Cintaku Pada Presdir - Bab 112 Coba Saja !

Dia disana sepertinya masih rapat, tetapi masih menyetujui aku.

Aku pelan-pelan mengelus perut, memikirkan perkataan Lin Zhi barusan, seperti bercanda tetapi mengesalkan.

Dengan hati nurani.

Dia bagaimana punya wajah berbicara seperti itu!

"Ceklek....." terdengar suara pintu terbuka, aku membalikkan badan dan melihat.

Cheng Jinshi mendorong pintu dan masuk, melihat dalam ruangan penuh dengan tatapan duka, pupil sedikit menyipit "Ada orang yang masuk?"

Aku dengan datar menjawab, "Ibumu dan tunanganmu."

"Kamu tidak apa?"

Alisnya mengerut, melangkah kemari, ingin memeluk aku.

Aku melihat dia, mundur selangkah, menghindari gerakkannya, "Ini yang kamu katakan mulai dari awal."

Memulai dari awal dengan kekacauan.

Dia bergerak, terlihat sedih, "Aku tidak mengira mereka dapat mencari sampai kesini."

Tetapi perkataan ini tidak sakit maupun geli.

Aku menutup mata sebentar, menarik nafas dalam, mendongak menatapnya ragu, pelan-pelan membuka mulut, "Kamu tahu tidak, anak kita itu, ibumu yang melukainya sampai mati."

Aku menatapnya tidak berkedip, tidak ingin menyalahkan apa yang sudah diperbuatnya dulu.

Aku memberi tahunya masalah ini, tidak ingin dia melakukan sesuatu, hanya ingin melihat sikapnya.

Dia dengan terkejut melihat aku, mengangkat tangan dan memegang pipi aku, seluruh wajahnya tidak percaya, "Apakah barusan karena mereka, kamu masih trauma? ibuku bagaimana bisa melukai anak kita?"

Apa yang aku bicarakan, sedikitpun dia tidak percaya, bahkan sampai tidak perlu dipikirkan.

Dimatanya, aku tidak hanya merasa di provokasi, juga mungkin dianggap gila dan tidak masuk akal.

Aku baru tahu, sejak semalam sampai sekarang, aku hanya hidup di dalam cerita indahku sendiri.

Sangat berharap bisa menghilangkan rasa negatif dari masalah ini, sangat berharap bisa memulai kembali dengannya, sangat berharap kita dapat menghadapi semuanya bersama.

Sekarang, terbangun dari mimpi, aku mau tidak mau menghadapi kenyataan dunia yang buruk.

Aku pelan-pelan melepaskan tangannya, tidak tahan berteriak, "Betul, itu adalah ibumu, bagaimana bisa melukai anak kita? sepertinya aku terkena penyakit paranoid."

Lalu, aku meninggalkan kunci rumah di samping meja, dia juga langsung pergi dari pintu.

Dia memohon, menarik pergelangan tanganku, "Kamu mau kemana?"

Aku melihat dia, mengejeknya, "Kamu peduli apa? Cheng Jinshi, kita sudah cerai sejak lama, lalu perutku, masih mengandung anak orang lain."

Aku hari ini sebenarnya memikirkan sesuatu, perlu tidak memberitahukan masalah anak ini kepadanya.

Tetapi........ dia memaksa aku untuk membuat keputusan dengan tindakan yang seharusnya.

Tidak tahu perkataan aku yang mana yang menyakitinya, dia merenggangkan tangannya, pembuluh darahnya perlahan terlihat jelas, dengan marah berbicara: "Coba saja!"

Hatiku seperti terkena sesuatu, tiba-tiba hening, sakit sampai susah bernapas.

Aku tertawa ringan, "Baiklah."

Aku langsung melangkah pergi, langkah demi langkah, jarak dengannya semakin lama semakin jauh, sampai aku berjalan ke arah lift, dia sama sekali tidak memohon.

Senyum di bibirku perlahan hilang, tidak tahu kenapa, semakin tersenyum, semakin merasakan tetesan air mata.

Sangat menyakitkan.

Aku kenapa sangat bodoh, kenapa memberikan harapan lagi kepadanya.

Saat ada harapan, suatu saat pasti sakit sampai ke tulang.

Lift tiba di lantai satu, aku tidak berani berpikir, menerobos ke luar sambil menangis, lagipula dia tidak akan mencari aku, menjadi orang yang tidak saling kenal.

Saat keluar pintu gedung, sebuah mobil mengerem mendadak, berhenti di depanku.

Aku sibuk mengangkat tangan, terhuyung-huyung mengelap air mata.

Pintu mobil terbuka, Zhou Zhiyun turun dari mobil, ekspresinya penuh kekhawatiran, berjalan ke samping aku baru dapat bernapas tenang, "Akhirnya menewajahnmu."

"Kamu sengaja kemari mencariku?" Aku bertanya.

Dia mengangguk, ekspresinya lembut, "Betul, aku dengar Xueke berkata kamu keluar ada masalah, aku segera beli tiket dari Inggris pulang ke rumah, hasilnya tidak menewajahnmu, untungnya kamu tidak kenapa-napa, kalau tidak aku bisa menyesal seumur hidup."

"Terima kasih, aku mengganggu pekerjaanmu ya?"

Dia pergi ke Inggris untuk bekerja, kalau karena aku mengganggu pekerjaannya, aku sangat merasa tidak enak.

Dia mengelus rambut aku, membuka pintu mobil dan mempersilahkan aku masuk, "Aku hanya berharap kamu tidak apa, pekerjaan tidak sepenting kamu."

Aku tersenyum, sambil naik mobil sambil melihat ke atas.

Gedung sangat tinggi, tetapi aku dapat melihat bayangan dia di balkon.

Aku terkaku, seperti sedang menangkapku berselingkuh.

"Kenapa?" Zhou Ziyun berbicara dengan suara lembut.

Aku pelan-pelan menggeleng, "Tidak apa."

Lalu, aku duduk di samping kursi pengemudi.

Saat dia mulai menyetir, aku sengaja bertanya kepadanya: "Bagaimana kamu tahu aku disini?"

Dia memelankan kecepatan mobil, dengan tatapan minta maaf, "Aku sangat khawatir kamu kenapa-napa, jadi meminta bantuan teman menggunakan trik yang sedikit tidak baik, menguntit kamu, maaf."

Aku menggeleng, "Tidak apa, kamu sangat khawatir padaku."

Dia mendengar perkataanku, wajahnya tersenyum, "Kamu ingin pergi kemana?"

"Ingin pergi kemana? aku tidak tahu."

Aku merasa hilang arah, tiba-tiba tidak tertarik akan apapun.

Melihat dari kaca banyak sekali mobil, aku tiba-tiba berkata: "Aku ingin minum-minum."

Aku sangat ingin mabuk, meninggalkan segala masalah dalam waktu singkat, juga segala kesedihan.

Zhou Ziyun melihat perutku, tidak berdaya tersenyum, "Tunggu anak lahir dengan aman, aku pasti menemani kamu minum."

Aku menunduk melihat perut aku, dalam hati sangat sedih, seperti terhalau.

Aku masih ada anak.

"Baiklah."

Aku juga tahu yang aku usulkan tidak mungkin, jika dia menemani aku pergi minum, aku juga tidak berani minum.

Dia berpikir, "Aku temani kamu pergi ke suatu tempat."

Aku langsung setuju.

Pergi kemana pun baik, asalkan jangan biarkan aku sendiri.

Seorang diri, kepalaku penuh dengan masalah yang tidak dapat diselesaikan.

Mobil memasuki suatu jalan, aku baru bereaksi, "Kamu mau bawa aku kemana?"

Di depan kira-kira 500 meter, sampai di tempat tinggal Zhou Ziyun.

Dia menaikan alis, bertanya pendapatku, "Kamu setuju? karena kakek kamu baru saja meninggal, aku khawatir kamu sendirian di rumah."

Aku menjilat bibir, "Jangan bilang......"

Perut aku tiba-tiba mengeras dan sedikit sakit, dan suara aku tiba-tiba berhenti.

Zhou Zhiyun khawatir dan bertanya, "Kenapa?"

Kedua tangan aku memegang perut, mencoba menghilangkan rasa sakit, "Perutku tiba-tiba sakit."

Ekspresinya tiba-tiba panik, menambah kecepatan mobil, membelok ke arah lain, "Aku bawa kamu pergi ke rumah sakit."

Aku bersuara "Arrgh", memegang erat perut, tubuh bawah terasa sedikit hangat.

Hatiku tiba-tiba bergejolak.

"Nak......"

"Kamu jangan menakuti ibu."

"Ibu benar-benar tidak bisa kehilangan kamu..."

Tetapi perkataan ini tidak berguna, perut aku semakin lama semakin sakit, tidak tahan meregangkan tubuh, punggung seketika penuh dengan keringat.

Saat sampai di rumah sakit, Zhou Zhiyun memeluk aku dan berjalan masuk, "Dokter, dokter!"

Novel Terkait

Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu