Cintaku Pada Presdir - Bab 10 Rahasia Song Jiamin

Bab 10 Rahasia Song Jiamin

Sebelum dia menginjak pedal gas, aku mendorong pintu mobil lalu turun dari mobil, memegang pintu mobil untuk menyeimbangkan tubuhku, dengan langkah kaki sempoyongan berjalan ke pinggir jalan lalu menghentikan taksi.

Dia tidak mengejar aku, dan aku juga tidak membalikkan kepala aku.

Aku bersandar pada kursi mobil, kulit mataku yang merasa berat, efek alkohol telah bekerja di dalam tubuhku, hampir saja membuat aku tertidur.

“Aneh, mengapa aku merasa ada sebuah mobil yang mengikuti aku dari belakang...”

Sewaktu aku turun dari mobil, aku mendengar Supir taksi membisikkan sesuatu, tetapi kepalaku sudah terasa sangat pusing sehingga aku tidak mampu mendengar apa yang dia katakan, membayar uang dan segera kembali ke hotel.

Keesokan harinya, aku bangun dengan kepala yang sangat sakit, seluruh tubuhku terasa lembek, di saat aku ingin melanjutkan tidurku, tiba-tiba saja pembicaraan aku dan Cheng Jinshi tadi malam tersirat di dalam benak pikiranku.

“Waktu itu akulah yang memohon kepadamu, dan hanya karena itu kamu, aku baru menyetujuinya….”

“Aku mengira, dengan begitu kamu dapat mempedulikan aku walaupun hanya sedikit saja.”

Dengan tergesa-gesa aku bangun dan duduk di atas ranjang, aku tidak tahu mengapa aku bisa mengatakan keluar hal ini kepada dia, apakah dia dapat mengetahui bahwa aku mencintai-nya?

Dengan kesal aku memegang rambutku, dalam sesaat aku merasa menyesal dan khawatir.

Lalu, aku tiba-tiba mengingat perlakuan dinginnya terhadap aku, sudahlah, nasi sudah menjadi bubur, tidak ada gunanya merasa menyesal.

Lagipula, aku sudah memutuskan untuk bercerai, tidak ada gunanya merasa menyesal.

Aku menahan segala kekhawatiran dalam hatiku, pergi ke toilet untuk membasuh mukaku, aku menerima pesan dari ibuku ketika aku baru saja keluar dari toilet, yang menanyakan jam berapakah aku akan pergi ke rumah sakit.

Aku baru mengingat, bahwa dua hari yang lalu aku telah berjanji akan mengunjunginya di rumah sakit hari ini, dengan tergesa-gesa aku segera mengganti baju lalu keluar.

Suasananya siang hari di rumah sakit terasa sangat hening, dengan begitu aku segera berjalan ke kamar tempat ibuku di rawat, tetapi sewaktu aku melewati sebuah kamar yang pintunya setengah terbuka, langkah kakiku terhenti.

“Janganlah kamu datang kesini lagi, bagaimana jika ada orang yang kamu kenal melihatmu> Xiao Bao hanya sedikit demam, dia baru saja tertidur, aku akan menemani dia.”

“Apa yang sedang kamu katakan, jika bukan demi membantu kamu untuk membayar hutang judimu, apakah aku rela harus naik ke atas ranjang Ning Zhenfeng si pria tua itu?”

“Walaupun dia mempunyai uang, tetapi kekayaan yang dia miliki tidak dapat dibandingkan dengan Cheng Jinshi, apakah kamu bisa berpikiran lebih terbuka sedikit? Lagian, di dalam hatiku hanya terdapat kamu seorang……”

“Kamu sangat jahat kemarin! Hari ini? Hari ini tidak bisa, karena Cheng Jinshi sudah pulang.”

……

Mendengar suara di dalam ruangan, pembicaraan yang sangat memalukan, membuat aku merasa marah, tanganku yang memegang bingkisan buah telah menjadi semakin erat dan berubah menjadi kepalan.

Karena suara di dalam kamar pasien ini adalah suara Song Jiamin!

Aku selalu berpikir, dia hanya ingin menjebak aku, tetapi aku malah mengtahui sebuah rahasia besarnya tanpa sengaja!

Selain ayahku, selain Cheng Jinshi…… dia masih memiliki hubungan dengan seorang laki-laki yang tidak pernah putus kontak dengannya, mereka sedang menelepon!

Jika bukan karena aku melihat surat hasil pemeriksaan hubungan darah, aku hampir mulai mencurigai Xiao Bao sebenarnya adalah anak siapa.

Pembicaraannya di belakangnya sangatlah tidak enak untuk didengar, sampai setengah aku lalu pergi, jantungku hampir saja telah copot.

Hatiku terasa kompleks, perasaan yang aku sangat hargai ini, telah dihancurkan oleh orang lain dengan cuma-cuma.

Cheng Jinshi, dia begitu menyukai Song Jiamin……

Bagaimanapun cara dia memperlakukan aku, aku masih saja tetap menyayangi-Nya.

Jika saja dia tahu hal ini, apakah dia dapat menerimanya?

Dengan pikiran kosong aku berjalan masuk ke kamar tempat ibuku di rawat, aku meletakkan buah di atas lemari televisi, “Ma, aku membeli buah kesukaanmu, mangga, apakah kamu mau memakannya sekarang?”

Muka ibuku terlihat pucat, dengan menggelengkan kepala dia berkata: “Letakkan disana dulu.”

Setelah aku berbicara beberapa kalimat dengan-Nya, aku baru menyadari bahwa dia sedang mengalami mood yang tidak bagus, tetapi setelah aku bertanya, dia hanya menjawab tidak apa-apa.

Sewaktu aku tidak tahu harus bagaimana, dokter yang menangani ibuku berjalan masuk ke dalam ruangan.

“Xiao Xi, perawat berkata bahwa dia melihat kamu datang, aku hanya ingin memberitahumu, kamu harus menasehati bibi dengan baik-baik, harus selalu menjaga emosi tetap stabil, dengan begitu dapat membantu pemulihan penyakitnya.”

Aku hanya menyetujuinya, setelah itu, aku baru mengetahui dari dokter bahwa kemarin ibuku masuk ke ruang ICU, tetapi ponselku telah di non-aktifkan sehingga tidak bisa menjawab panggilan dari dokter.”

Aku sangat membenci diriku hingga ingin menampar diri sendiri, ibuku masih belum jelas hidup-matinya di rumah sakit, aku malahan tengah mabuk.

Setelah dokter pergi, aku bertanya kepada ibuku apa yang telah terjadi kemarin malam.

Ibuku melihat sikapku yang teguh, hanya dapat menjawabnya: “Song Jiamin telah datang kesini kemarin malam, dia berkata bahwa dia telah pindah dan tinggal di rumah kamu dan Cheng Jinshi, dan juga Xiao Bao… bukan anak ayah kamu, apakah anak Cheng Jinshi?”

Dalam seketika aku merasa marah, dengan sikap Song Jiamin, ini bukanlah perkataan aslinya, yang menunjukkan bahwa ada maksud tersembunyi di dalam perkataannya.

Dan lagi, karena Dialah, ibuku telah tinggal dan dirawat di rumah sakit selama beberapa tahun ini.

Padahal dia tahu secara jelas jika kondisi kesehatan ibuku masih belum membaik, dengan sengajanya dia masih datang ke rumah sakit untuk mengatkan hal ini untuk membuat ibuku marah, apakah dia tidak memiliki hati nurani!

Aku sangat marah, tetapi di hadapan ibuku aku tidak boleh marah, aku hanya dapat membohonginya, “Jangan dengarkan omongan dia, hal itu tidak terjadi, apakah kamu masih belum mengenal sikap aku? Aku tidak mungkin akan membiarkan mereka menindasku.”

Dengan begitu dia baru merasa tenang, dan berkata dengan lembut: “Sangatlah bagus jika hal itu tidak terjadi, dari kecil sikapmu sangat keras, tetapi pernikahan adalah hari-hari yang harus dilewati dua orang, harus saling menghargai dan menghormati, jangan menunggu sampai kehilangan baru merasa menyesal.”

Aku menahan amarah di dalam hatiku, dengan tertawa dan menganggukan kepala aku berkata, "Aku dapat melakukannya, tenang saja."

Menunggu sampai ibuku tidur siang, aku baru berjalan keluar dengan pelan-pelan, mengambil ponsel dan menelepon Cheng Jinshi.

Bukankah Song Jiamin bersikap sombong, bukankah ia mengira bahwa dia dapat segera mengambil tahta sebagai istri Cheng.

Tetapi aku tidak akan membiarkannya, tidak ada satupun pria yang tahan jika ia diselingkuhi, apalagi pria ini adalah Cheng Jinshi!

Suara Cheng Jinshi yang dingin telah terdengar dari ponsel, "Halo."

Aku mengeratkan kepala tanganku, "Ada sesuatu yang perlu aku katakan kepada kamu."

Dia terdiam sejenak, dengan nada rendah dia berkata: "Datanglah ke kantor  sebentar, kebetulan aku juga mempunyai sesuatu hal yang perlu aku katakan kepada kamu."

Mengingat bahwa hal ini sebaiknya dibacarakan secara bertatapan muka, aku segera mengemudi Mobil dan pergi ke perusahaan Cheng Jinshi.

Masalah pernikahan aku dengan Cheng Jinshi, hanya diketahui oleh keluarganya dan asistennya Chen Lin, tetapi selama beberapa tahun ini, ada beberapa karyawan yang dapat menebak hubungan yang aku miliki dengan Cheng Jinshi sangatlah tidak biasa, sehingga aku dapat masuk ke kantor perusahaan Cheng Jinshi tanpa gangguan.

Dengan tatapan dari banyak orang, aku mendorong pintu kantor dia.

Dia sedang memeriksa dokumen, mukanya dari samping dapat terlihat jelas, dia sangat berkonsentrasi dam sangat serius.

Mungkin selain aku, tidak ada yang berani memasuki kantornya dengan berani dan tidak takut, dia bahkan tidak mengangkat kepalanya, lalu bertanya: "Hal apakah yang ingin kamu katakan?"

Aku sebenarnya merasa sangat marah hingga ingin memberitahunya langsung, tetapi sekarang setelah aku berdiri di depan dia, aku menjadi ragu kembali.

Aku tidak dapat memikirkan kata yang baik, dengan itu aku hanya berkata: "Katakan dulu apa yang ingin kamu katakan."

Dia berdiri, mengeluarkan seberkas dokumen dari lemarinya dan memberikannya kepada aku, "Lihatlah, jika sudah setuju, kamu dapat segera menanda-tanganinya."

Aku menerima dokumen itu, aku menjadi bingung setelah membuka dokumen itu, dengan suara serak, "Perjanjian perceraian?"

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu