrean, Carlos Xiao langsung menoleh. Ia ingin tahu, siapa yang begitu berani melakukan itu. Karena tidak bisa melihatnya dengan jelas, ia pun langsung melangkahkan kakinya ke arah Wenny Zhou.

Novel Terkait

Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu