Precious Moment - Bab 201 Masih seekor kucing liar

Melihat Melody Tsu lari, mulut Tiffanny Wen membangkitkan senyum mengejek, diam-diam melihat punggung Melody Tsu bergabung ke kerumunan.

Tiffanny Wen menarik pandangannya dan berjalan perlahan ke sisi Andreas Lu.

Andreas Lu memandang Tiffanny Wen. Ada sesuatu di tatapannya, senyumnya terlihat jelas, ada sedikit apresiasi dalam kelembutannya: "Aku tidak menduga, kamu bisa seperti itu.”

Tiffanny Wen mengangkat rambutnya dengan ringan, dengan ekspresi arogan, dan tersenyum pada Andreas Lu: "Cuma bisa dasarnya aja."

Andreas Lu mengangkat alisnya, tidak dalam suasana hati yang buruk: "Cuma bisa dasar? Aku tahu kemampuan Melody Tsu. Kamu bisa memainkannya seperti ini, Cuma bisa dasar benar-benar mustahil."

Tiffanny Wen mengangkat bahu samar-samar, tampak seperti percaya atau tidak.

Sebenarnya, Tiffanny Wen tidak berbohong kepada Andreas Lu, karena ketika di luar negeri guru yang mengajarinya, mengevaluasinya: "Mengetahui dasar sudah cukup.”

Tentu saja, dunia berbeda, dan definisi dasar juga berbeda. Secara alami, Tiffanny Wen tidak akan menjelaskan banyak hal kepada Andreas Lu, hanya diam-diam mengatur hatinya.

Nenek memperhatikan setiap ekspresi Tiffanny Wen, semakin di lihat semakin yakin, mengangguk, dan hatinya penuh persetujuan.

Gadis ini tidak buruk, mempunyai kemampu, tidak sombong atau gegabah, bisa menangani banyak hal dengan tenang. Jauh lebih baik dari Melody Tsu.

Dengan pemikiran ini, nenek berjalan maju dengan gembira, meraih tangan Tiffanny Wen, dan menepuknya dengan lembut: "Tidak buruk gadis muda, aku tidak menduga bahwa kamu multi talented, tetapi teknik piano ini mengalahkan Melody. "

Tiffanny Wen sangat merasa nyaman saat bersama nenek, karena saat bersama dengan nenek dia selalu merasakan kehangatan kakeknya, seperti matahari yang hangat di musim dingin, tidak menyilaukan dan tidak panas, tetapi hangat yang langsung.

Tiffanny Wen dengan rendah hati tersenyum kepada nenek, "Terima kasih atas pujian nenek. Jika nenek suka musik yang dimainkan oleh Fanny, maka Fanny akan lebih bahagia."

Nenenk merasakan melankolis, dan dia dengan lembut meletakkan tangannya di kepala Tiffanny Wen dan membelai perlahan, "Suka, tentu saja aku menyukainya. Piano yang di mainkan gadis terdengar seperti sihir."

"Membuat aku mengingat masa mudaku lagi, tidak kerasa waktu cepat berlalu, aku sudah umur tujuh puluh dalam sekejap mata."

"Gadis, dengarkan apa yang nenek katakan, jika kamu bertemu seseorang yang kamu rasa bisa kamu percayai, maka cepatlah membuat lebih banyak memori saat kamu muda. Ketika kamu mendengarkan" Diary "lagi, maka kamu akan mengerti apa itu umur."

Tiffanny Wen menatap Nenek dengan ekspresi bingung, "Nenek, maksudmu perasaanku tidak cukup?"

Nenek menggelengkan kepalanya dengan lembut, tidak menjawab pertanyaan Tiffanny Wen, tetapi mengambil tangan Tiffanny Wen dan meletakkannya di tangan Andreas Lu, lalu memandang Tiffanny Wen dengan ramah.

"Gadis, semua itu butuh usahamu sendiri, umur tidak didasarkan pada imajinasi, tetapi persepsi."

"Gadis, Andreas, kamu tunggu di sini dulu, kita akan makan malam bersama nanti."

Tiffanny Wen masih mencerna apa yang dikatakan nenek tadi, sangat memikirkannya sehingga Tiffanny Wen tidak menanggapi kata-kata di belakangnya.

Andreas Lu mengangguk, merespons dengan senyum.

Nenek secara alami tahu bahwa Tiffanny Wen belum menemukan jawabannya, dan tentu saja dia tidak akan menyalahkan ketidak sopannya. Dia tersenyum pada Andreas Lu dan berbalik berjalan ke proses berbicara.

Di suatu tempat di tengah kerumunan, Tiffanny Wen yang masih linglung tidak merasakan tatapan marah Melody Tsu.

Rubah betina! bersembunyi dengan sengaja. Kamu sudah menghancurkannya, aku akan membuat kamu malu!

………………………………………………………………

Setelah proses akhirnya selesai, meja siap untuk makan malam.Nenek Lu meraih tangan Tiffanny Wen dengan gembira dan menyuruhnya untuk duduk di meja utama.

Tiffanny Wen secara alami tahu arti dari meja utama, berpikir bahwa dia baru saja menyetujui Andreas Lu untuk berakting. Tidak baik berada di meja utama seperti ini, awalnya dia ingin menolak, tetapi sebelum dia bisa mengatakannya, nenek pura-pura marah. Tangan Andreas Lu juga menunjukkan peringatan.

Tiffanny Wen tidak peduli dengan peringatan Andreas Lu.Namun, dia tidak ingin membuat nenek marah, dengan patuh diatur oleh nenek untuk duduk di sampingnya bersama Andreas Lu.

Pada saat ini, Stella Lu, yang telah lama menghilang, tiba-tiba berjalan keluar dari kerumunan dan duduk dengan anggun di samping Andreas Lu, mengedipkan mata pada Tiffanny Wen di sebelah Andreas Lu.

Nenek mendengus ketika dia melihat Stella Lu muncul.

"Stella, kamu gadis liar, lihat kamu. Sudah begitu besar, tidak tahu bagaimana membawa cucu menantu kembali untuk membuat nenekmu bahagia. Andreas membawa cucu menantu kembali, tetapi kamu masih kucing liar."

Stella Lu tersenyum main-main kepada neneknya dan mulai bertingkah seperti anak manja: "Nenek, ini tidak mungkin, walaupun ada banyak orang yang mengejar aku, tetapi kebanyakan dari mereka adalah playboy, Stella benar-benar tidak suka."

"Kamu tidak tahu bahwa Stella memiliki cowok impian yang tinggi, apakah kamu tega menyuruh Stella berpacaran dengan orang yang tidak di sukai?"

Baik Tiffanny Wen maupun Andreas Lu memandang Stella Lu yang tiba-tiba bertindak seperti anak manja dengan tatapan yang tidak di mengerti, ekspresi Tiffanny Wen terkejut dan tatapan Andreas Lu penuh penghinaan.

Stella Lu secara alami merasakan tatapan Andreas Lu, wajahnya masih memandangi neneknya dengan centil. Pada saat itu, semacam dalam gelapan, sebuah cakar diam-diam membentang ke pinggang Andreas Lu ...

Mendengar suara Andreas Lu yang teredam di sebelahnya, Tiffanny Wen menoleh dengan rasa ingin tahu, Melihat Andreas Lu yang tanpa ekspresi, Tiffanny Wen curiga bahwa dia halusinasi.

Dan setelah nenek memandang Stella Lu selama beberapa detik, dia tidak tahan dengan sikap Stella Lu seperti anak manja, dan melambaikan tangannya tanpa daya: "Udah, Udah, terserah padamu, nenek cuma meminta setidaknya aku bisa sekali melihat menentuku.”

Stella Lu langsung membuang tatapan centilnya, dan menjulurkan lidah: "Terima kasih nenek, nenek adalah yang terbaik."

Nenek menggelengkan kepalanya dengan tidak sabar. Sejak kecil, dia tidak bisa melihat Stella Lu bertingkah seperti anak manja. Selama Stella Lu bertingkah seperti anak manja, nenek akan dikalahkan dengan lembut.

Pada saat ini, Jason Lu juga selesai menyamperin para tamu dan berjalan menuju meja utama dengan santai, diikuti oleh Violet Shen dan Melody Tsu di belakangnya.

"Stella, kamu membuat kekacauan lagi pada nenek?."

Jason Lu perlahan berjalan ke meja utama, duduk di sebelah Nenek Lu, mengangguk pada Tiffanny Wen, dia juga mendengar penampilan Tiffanny Wen, dan dia sedikit mengagumi Tiffanny Wen.

Stella Lu melengkungkan bibirnya dengan lemah, "Tidak, apa kekacauan yang aku perbuat pada nenek, aku sangat mencintai nenek."

Jason Lu memandang Stella Lu, tersenyum dan menggelengkan kepalanya tanpa mengatakan apa-apa.

Violet Shen ingin menempatkan Melody Tsu di sebelah Andreas Lu, tetapi melihat sebelah Andreas Lu telah diduduki, sebelah Stella Lu dan sebelahnya lagi Tiffanny Wen.

Violet Shen mengerutkan kening dan menatap Tiffanny Wen. Tatapannya penuh dengan ketidaksenangan. Dia duduk di sebelah Jason Lu dan berkata mengarahkan kepada Tiffanny Wen: "Nona Wen adalah orang luar. Bagaimana bisa duduk di meja utama? Bukankah ini melanggar aturan? "

Mendengar pembicaran Violet Shen, nada suaranya yang penuh dengan kesombongan dan jijik, ekspresi orang-orang yang duduk di sana sedikit berubah.

Nenek Lu semakin mengangkat wajahnya, tatapannya dipenuhi kemarahan: "Melody Tsu juga orang luar, bukannya juga duduk di meja utama?"

Melody Tsu, yang berencana untuk duduk di sebelah Violet Shen, tiba-tiba menghentikan gerakkannya yang sedang ingin duduk.

Mempertahankan postur semi-duduk, suasananya canggung, Melody Tsu tidak berdiri atau duduk, dan untuk sementara waktu, tidak tahu harus berbuat apa.

Violet Shen menepuk pundak Melody Tsu dengan ringan, menyuruhnya untuk duduk, dan kemudian memandang Nenek Lu lagi, dengan nada yang agak terburu-buru: "Bisakah mereka sama? Melody Tsu adalah menantu perempuan yang aku setujui, dan itu akan menjadi keluarga Lu."

Nenek Lu menyeruput teh dengan santai dan melirik Violet Shen dengan mata sedikit terangkat. Tatapannya penuh ketidakpuasan, sedikit jijik, dan sedikit penolakkan, tapi nadanya tidak di ragukan lagi.

"Gadis Wen juga menantu perempuan yang aku setujui."

"Aku bilang dia bisa duduk di sini maka dia bisa."

Novel Terkait

Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu