Precious Moment - Bab 190 Dasar Husky

"Sssttt......"

Dengan suara rendah Andreas Lu berbisik di telinga, udara panas yang ditiupkan itu menghembusi belakang lehernya membuatnya merasa gatal dan mati rasa, tapi Tiffany Wen tidak mempedulikan, dan tidak berhenti memberontak.

"Mm mm mm (Lepaskan aku)! Mm mm mm (Andreas Lu)! Mm mm mm mm (Kamu sebenarnya mau apa)!"

"Kamu tentunya tidak ingin bersuara begitu keras bukan, jika Dave Gu dan para pembantu datang, apa kamu ingin seperti itu?"

"Jadi berjanjilah tidak berteriak, aku akan melepaskanmu."

"Mm mm mm mm (siapa yang berteriak), mm mm mm mm (dasar Husky)!"

Andreas Lu tentu tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Tiffany Wen, alisnya berkenyit: "Menganggukkan atau menggelenglah."

Tiffany Wen mengangguk, Andreas Lu melepaskan tangannya lalu segera mengambil beberapa langkah mundur, Tiffany Wen memutar badan dan memiliki mimik wajah untuk "memukul dadamu", saat tangan Tiffany Wen menyentuh dada Andreas Lu yang kokoh, raut wajahnya pun seketika berubah.

Diam-diam dia menarik tangannya kembali, dan menyembunyikannya di belakang tubuhnya, tubuh Andreas Lu ini seperti balok besi, sangat keras!

Hatinya penuh dengan kedengkian, tapi Tiffany Wen tidak mengatakannya, dengan tatapan penuh rasa benci dia melihat ke arah Andreas Lu yang tertawa, "Apa yang kamu tertawa kan, masih juga tidak mandi! Jika kamu tidak segera mandi, aku akan memanggil Dave Gu untuk mengganti obatmu!"

Hanya saja mungkin dia tidak akan berani, Andreas Lu berpikir dalam hati, melihat Tifany Wen yang tampak malu kesal dan marah, Andreas Lu pun merasa suasana hatinya begitu bagus, dan tawa nya semakin lebar.

Lalu dia berjalan menuju ke kamar mandi: "Oh iya, kamu boleh mengintip jika mau, aku tidak akan mengunci pintunya."

Tiffany Wen menggertakan gigi, dan darahnya pun serasa berkumpul di wajahnya: "Siapa yang mau mengintipmu! Cepat mandi!"

Andreas Lu tersenyum ringan, lalu masuk ke kamar mandi dan menutup pintu di belakangnya.

Di bawah keredupan lampu temaram, meskipun Tiffany Wen tidak bisa melihat seberapa dalam luka di punggung Andreas Lu, tapi bekas luka berwarna merah tua terlihat menoreh di punggungnya dari kiri dan kanan, melukai sebagian besar punggungnya, Tiffany Wen menundukan kepala dengan rasa bersalah di dalam hatinya, bagaimanapun juga luka itu didapatkannya ketika melindunginya.

Mendengar suara air yang terus mengalir di kamar mandi, degup jantung Tiffany Wen baru perlahan menjadi netral, dia meletakan obat di atas meja, Tiffany Wen dengan heran membungkukan badan, ingin tahu apa yang sebenarnya dilihat oleh Andreas Lu.

Sejauh mata memandang semua di atas situ adalah bahasa Inggris, sudut bibir Tiffany Wen berkedut dengan senyum tidak jelas, dia sendiri adalah seorang murid luar negeri, mengapa hal sekecil ini saja membuatnya merasa kesulitan?

Jadi di tengah kebosanannya Tiffany Wen pun mulai membaca-baca artikel itu, bahkan dia tidak tahu saat suara air dimatikan, dan suara pintu dibuka dan ditutup pun sepenuhnya diabaikan oleh Tiffany Wen.

Setelah melihat beberapa kalimat, Tiffany Wen merasa kisah cinta yang dibacanya ini terlihat tidak asing, dengan penasaran Tiffany Wen pun membalik ke halaman selanjutnya, dan mendapati sebuah sampul buku berwarna ungu tua, dan dengan tinta berwarna perak tertulis <> dengan arti yang dalam.

Dengan terkejut Tiffany Wen mengernyitkan dahi, lalu tanpa sadar bergumam: "Tidak kusangka Andreas Lu juga membaca buku Luis Chu, tidak heran dia berinvestasi di film itu."

Andreas Lu duduk dengan diam di sisi ranjang, dan memperhatikan Tiffany Wen yang sedang fokus membaca buku, cahaya lampu membuat bulu matanya membentuk sebuah bayangan di bawah matanya, bayangan warna coklat muda matanya terlihat begitu memikat.

Di saat Andreas Lu sedang merasa terpikat, tiba-tiba dia mendengar gumaman Tiffany Wen, raut wajahnya pun seketika berubah, dan dengan datar dia berkata: "Aku sudah selesai mandi."

Sebuah suara terdengar di belakangnya membuat Tiffany Wen terperanjat, saat memutar badan dia melihat Andreas Lu yang mengenakan setelan piyama berwarna biru navy, dan duduk tak jauh dari ujung kasur.

Tiffany Wen merasa sedikit malu, rona merah wajahnya yang belum lama hilang kini kembali muncul, lalu berusaha untuk menjawab dengan tenang: "Kamu sudah selesai mandi, jadi mari mengganti obatmu......"

"Sekarang lepaskan dulu baju atasanmu......"

Andreas Lu mengernyitkan dahi, mata nakalnya bermain-main: "Ada apa? Sekarang sudah tidak malu lagi? Tadi mengapa reaksimu begitu parah?"

Wajah Tiffany Wen menjadi lebih merah lagi: "Siapa suruh kamu tiba-tiba melepaskan baju..... sudahlah, jangan banyak bicara, buka bagian belakangnya aku akan mengaplikasikan obatnya."

Andreas Lu mengernyitkan dahinya dengan tenang, piyamanya memang mudah dilepas, setelah beberapa saat dia pun berdiri di depan Tiffany Wen dengan bertelanjang dada, dan terus menerus menggoda: "Kalau begitu, setelah ini ingin bagaimana aku bekerja sama denganmu?"

Tiffany Wen menatap garis tubuh Andreas Lu, membagi garis otot nya dengan jelas, memperlihatkan kekerasan tubuhnya, tapi juga ada sedikit kelembutan padanya......

Diam-diam dia mengalihkan pandangannya, dengan kaku seperti robot Tiffany Wen memutar badan untuk mengambil alkohol dan juga kain kasa, kemudian perlahan berjalan mendekati Andreas Lu.

"Berputar lah, berikan punggungmu kepadaku."

Andreas Lu dengan menurut memutar tubuhnya, jika Dave Gu menyaksikannya mungkin dagunya akan menyentuh tanah melihat semuanya itu.

Pada saat ini Tiffany Wen melihat ke arah bekas luka yang tertoreh di punggung Andreas Lu, dari jarak sedekat ini terlihat begitu menakutkan, rasa bersalah kembali membayangi hatinya.

Karena alkohol yang diresepkan oleh rumah sakit itu dalam bentuk semprotan, itu sungguh membantu Tiffany Wen menyelesaikannya, dia hanya perlu menyemprotkan sedikit saja, dan luka itu jelas tidak akan iritasi, Andreas Lu yang belum siap meringis kesakitan karenanya.

Tiffany Wen yang mendengar pekik kesakitan Andreas Lu, segera berusaha untuk meringankan rasa sakitnya, dengan kapas dia berusaha untuk menghilangkan sisa alkohol tapi itu justru membuat pekikan Andreas Lu semakin keras.

Tiba-tiba, Tiffany Wen teringat saat masih kecil, ibunya meniup lukanya ketika sedang membersihkan lukanya....... Jejak kesedihan terlukis di matanya, Tiffany Wen mendekatkan diri ke luka itu dan perlahan meniupnya.

Merasa udara yang berhembus di luka punggungnya, dan juga suara tiupan Tiffany Wen, Andreas Lu paham apa yang sedang dia lakukan, jantungnya berkontraksi, dan rasa sakit di punggungnya hilang seketika.

Tiffany Wen mengira Andreas Lu masih akan melanjutkan menggodanya, tapi tidak disangkanya semua berlalu dengan tenang, sejak lukanya dibersihkan semuanya berjalan dengan sangat tenang, sungguh sangat bisa bekerjasama, disuruh berdiri, disuruh mengangkat tangan, semuanya dilakukannya tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Di saat Tiffany Wen merasa seperti ada yang aneh, Andreas Lu berusaha untuk mengendalikan dirinya sendiri, saat Tiffany Wen sedang berusaha membungkus lukanya, tangannya bisa secara tidak sengaja menyentuh tubuh Andreas Lu.

Dibandingkan dengan tubuh Andreas Lu yang panas, tangan lembut Tiffany Wen terasa sedingin es, sekali demi sekali menyentuh kulitnya, seperti cakar seekor kucing yang mengusapnya, gatal-gatal dan mati rasa.

Desir darahnya mengalir dengan cepat dan semakin cepat, saat Andreas Lu hampir kehilangan kendali, Tiffany Wen akhirnya selesai mengikatnya.

Karena alasan pencahayaan, Tiffany Wen tidak melihat dengan jelas kulit Andreas Lu yang sudah mulai memerah.

Setelah membereskan barang-barang, dia pun menatap Andreas Lu: "Sudah, sudah selesai ganti obatnya, ada juga beberapa obat yang harus diminum yang sudah kusiapkan di atas meja, nanti kamu ingat sendiri untuk meminumnya, cara meminum nya semua sudah ditulis, aku pergi dulu."

Andreas Lu merasa tenggorokannya kering, tempat lain sudah terasa begitu sakit tak tertahankan, saat dia membuka mulut, suaranya pun menjadi serak: "Tunggu, masih ada yang terluka....."

Tiffany Wen menatap Andreas Lu dengan penuh tanya, saat ini ada selapis kabut tipis yang membayangi di mata gelap Andreas Lu.

"Luka apa? Dimana?"

Andreas Lu tersenyum datar: "Di kaki."

Tiffany Wen tiba-tiba teringat bahwa dokter itu sepertinya mengatakan sesuatu tentang paha depan dan pendarahan sesuatu, dan tidak tahu apakah itu serius atau tidak......

Saat memikirkannya Tiffany Wen pun melihat ke bawah, dan melihat sesuatu yang tidak bisa dijelaskan......

Wajah Tiffany Wen menjadi merah padam, Andreas Lu pun menaikan alisnya dan bertanya: "Menurutmu luka ini bagaimana?"

Setelah terdiam 0,5 detik, Tiffany Wen pun segera berlari keluar dari ruangan itu, suara marahnya masih mengiang di udara: "Andreas Lu! Dasar binatang buas!"

Andreas Lu tercengang menatap ruang kamarnya yang kosong, lalu dengan tak berdaya menggelengkan kepala, dan kembali ke kamar mandi.

Dengan kecepatan berlarinya seperti itu sungguh sangat disayangkan dia tidak ikut lomba lari 100 meter.........

Novel Terkait

Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu