Cintaku Pada Presdir - Bab 22 Jinshi, Apakah kamu Percaya
Bab 22 Jinshi, Apakah kamu Percaya
Mendengar perkataanku, ibu mertua yang sedang mendekatkan cangkir teh ke mulutnya langsung melihatku dengan tatapan heran, “kejadian kapan?”
Aku sekedar melihat ekspresi dia, mencoba mencari gelagat dari mimik mukanya, tapi tiada, dia seperti benar-benar tidak tahu.
Aku sekilas memandang keluar jendela, berkata bagai tidak bermaksud apa-apa, “di hari kamu menjenguknya.”
Dia seperti sedang mengingat kembali, tampak mengeluh, “terlalu mendadak, ketika aku menjenguknya, dia kelihatan baik-baik saja, kenapa tiba-tiba meninggal begitu saja?”
Aku menahan air mata yang ingin keluar, menatap dia, sekata demi sekata, “karena bunuh diri dengan cara menelan pil tidur.”
Kedua matanya membelalak, menatapku dengan penuh keraguan, kemudian meletakkan cangkir teh, menghela nafas, “ikhlaskan yang telah meninggal, kamu harus tabah, ibumu sangat menderita dalam beberapa tahun terakhir, baginya, mungkin ini adalah sebuah pelepasan.”
Dia tidak mengelak dari percakapan ini, kata-katanya juga tidak terbelit-belit, justru menasehatiku.
Aku tidak tahu apakah kejadian ini benar-benar tidak berhubungan dengan dia, atau aktingnya yang terlalu bagus serta daya tangkapnya terlalu cepat.
Aku rasa otakku sudah tidak dapat berpikir lagi, aku tidak bisa memecahkan teka-teki ini.
Dalam perjalanan pulang bersama Jinshi, aku terus bersangga pada sandaran kursi, begitu banyak pemikiran di benakku, berantakan sekali.
Tiba-tiba teringat sesuatu, aku bertanya: “di malam aku demam, kamu yang merawatku, benarkan?”
Tidak tahu apa yang aku pikirkan, walau aku sudah mengetahui kenyataan dari mulut Jiamin, tapi aku tetap saja ingin memastikan dengan dia.
Dia mengontrol setir dengan satu tangan, termenung sejenak, menghemat kata bagai emas, “ya.”
Aku sangat hati-hati dalam berkata, dengan sedikit gugup melihat ke luar jendela, tetap saja tidak bisa menahan penasaranku, “kenapa?”
Suaranya sangat ringan, “kenapa apa? Kenapa merawatmu? Karena di dalam perutmu ada anakku.”
Ternyata, hanya karena anak… …
Hatiku muncul sedikit kekecewaan, aku pun langsung mengerti kenapa diriku mau memastikan dengannya.
Mungkin karena di hatiku masih tersisa harapan terhadap hubungan kita.
Tiba-tiba, mobil diparkirkan di tepi jalan, Jinshi membuka sabuk pengaman dan turun dari mobil, aku tanpa sadar bertanya: “kemana kamu?”
Di bawah pancaran lampu jalan kuning yang redup, muka sampingnya yang cuek terlihat lembut, tangannya yang elok dan panjang menunjuk ke sebuah toko dessert yang ada di tepi jalan, “Jiamin suka makan kue stoberi dari toko itu, aku ingin beli sepotong dan bawa pulang untuknya.”
Hatiku terasa pahit, mengangguk, berpura-pura santai berkata, “oh, baiklah.”
Dia benar-benar sangat perhatian terhadap Song Jiamin.
Aku selalu tahu seberapa baik pria yang aku cintai, sayangnya, semua kebaikannya menjadi luka di hatiku.
Karena, kebaikannya hanya diberikan kepada orang lain, tidak ke aku.
Tiba di rumah, kami silih berganti masuk ke rumah, dia mengambil kue yang dibelinya tadi, menaiki tangga.
Aku yang berada di belakangnya menutup pintu, terasa sangat haus, berjalan ke dapur dengan pikiran yang melayang, bermaksud untuk minum air, tapi di saat mendekati pintu dapur, terdengar suara percekcokan dari dalam dapur.
“aku tidak mungkin setuju, jangan harap!”
Sikap Bibi He sangat tegas, juga terdengar suara sentuhan antara air mengalir dan porselen, sepertinya berbicara sambil mencuci piring.
Aku berdiri di balik dinding, apa yang tidak dia setujui?
Terdengar suara Jiamin, “Bi, hanya kali ini, terakhir kali, kalau kita berdua tidak bilang, maka tidak akan ada yang tahu!”
Bibi He sangat tandas, “aku sudah bilang, tidak mungkin, kemarin kamu menyuruhku untuk menurunkan suhu pendingin kamar nona Ning, pas itu kamu juga bilang terakhir kali.”
Aku tidak menyangka, masalah itu bahkan berhubungan dengan Bibi He.
Tapi, dia adalah orang rumah tua, bukannya seharusnya dia mendengar perintah dari ibu mertua? Kenapa dia malah membantu Song Jiamin?
Song Jiamin membujuk: “ini benar-benar terakhir kali, aku pasti bisa berhasil mengusir Ning Xi, ke depannya tidak akan ada hal seperti ini lagi.”
Tidak terduga, Bibi He tetap bersikeras mempertahankan keputusannya, sepertinya Song Jiamin tidak punya cara lain lagi, dia pun tidak memberi muka lagi, mengancam: “kamu kira kamu bisa terlepas dari semua masalah ini? Tidak bilang yang lain, tentang kecelakaan Xiao Bao saja, kalau ketahuan oleh keluarga Cheng, kamu kira mereka bisa begitu gampang memaafkanmu?”
Bibi He pun tidak sabar lagi, mengatakan, “itu karena paksaan kamu, aku bahkan tidak pernah melihat ibu sekejam kamu, tega membahayakan anak sendiri hanya untuk menuduh nona Ning!”
Pong--
Seketika, bagai ada sesuatu yang meledak di benakku, aku tidak bisa menahan lagi, menyerbu masuk dan berinterogasi dengan ganas, “kamu yang mencelakakan Xiao Bao?”
Jariku bahkan bergemetaran, aku sudah tahu dari dulu bahwa Song Jiamin sangat licik dan kejam, tapi aku tidak pernah menyangka bahwa penyebab kecelakaan Xiao Bao berhubungan dengannya!
Bahkan harimau yang kejam saja tidak tega memakan anaknya!
Bibi He melihatku dengan ekspresinya yang gugup, “kamu, kamu sudah terdengar semuanya?”
Aku mengangguk, menggertakkan gigi, “benar. Jadi, semua ini adalah kelakuan kalian, benarkan?”
Jiamin menatapku, raut mukanya tidak berubah, “memangnya kenapa kalau iya?”
Melihat sikapnya yang acuh tak acuh, emosiku tidak terkendali lagi, mendekatinya, lekas marah, “Jiamin, kamu benar-benar gila, tidak berjiwa!”
Dia mundur dua langkah, menggosok-gosok kukunya yang bagus, tertawa, “kamu yang paksa, kalau bukan karena kamu tidak mau cerai, perlukah aku melakukan itu?”
Aku tidak pernah ketemu orang seperti dia, orang yang tidak bermoral sama sekali.
Xiao Bao adalah anaknya, aku tidak berhak mengatur cara dia memperlakukan Xiao Bao.
Tapi mengingat dia sengaja merencanakan kecelekaan Xiao Bao, mengguyurkan seember air kotor le tubuhku, menjadikan kejadian ini sebagai sarana untuk menghancurkan harapan kecil yang tersisa di hubunganku dengan Cheng Jinshi.
Aku pun marah hingga dadaku bagai akan meledak, ketika menoleh ke dia lagi, aku terlihat sesuatu, tapi aku langsung menyembunyikannya.
Aku berusaha menenangkan emosiku, “kamu tidak takut aku memberi tahu Cheng Jinshi?”
“apakah dia akan percaya denganmu?” dia tertawa dengan penuh percaya diri, dengan pasti mengatakan: “tidak akan.”
Pandanganku melalui dia dan terjatuh pada pria yang berdiri di depan pintu dapur, bertanya padanya: “Cheng Jinshi, apakah kamu percaya?”
Seluruh tubuhnya memancarkan kedinginan yang penuh bahaya, ekspresinya ganas, bola mata yang hitam pekat mencerminkan kekecewaan… …
Song Jiamin terkejut dan langsung membalikkan badannya, di saat dia terlihat Cheng Jinshi, dirinya bagai tersambar petir, terpaku beberapa saat, barulah berlari ke arah Jinshi, “Cheng Jinshi, kamu, kamu dengar penjelasanku.. …”
“penjelasan?”
Cheng Jinshi tersenyum dingin, dari sudut kelengkungan bibirnya, aku terbaca kesedihan yang tidak pernah muncul di tubuhnya.
Song Jiamin menggenggam pergelangan tangannya, menangis tersedu-sedu, tapi Cheng Jinshi dengan cuek menghempaskan tangannya, kue yang dibungkus dengan kotak yang indah dibuang oleh Cheng Jinshi ke dalam tong sampah, membalikkan badan dan langsung menaiki tangga.
Postur tubuhnya yang tinggi dan tegak, di saat ini, memancarkan kesedihan, tampak pasrah.
Ada tangan yang tidak tampak sedang mencengkeram jantungku sedikit demi sedikit.
Melihat sisi seburuk ini dari orang yang dicintai, walaupun dia kuat, tapi pasti tetap tidak akan bisa menerima kenyataan.
Aku mulai ragu dengan diriku sendiri, apa yang telah kulakukan tadi, benar atau salah?
Tidak lama kemudian, terdengar suara pintu yang tertutup keras dari lantai atas.
Song Jiamin mungkin juga kehilangan akal, jelas-jelas tahu Cheng Jinshi ada di rumah, tapi tetap memarahiku dengan ganas: “Ning Xi, semua gara-gara kamu, dasar pelacur!”
Selesai bicara, dia bagai menggila, langsung menyerbu aku.
Novel Terkait
Unplanned Marriage
MargeryDon't say goodbye
Dessy PutriThe Sixth Sense
AlexanderAngin Selatan Mewujudkan Impianku
Jiang MuyanMeet By Chance
Lena TanMy Secret Love
Fang FangCintaku Pada Presdir×
- Bab 1 Keributan Dalam Pesta Pernikahan
- Bab 2 Pertemuan Mendadak
- Bab 3 Identitas Yang Cukup Mengejutkan
- Bab 4 Kamu Telah Melewati Batas
- Bab 5 Ingin Melahirkan Anak
- Bab 6 Anak Mereka
- Bab 7 Akulah Orang Luar
- Bab 8 Bercerailah
- Bab 9 Pelampiasan dari Efek Alkohol
- Bab 10 Rahasia Song Jiamin
- Bab 11 Keributan Makan Malam
- Bab 12 Rusaknya Rem Mobil
- Bab 13 Apakah Kalian Pernah Melakukannya
- Bab 14 Pemberitahuan Berbahaya
- Bab 15 Aku Hamil
- Bab 16 Perceraian
- Bab 17 Aborsi
- Bab 18 Waktu Mengubah Semuanya
- Bab 19 Percintaan Mereka Yang Dalam Dan Kental
- Bab 20 Tamparan Balasan
- Bab 21 Uang Ini Cukup?
- Bab 22 Jinshi, Apakah kamu Percaya
- Bab 23 Jangan Jadikan Aku Pengganti
- Bab 24 Sengaja Ditabrak
- Bab 25 Menutupi Kemaluan Dengan Kemarahan
- Bab 26 Hubungan Apa Dengan Dia
- Bab 27 Terpergok Berzinah
- Bab 28 Ancaman
- Bab 29 Diam-Diam Mengangkat Teleponku
- Bab 30 Kehilangan Anakku
- Bab 31 Kamu Berencana Menukarnya dengan Apa
- Bab 32 Fakta Tentang Kematian Ibu
- Bab 33 Selingkuhan atau Kekasih?
- Bab 34 Mendapatkan Bukti
- Bab 35 Mati Di Tempat
- Bab 36 Dia Telah Kembali
- Bab 37 Temani Aku Tidur
- Bab 38 Hanya Kamu yang Menginginkanku
- Bab 39 Dia Tidak Boleh Berhasil
- Bab 40 Mendapatkan Kemalangan
- Bab 41 Pelacur Sok Suci
- Bab 42 Pemimpin Baru Proyek
- Bab 43 Pasangan Serasi
- Bab 44 Wanita Terbuang
- Bab 45 Tidak Mengizinkan
- Bab 46 Tidak Bisa Menyaingi
- Bab 47 Mengancam
- Bab 48 Mimpi Buruk Yang Tak Bisa Disingkirkan
- Bab 49 Merindukanmu
- Bab 50 Kakekku Pingsan
- Bab 51 Kakaknya Song Jiamin
- Bab 52 Rela Menunggu
- Bab 53 Merendahkan Dirinya Sendiri
- Bab 54 Dia Bukannya Tidak Pernah Menipu Aku
- Bab 55 Kenapa Bisa Begitu Kejam
- Bab 56 Cepat Atau Lambat Akan Menjadi Keluarga
- Bab 57 Ancaman Dari Ning Zhenfeng
- Bab 58 Kehidupan Dan Kematianmu.
- Bab 59 Kapan Kamu Bisa Mempercayaiku Sekali?
- Bab 60 Marah dan Sakit Hati
- Bab 61 Lelucon Ini Tidak Lucu
- Bab 62 Terserah Kamu Percaya Atau Tidak
- Bab 63 Siapapun Jangan Ada Yang Berharap Bisa Hidup Dengan Tenang
- Bab 64 Cheng Jin Shi, Aku Membencimu
- Bab 65 Mari Kita Bicara
- Bab 66 Meninggalkan Kota Nan
- Bab 67 Kakak Sepupumu Di Ranjangku
- Bab 68 Duri Dalam hati
- Bab 69 Siapa Yang Kamu Pilih
- Bab 70 Bukti Meyakinkan
- Bab 71 Aku Percaya Padamu
- Bab 72 Kita Masih Bisa Punya Anak
- Bab 73 Selangkah Menuju Kebenaran
- Bab 74 Pembunuhnya Adalah Dia
- Bab 75 Berbalik Memfitnahku
- Bab 76 Zhou Ziyun Menyelamatkanku
- Bab 77 Dia Dari Awal Sudah Membenciku
- Bab 78 Aku Benar Tidak Menyentuhmu
- Bab 79 Emosi
- Bab 80 Tuduhan Kejahatan Ini Sekalian Dihitung
- Bab 81 Apakah Semua Kebaikanmu Itu Palsu
- Bab 82 Salahkan Dirinya Sendiri
- Bab 83 Ning Xi Kamu Tidak Akan Bisa Melarikan Diri
- Bab 84 Memberikan Segala Yang Kamu Suka
- Bab 85 Berakhir Hari Ini
- Bab 86 Aku yang Membocorkan Desain
- Bab 87 Aku Bisa Memperbaiki Kesalahanku
- Bab 88 Kamu Sudah Dipecat
- Bab 89 Anakmu Segera Mempunyai Ibu Tiri
- Bab 90 Tuan Zhou Baik Pada Pacarnya
- Bab 91 Kembalikan Kunci Itu Kepadaku
- Bab 92 Orang Yang Ingin Aku Nikahi Hanya Kamu
- Bab 93 Buktikan Dulu Kepadaku
- Bab 94 Hari Ching Ming
- Bab 95 Pemilik Sebenarnya Adalah Cheng Jinshi
- Bab 96 Menyimpan Selingkuhan
- Bab 97 Dua garis
- Bab 98 Benar, Tetapi Tidak Ada Hubungannya Denganmu
- Bab 99 Juga Memberimu Kesempatan
- Bab 100 Ingin Menjadi Ayah Anak Orang Lain
- Bab 101 Identitas Tuan Fu
- Bab 102 Waspada Terhadap Nyonya
- Bab 103 Apa Hubunganmu Dengan Lin Zhi?
- Bab 104 Melihat Orang Lain Melalui Diriku.
- Bab 105 Aku Ingin Menikah Denganmu, Maukah Kamu Menikah Denganku ?
- Bab 106 Mana Mungkin Ada Jika
- Bab 107 Karena Uang
- Bab 108 Diduga Membunuh Kakek
- Bab 109 Bantuan Dalam Investigasi
- Bab 110 Ayo, Kita Pulang Rumah
- Bab 111 Benarkah Bisa Memulai Dari Awal
- Bab 112 Coba Saja !
- Bab 113 Satu Orang Bersedia Untuk Mencintai Dan Satu Orang Lainnya Rela Untuk Dicintai
- Bab 114 Pelanggan Jinshi
- Bab 115 Jam Tujuh, Aku Menunggumu
- Bab 116 Dia Sangat Cocok Denganmu, Dan Aku Juga Sangat Menyukainya
- Bab 117 Satunya Sedang Ribut, Satunya Sedang Tertawa
- Bab 118 Kamu Harus Keluar Dengan Selamat
- Bab 119 Sekali Berani Membuka Mulut, Maka Sudah Tidak Ada Jalan Kembali
- Bab 120 Sebagai Balasan
- Bab 121 Semakin Panik, Semakin Bingung
- Bab 122 Aku Bukan Orang Yang Ada Di Hatinya
- Bab 123 Kamu Jangan Berpikir Mau Mengambil
- Bab 124 kamu Tidak Perlu Mengkhayal Aku Sebagai Musuh Cintamu
- Bab 125 Di Dunia Ini Ternyata Ada Ayah Seperti Dirimu
- Bab 126 Satu Keluarga yang Tidak Waras!
- Bab 127 Kamu Ingin melepaskan Proyek Ini?
- Bab 128 Jika Aku Adalah Kamu, Aku Lebih Baik Pergi Mati Saja.
- Bab 129 Apakah Kamu Hamil?
- Bab 130 Menggugurkan Anak
- Bab 131 Dia Memeluk Seorang Anak
- Bab 132 Menikah Kembali Adalah Pertunjukkan Tunggalku
- Bab 133 Meskipun Lautan Api, Aku Juga Harus Pergi
- Bab 134 Suamimu Tampan Sekali
- Bab 135 Semua Pesan Anonim Dikirim Olehnya
- Bab 136 Sesuatu Terjadi Pada Zhou Ziyun
- Bab 137 Kembali Ke Keluarga Cheng
- Bab 138 Ibu Akan Membawamu Pulang
- Bab 139 Pulanglah Denganku?
- Bab 140 Mencintaimu? Jangan Bermimpi!
- Bab 141 Pernikahan Kontrak
- Bab 142 Berdasarkan Apa Aku Menarik Tuntutan
- Bab 143 Dihukum Mati
- Bab 144 Kamu Benar-Benar Harus Berterima Kasih Kepada Kakak Yu Min
- Bab 145 Apakah Kamu Sudah Selesai Memarahi Aku?
- Bab 146 Apakah Begitu Memalukan
- Bab 147 Tidak Mengerti Apa Yang Sedang Dia Pikirkan
- Bab 148 Sudah Merepotkanmu Mengantar Suamiku Pulang
- Bab 149 Bertemu Shen Yanting Untuk Pertama Kalinya
- Bab 150 Aku Adalah Suamimu!
- Bab 151 Semakin Dijelaskan, Semakin Ditutupi Semakin Terkuak
- Bab 152 Memang Berbeda Seperti Bumi Dan Langit
- Bab 153 Kelinci Kalau Marah Juga Bisa Gigit Orang
- Bab 154 Apa Khawatir Dia Cemburu?
- Bab 155 Tetap Saja Disapu Keluar
- Bab ke-156 Setidaknya hati ini tidak resah jika tidak melihatnya
- Bab ke-157 Menjual Seumur Hidupku Lagi Untukmu?
- Bab ke-158 Seumur hidup ini kamu tidak akan bisa kabur kemanapun
- Bab 159 Apakah kamu tidak merasa dia mirip seseorang
- Bab 160 Ingin Menggantikan Orang Kesayanganmu Untuk Kecewa?
- Bab 161 Ya, Ini Adalah Rumah Kalian
- Bab 162 Cheng Jinshi, Sampai Jumpa di Biro Urusan Sipil
- Bab 163 Aku Sengaja Membawa Pergi!
- Bab 164 Ketakutan Akibat Dugaan yang Salah
- Bab 165 Sama Sekali Tidak Ada Hubungannya dengan Aku
- Bab 166 Aku sama sekali tidak percaya
- Bab 167 Aku Lihat Siapa Yang Berani
- Bab 168 Menggoda Pria Mana Pun
- Bab 169 Tante, itu karena dia pantas ditampar
- Bab 170 Tidak Ingin Berjalan Di Atas Es Tipis Lagi
- Bab 171 Ini Adalah Calon Istriku
- Bab 172 Kamu Juga Harus Bahagia
- Bab 173 Kita Bukanlah Orang Yang Sama
- Bab 174 Semua Sudah Berubah Menjadi Lelucon
- Bab 175 Ancaman Dirinya
- Bab 176 Aku Tidak Tertarik
- Bab 177 Aku Hanya Sekedar Ingin Membantumu
- Bab 178 Sekarang Aku Memberikan Kesempatan Padamu
- Bab 179 Aku Sangat Menyukai Dirimu yang Begitu Munafik
- Bab 180 Sangat Mengejutkan
- Bab 181 Mungkin Akan Meninggal
- Bab 182 Apakah Kamu Sudah Puas Sekarang?
- Bab 183 Lemah Dengan Perlakuan Lembut
- Bab 184 Haruskah Kamu Mengucapkan Kata-Kata Dengan Duri?
- Bab 185 Tidak Layak Untuk Menerimanya
- Bab 186 Petunjuk
- Bab 187 Dia Lebih Buruk Dari Wanita Jalang
- Bab 188 Harapan yang Dikancingkan Padaku
- Bab 189 Memberi Kompenassi 100 Miliar
- Bab 190 Kamu Harus Ingat Siapa Dirimu!
- Bab 191 Protagonis Dalam Cerita Itu Adalah Aku
- Bab 192 Apakah Kamu Sudah Cukup Dengan Permainanmu?
- Bab 193 Dia Mencabut Gugatan, Kita Mengajukan Gugatan
- Bab 194 Menjauhlah Dari Tunanganku!
- Bab 195 Aku Telah Diikuti Oleh Seseorang Selama 24 Jam
- Bab 196 Aku Pasti Tidak Akan Melepaskanmu!
- Bab 197 Tanda Tangani Itu, Aku Baru Biarkan Kamu Pergi
- Bab 198 Sangat Marah
- Bab 199 Melihat Sedikit Harapan Kemenangan
- Bab 200 Sedangkan Aku, Juga Tidak Ingin Menyesuaikan Kamu Lagi
- Bab 201 : Yang Penting Kamu Tidak Merasa Malu
- Bab 202 Menurutku Dia Seperti Nenek Moyang!
- Bab 203 Cepat Atau Lambat Akan Membuatmu Kehilangan Segalanya
- Bab 204 Tetapi Aku Memiliki Satu Syarat
- Bab 205 Seperti Mimpi Yang Langsung Menghilang Dalam Sekejap
- Bab 206 Sungguh Bagus Sekali Rencana Kalian
- Bab 207 Aku Sangat Merindukanmu
- Bab 208 Mungkin Berakibat Fatal
- Bab 209 Kamu Pergi Mati Saja
- Bab 210 Aku Kira Kamu Tidak Akan Datang
- Bab 211: Makan Bersama Ini, Tidaklah Sesederhana Itu
- Bab 212: Aku Merasa Darahku Menjadi Dingin
- Bab 213: Tidak Ada Jalan Yang Bisa Ditempuh Lagi
- Bab 214: Berbisnis Seperti Di Medan Perang
- Bab 215 Aku Mengatakan Suruh Kamu Pergi
- Bab 216: Apakah Ada Masalah Yang Kamu Sembunyikan Dariku
- Bab 217 Aku Tidak Bisa Membiarkan Apa Yang Dia Inginkan Terjadi
- Bab 218 Dalam Satu Detik Menampar Wajah
- Bab 219 Sayang, Selamat Ulang Tahun
- Bab 220 Maaf Aku Terlambat Pulang
- Bab 221 Aku Tidak Perlu Kamu Bekerja Terlalu Keras
- Bab 222 Tangan Memanas
- Bab 223 : Mungkinkah Kamu Yang Melakukannya
- Bab 224 : Karena Ada orang Melakukan Terlalu Banyak Hal Buruk
- Bab 225 Membayar Dengan Harga Yang Menyakitkan
- Bab 226 Membuatku Tidak Bisa Lari Kemanapun
- Bab 227 Semuanya Tidak Benar
- Bab 228 Percayakah Kamu?
- Bab 229 Apakah Kamu Tidak Punya Hati?
- Bab 230 Siapakah Orang Itu
- Bab 231 Apakah Kamu Tidak Merasa Dirimu Munafik?
- Bab 232 Pasti Ada Yang Salah
- Bab 233 Serigala Di Depan, Harimau Di Belakang
- Bab 234 Percobaan
- Bab 235 Permintaan Maaf Hanya Alasan Saja
- Bab 236 Pertentangan Ini Tidak Baik Bagi Semua Orang
- Bab 237 Jangan Kamu Berharap Ada Lain Kali
- Bab 238 Apakah Kamu Bisa Menukar Pria Yang Kamu Sukai
- Bab 239 Memiliki Hubungan
- Bab 240 Akankah Kamu Bersama Dengannya?
- Bab 241 Semuanya Terlalu Dramatis
- Bab 242 Sekarang, Sudah Tidak Penting
- Bab 243 Kalau Aku Menginginkannya
- Bab 244 Bagaimana Aku Bisa Tenang
- Bab 245 Semakin Ditakutkan Semakin Menjadi Kenyataan
- Bab 246 Dia Keguguran
- Bab 247 Bagaimana Jika Aku Menikah Dengannya?
- Bab 248 Kembali Untuk Memberikanmu Sebuah Hadiah
- Bab 249: Membalikkan Semua Argumen
- Bab 250: Aku Adalah Jimat Perlindunganmu
- Bab 251 Tidak Baik Jika Dilihat Oleh Pacarmu