Precious Moment - Bab 162 Halo

Luis Chu tentu juga mendengar kekesalan dalam suara Tiffanny Wen, tidak lanjut bercanda lagi. Bagaimanapun dengan sikap Tiffanny Wen sangat wajar kalau bilang tutup langsung tutup.

"Fanny, aku sudah sampai bandara, dimana kamu?"

Tiffanny Wen mengerutkan dahi dan matanya ada kesedihan yang datar. Karena sepertinya dia menyadari sudah terbiasa pada panggilan yang menjijikan itu. Mengenai panggilan Luis Chu itu bisa-bisanya dia tidak mempunyai reaksi yang begitu besar lagi ....

Adaptasi orang benar-benar terlalu mengerikan ....

Wajah Tiffanny Wen tidak berdaya, "Aku sedang makan, kamu bukan ingin datang makan juga 'kan?"

Begitu Andreas Lu mendengar perkataan terakhir Tiffanny Wen, wajah yang awalnya tenang tiba-tiba berubah masam dan pandangannya mendingin, mengandung sedikit rasa waspada.

Otak bodoh Tiffanny Wen bukan benar-benar ingin memanggil pria itu datang 'kan?

"Tidak, aku sudah makan."

Ketika mendengar suara Luis Chu yang agak manja, Andreas Lu seketika jijik, tapi ketika dia mendengar perkataan pria itu, juga lega.

Tapi baru saja lega, perkataan Luis Chu selanjutnya membuat Andreas Lu tersedak, "Aku mau kamu menjemputku."

Andreas Lu menatap telepon yang ada di tangan Tiffanny Wen dengan mata dingin. Dia ingin merebut ponsel itu, mengatakan tidak ada waktu, lalu langsung mematikan sambungan.

Meskipun sangat marah, tapi hati kecilnya memberitahu dia jangan melakukan hal yang begitu gegabah. Tangannya terkepal dan memutih.

Tapi Tiffanny Wen sekarang sedang menopang dahinya dengan tidak berdaya, melihat steak yang ada di piring, sama sekali tidak memperhatikan Andreas Lu yang duduk di seberang sedang menatapnya dengan tatapan marah.

"Kenapa aku harus menjemputmu? Kamu punya tangan dan kaki sendiri, juga bukan anak umur tiga tahun lagi. Masa masih perlu aku yang jemput? Tidak mau."

"Tapi ...." Luis Chu seketika berubah sedih, "Aku baru saja turun dari pesawat, dompetku dicuri orang ... aku juga tidak ada uang ..."

Tiffanny Wen benar-benar sangat kehabisan kata-kata. Orang sebesar ini, apa bisa sampai menghilangkan dompet? Kenapa dia tidak sekalian kehilangan dirinya sendiri? Membuat dia pusing saja.

Tapi Luis Chu di luar negeri membantunya banyak. Meskipun orangnya agak usil, tapi benar-benar baik padanya. Dengan sikap Tiffanny Wen ini juga tidak akan benar-benar tidak peduli padanya.

Tiffanny Wen menghela napas dan memijat pelipisnya, "Baiklah, baiklah, aku tahu. Kamu cari tempat yang lebih kelihatan, aku akan sampai sebentar lagi. Ingat jangan sampai kehilangan diri lagi."

"Ok. Aku tinggu di depan pintu bandara ya. Tenang saja, demi bertemu Fanny, aku pasti tidak akan menghilangkan diriku."

"Huh, aku malah ingin kamu hilang, agar aku tidak usah begitu repot lagi." Tiffanny Wen mendengus kecil. Setelah selesai meledek, dia langsung menutup sambungan, tidak memberikan satu pun kesempatan pada Luis Chu untuk membalas.

Tiffanny Wen berdiri dengan tidak berdaya lalu menatap mata Andreas Lu dengan mata penuh permintaan maaf, "Terima kasih atas traktiranmu. Aku sekarang harus menjemput seorang teman di bandara, pergi dulu ya."

Andreas Lu dalam satu detik membereskan ekspresinya. Dia meletakkan gelas anggur merah dengan anggun, membuka lap yang diikat di leher, mengelap mulut, lalu melipat lap dan menaruhnya kembali ke atas meja. Serangkaian gerakan itu begitu anggun dan lembut, seketika terlihat sangat gentle.

Andreas Lu berdiri menatap Tiffanny Wen, tersenyum pengertian, tapi hatinya malah marah. Pria itu sengaja merusak makan mereka kali??!!

"Tidak apa-apa, aku pergi bersamamu saja, lebih efisien." sekalian melihat siapa yang begitu tidak tahu diri!

Tiffanny Wen berpikir benar juga. Dengan posisi mereka sekarang, memang lebih efisien naik mobil. Meskipun tidak menolak, dia tersenyum kepada Andreas Lu yang ada di samping, "Terima kasih banyak."

Andreas Lu menatap Tiffanny Wen dengan tatapan mendalam, "Tidak apa-apa."

Andreas Lu memarkir mobil di parkiran utama bandara, lalu turun dan pergi ke patung pesawat yang berada tidak jauh bersama Tiffanny Wen.

Tiffanny Wen berdiri di patung pesawat itu, melihat ke sekeliling, tapi tidak melihat orang yang dia kenal. Andreas Lu juga menatap Tiffanny Wen dengan bingung.

Mereka berdua tidak memperhatikan di belakang Tiffanny Wen ada seseorang yang perlahan-lahan mendekat, mata orang itu bercahaya, dan di saat hanya tersisa satu langkah dari Tifffanny Wen, orang itu memeluk leher Tiffanny Wen.

"Aaa!" Tiffanny Wen merasa lehernya tiba-tiba ada lengan yang dingin di lehernya, juga kekuatan yang menimpanya membuat dia kehilangan keseimbangan, jadi reaksi pertamanya ada teriak.

Tanpa menengadahkan kepala, Tiffanny Wen dapat mencium wangi yang familiar.

"Fanny, aku berhasil menangkapmu!"

Setelah mendengar suara yang familiar, Tiffanny Wen mulai merasa sedikit marah dan mulai melepaskan pelukan, berbalik dan menatap "ketua kelas TK" yang setinggi 170 cm itu dengan marah.

"Luis, kamu kenal dengan Martin Chu tidak?"

Apakah mereka adalah saudara kandung yang berpisah?

"Apa? Martin Chu? Tidak kenal. Tapi marga kita sama, aku sih bisa coba kenalan."

Tiffanny Wen tersentak. Kalau tidak diingatkan oleh Luis Chu, dia bahkan tidak menyadari kalau mereka benar-benar bermarga Chu ....

Melihat Luis Chu menatapnya dengan penasaran, Tiffanny Wen seketika sedikit tidak tega memberitahu pria itu. Martin Chu sebenarnya adalah seorang autis ....

Andreas Lu yang ada di samping menilai Luis Chu, rambut keriting kuning, membentuk gelombang di kanan dan kiri, bermata lengkung dan berwarna coklat tua sedang menatap Tiffanny Wen. Hidung mancung dan senyum cerah, memperlihatkan dua gigi taring. Kulit yang putih pucat, semakin memperjelas ciri pria itu yang merupakan blasteran.

Andreas Lu menaikkan alis dan tersenyum puas. Hanya seperti ini saja? Jauh sekali dengannya.

Luis Chu sama sekali tidak ada reaksi apapun pada Andreas Lu, tetap menatap Tiffanny Wen dengan penasaran, sedikit aneh kenapa Tiffanny Wen tiba-tiba mengungkit nama ini.

"Apa? Fanny, tidak boleh hanya bicara sampai setengah. Ada apa dengan Martin Chu? Kenapa aku harus kenal dengannya?"

Tiffanny Wen mengalihkan tatapan dari pandangan Luis Chu, dan tanpa sadar menoleh ke arah Andreas Lu.

Luis Chu baru menolehkan kepala, menatap Andreas Lu yang tersenyum di samping Tiffanny Wen, menilai dari atas ke bawah, pada akhirnya bertatapan dengan Andreas Lu.

Ternyata bocah ini yang menraktir Fanny makan? Tadi juga terus menggunakan tatapan musuh kepadanya? Kelihatannya Fanny pulang sudah menemukan orang yang suka padanya, lumayan tampan sih, tapi masih jauh darinya.

Suasana dua orang itu seketika menengangkan dan bertukar pikiran hanya dalam tatapan saja.

Luis Chu tiba-tiba mengulurkan tangan, menjabat tangan kanan Andreas Lu dengan sopan dan tersenyum tulus.

"Ah, kamu adalah Martin bukan, halo."

Suasana tiba-tiba menjadi sangat canggung. Tiffanny Wen berusaha keras menahan tawa, sedangkan senyum di wajah Andreas Lu sangat kaku. Matanya memancarkan kemarahan dan tangannya mengencang.

"Andreas. Tiffanny adalah milikku, halo."

Merasakan tangannya tiba-tiba tercengkram erat, Luis Chu tersenyum, tidak bersedia kalah, juga mencengkram erat.

"Maaf, Tuan Lu. Namaku Luis, adalah teman pria paling baik Fanny di luar negeri."

Suasana berubah dingin dan cengkraman tangan kedua orang itu mulai bergetar. Tiffanny Wen melihat kedua orang itu masih belum melepaskan tangan padahal sudah lewat lama, juga ucapan yang aneh itu, merasa sangatlah bingung.

Dua orang ini kenal? Apa ada kebencian?

Suasana mulai berubah aneh. Tiffanny Wen harus memutuskan pertarungan mata dua orang itu.

"Sudahlah, sudah mulai malam. Di bandara sini juga sedikit dingin. Taro, kamu naik pesawat begitu lama juga sudah capek. Cari tempat untuk istirahat dulu."

"Baik, karena Fanny sudah bicara seperti ini, maka aku pergi dulu. Fanny kamu jangan sampai flu saja."

"Kalian tunggu aku di sini. Aku bawa mobil ke sini."

Ketika mendengar perkataan Tiffanny Wen, kedua orang itu serentak melepaskan tangan. Ketika tangan mereka terlepas, bekas jari-jari yang putih terlihat jelas di tangan yang agak merah.

Tapi saat ini perhatian Tiffanny Wen berpindah di wajah kedua orang itu secara bergantian.

Kenapa kedua orang ini begitu bertemu langsung aneh seperti ini?

Lu & Chu: "Kekuatan bocah ini besar juga. Lain kali saat bertemu tidak boleh melepaskan bocah ini!"

Novel Terkait

Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu