Precious Moment - Bab 54 Seumur Hidup Ini Jangan Harap Bisa Memeriksanya

Tiffanny Wen sekarang sedang berlari di jalanan dengan penuh keringat. Satu tangannya membawa kue yang dibeli dari toko kue, juga sushi yang dijual di Southeast Street, tangan satunya lagi membawa ponsel, sambil melihat jam, sambil mencari dimana North Street 85.

Meskipun dia adalah orang daerah sini, tapi dulu dia tidak suka jalan-jalan, jadi tidak terlalu kenal dengan nama jalan dan toko-toko di sini.

Sebelumnya Ryan Sun memerintahnya untuk membeli barang untuk ketiga desainer itu. Demi memeriksa siapa mata-mata perusahaan, dia hanya bisa mengesampingkan ketidakrelaan dan kemarahan, meminjam uang dan pergi membeli barang yang diminta pria itu.

Sushi dan manisan masih oke, tidak akan rusak karena waktu terlalu lama atau mendingin, tapi mi yang paling susah. Selain itu alamat restoran mi paling jauh, Tiffanny Wen hanya bisa memilih paling terakhir pergi ke restoran yang jual mi daging sapi itu.

Tapi saat dia sampai di restoran mi daging sapi, dia sedikit pasrah dengan adegan di depan mata.

Restoran ini adalah restoran yang terkenal. Biasanya banyak yang suka makan di sini. Apalagi sekarang adalah waktu makan siang. Ada barisan panjang di depan restoran, dan puluhan nomor antrian.

Tidak ada cara lain. Demi mempertanggungjawabkan tugas, dia hanya bisa baris di ujung barisan, kesal, tapi hanya bisa maju perlahan-lahan mengikuti antrian.

Tapi dalam proses mengantri, Tiffanny Wen juga menyadari restoran ini benar-benar lumayan bagus, wangi makanan mulai tercium bahkan dari jarak jauh.

Meskipun restoran ini tidak besar, tapi dalamnya bisa memuat pulahan orang, di luar juga ada banyak orang yang mengantri. Seiring dengan barisannya yang maju, banyak juga orang yang mengantri di belakangnya.

Karena wangi dari mi merebak keluar, perut Tiffanny Wen pun berbunyi.

Tidak makan dari pagi, bahkan berlari kesana-sini untuk membeli makanan, perutnya benar-benar tidak tahan lagi.

"Haih!" Tiffanny Wen meraba perutnya dan menghela napas dengan tidak berdaya. Ingin makan sesuatu, tapi takut tidak keburu.

Karena sudah tidak makan seharian, wajah Tiffanny Wen pucat, dan perutnya sedikit sakit. Dia menekan perutnya dan terus berbaris.

Karena tidak tahan lagi, dia mengeluarkan obat maag dari dalam tas lalu makan dua butir. Karena dokter memberitahunya, kalau tidak kenapa-napa kurangi makan obat, kalau bukan karena belum makan siang, mungkin perutnya tidak akan sakit.

Dia baris kira-kira selama setengah jam, pada akhirnya baru membeli mi daging sapi yang Diane ingin makan. Melihat jarak waktu pulang kerja sudah akan tiba, dia hanya bisa cepat pergi ke Old Street dan berdiri di ujung jalan untuk memesan taksi.

Sekarang adalah jamnya pulang kerja. Taksi kira-kira sudah penuh dengan penumpang. Tiffanny Wen menunggu lama tapi tetap tidak mendapatkan taksi.

Dari kejauhan tiba-tiba datang mobil Rolls Royce berwarna hitam. Seorang pria berpakaian jas sedang melihat pemandangan jauh di luar, tiba-tiba seseorang yang familiar masuk dalam pandangannya.

Andreas Lu menyadari wanita sangat berpakaian kuno di ujung jalan dan bentuk tubuhnya kurang lebih sama dengan Tiffanny Wen.

Saat mobil semakin dekat dengan Tiffanny Wen, Andreas Lu baru yakin, bukankah itu Tiffanny Wen yang sengaja berpura-pura menutupi identitasnya sendiri? Tapi dia juga penasaran, kenapa Tiffanny Wen pergi ke sini, sepertinya lumayan jauh dari perusahaan.

"Berhenti." Andreas Lu berkata dengan suara beratnya.

Dave Gu sedikit penasaran kenapa bosnya tiba-tiba menyuruh dia menghentikan mobil, tapi dia tetap menghentikan mobil dengan patuh.

Saat menginjak pedal rem masih ada sedikit jarak, tapi ketika mobil berhenti, kebetulan berhenti di samping Tiffanny Wen.

Tiffanny Wen saat ini sedang menundukkan kepala melihat jam. Kalau tidak dapat kembali sebelum waktu pulang kerja, maka Ryan Sun itu pasti akan memarahinya lagi.

Meskipun dia tidak terlalu peduli, tapi tetap saja tidak enak rasanya dimarahi. Selain itu sekarang masih harus menetap sementara waktu di bagian desain, dia tidak boleh membuat Ryan Sun benci padanya.

Melihat sebuah mobil Rolls Royce berhenti di depan, Tiffanny Wen merasa sedikit familiar, rasanya seperti mobil Andreas Lu.

Tiba-tiba kaca mobil diturunkan, wajah samping Andreas Lu yang sempurna terlihat.

"Direktur Lu." Tiffanny Wen sedikit terkejut. tidak terpikir benar-benar pria itu, bahkan bisa bertemu dengan pria itu di sini.

"Kenapa kamu ada di sini?" Andreas Lu bertanya dengan suara rendah.

Tiffanny Wen mengangkat benda yang ada di tangannya dan berkata dengan tidak berdaya, "Membeli makanan kepada rekan kerja."

Mendengar ini, wajah Andreas Lu langsung masam dan suaranya berubah dingin, "Naik mobil. Aku menyuruhmu mencari tahu tentang masalah desain yang dicuri, tapi kamu malah bagus, membantu mereka beli makan. Apa kamu berencana mendapatkan hati mereka?"

"Huh, kamu kira aku bersedia! Kalau bukan karena terpaksa, apa aku bisa ada di sini?"

Andreas Lu menyuruhnya naik ke atas mobil. Tiffanny Wen juga tidak menolak. Yang jelas di sini tidak bisa mendapatkan taksi juga, kalau tidak kembali sekarang maka akan terlambat.

Ditambah lagi dia karena Andreas Lu baru menahan diri datang melakukan pekerjaan ini. Dia berbalik ke pintu sebelah sana, membuka pintu dan langsung naik ke atas mobil.

Sambil mengendarai mobil, Dave Gu melihat kaca spion belakang, merasa cara bosnya dan wanita berpakaian kuno ini berinteraksi agak familiar.

Dave Gu dari percakapan tadi langsung dapat menebak wanita itu adalah Tiffanny Wen yang sengaja berdandan kuno. Karena sebelumnya dia tahu bosnya menyuruh Nona Wen untuk mencari tahu tentang masalah ini.

Dave Gu saat ini hanya bisa mendeskripsikan masalah ini dengan kata terkejut. Desainer utama dari Louise Group bisa-bisanya berdandan seperti ini. Kalau dikabarkan keluar takutnya juga tidak ada yang percaya kali!

"Nona Wen, kenapa kamu berdandan seperti ini?"

Tiffanny Wen tidak terpikir Dave Gu langsung mengenalinya secepat ini dan merasa sedikit malu. Dia awalnya lumayan percaya diri dengan kamuflasenya, tapi kenapa begitu cepat dikenali oleh dua pria ini?

Tiffanny Wen tersenyum malu, "Bukankah karena takut dikenali orang dan mempengaruhi tugas yang direktur kalian suruh untuk memeriksa pengkhianat?"

"Ehm ..." Dave Gu juga tidak terpikir karena alasan ini dan tertawa canggung, "Nona Wen, dandananmu ini benar-benar kamuflase yang sangat baik."

Dave Gu berkata dengan canggung lalu kembali menyetir mobil dengan fokus.

"Ketua desainer Louise Group yang ternama sekarang bisa-bisa membantu membelikan makanan kepada orang lain? Kalau disebarkan keluar bukankah akan membuat orang-orang tertawa sampai gigi mereka copot? Selain itu beberapa hari ini aku lihat kamu lumayan bekerja keras untuk mereka, huh, sekarang bahkan datang jauh-jauh ke sini." Andreas Lu menyindir.

Andreas Lu menyuruh Tiffanny Wen pergi untuk melakukan tugas, bukan untuk menjadi pelayan. Sekarang wanita ini malah begitu giat.

Tiffanny Wen mendengar sindiran dalam perkataan Andreas Lu dan memelototi pria itu.

"Andreas kamu tidak ada hati nurani ya. Aku melakukan ini bukankah untuk berhasil masuk ke tim desain, dan mencari informasi dengan baik. Kenapa di mulutmu jadi seperti itu!" Tiffanny Wen membalas dengan kesal.

"Haha, kamu ini namanya tidak punya otak. Kalau kamu seperti ini, seumur hidup ini jangan jarap bisa memeriksanya." Andreas Lu berkata dengan dingin.

Saat Tiffanny Wen ingin mengatakan sesuatu, Andreas Lu memerintah lagi, "Turun!"

Melihat keluar jendela, Tiffanny Wen menyadari ternyata sudah secepat ini sampai di depan perusahaan. Kemudian dia memutar bola mata ke arah Andreas Lu baru turun dari mobil.

Dan adegan dia turun dari mobil, kebetulan dilihat oleh Hanita Gu yang pergi bekerja di sore hari.

Novel Terkait

His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu