Excellent Love - Bab 46 Jangan Mencelakai Seorang Gadis (1)

Kakek Xu keluar dari toilet, saat melihat Wesley Xu yang sedang mengajari Clara Jian dengan tangan yang saling berpegangan di lapangan, spontan membengkokkan bibirnya dan tersenyum.

Ini adalah pertama kalinya dia melihat Wesley Xu mengambil inisiatif untuk mengajari seorang gadis bermain bulu tangkis.

"Apa kabar Kakek!"

Tepat saat si tua Xu sedang gembira, tiba-tiba terdengar sebuah suara yang lantang dari sampingnya.

Si Kakek kaget, melihat ke arah sumber suara, saat melihat Gray Jian dengan ekspresi wajah yang kurang bagus dan bertubuh mungil di sisinya, dahinya perlahan-lahan mulai berkerut.

Bukan karena alasan lain, melainkan tepat karena Gray Jian yang ada di depan matanya ini, meskipun hanya seorang anak kecil, tapi malah terlihat begitu familiar, seakan-akan pernah bertemu dengannya di suatu tempat, apalagi, semakin lama ia melihat Gray Jian, dia merasa semakin dekat dengannya.

Sebenarnya saat pertama kali melihat Gray Jian, dia merasa sangat tidak asing.

Sang Kakek berjongkok, melihat Gray Jian, membuat garis pandangannya dengan Gray Jian berada di tingkat yang sama tinggi, Kakek Xu menggunakan nada bicara yang penuh dengan kasih sayang berkata terhadapnya, "Adik kecil, apakah kamu sedang memanggilku?"

Gray Jian membungkam bibirnya yang tipis, menganggukkan kepala dengan serius, "Hmm, apa kabar Kakek."

"Hahaha............ Apa kabar! Apa kabar!" Kakek Xu menganggukkan kepala, tertawa riang, "Katakan pada Kakek, siapa namamu?"

"Namaku adalah Gray Jian, Mamaku memanggilku Gray." Gray Jian menjawabnya dengan sopan dan suara lantang.

"Oh, Gray." Kakek Xu menganggukkan kepala, memujinya, "Hmm, nama Gray ini bagus, enak di dengar juga mudah di ingat."

"Kakek, kamu lelah tidak, bagaimana kalau kita ke sana untuk duduk sejenak?" Melihat Kakek Xu, sambil menunjukkan jarinya ke arah area istirahat.

Kakek Xu juga pergi melihat ke arah sana sesaat, tersenyum sambil menganggukkan kepala, "Baik, kalau begitu, temanilah Kakek berbincang-bincang."

"Hmm, baik, kalau begitu mari kita pergi duduk di sana." Gray Jian menganggukkan kepala, lalu tangan kecilnya pergi menggenggam tangannya Kakek Xu.

Kakek Xu melihat Gray Jian. Dia menjadi sangat girang, semakin dilihat semakin suka, dia langsung berdiri, dan berjalan ke area istirahat bersama dengan Gray Jian, dengan seperti ini, dia juga bisa memberikan waktu kepada Wesley Xu untuk mengejar sang gadis, lagipula saat ini, dia sama sekali tidak pernah mengira bahwa Gray Jian adalah putranya Clara Jian, dia spontan mengira, Gray Jian adalah anaknya Daisy Feng, karena bagaimana pun juga, Daisy Feng terlihat lebih tua beberapa tahun dari Clara Jian.

Di area istirahat, terdapat seorang kakek tua dan seorang bocah kecil, meskipun perbedaan umur keduanya diatas 60 tahun, tapi percakapan mereka sangatlah nyambung dan menyenangkan. Terkadang akan terdengar suara tawaan yang riang, sedangkan di atas lapangan, Wesley Xu mengajar Clara Jian secara langsung, tentu saja membuat Clara Jian tidak berani untuk tidak fokus, bagaimana pergerakan yang diajari Wesley Xu, dia akan mempelajarinya begitu juga, kemampuan bermain bulu tangkisnya yang awalnya bisa disebut berlevel nol, setelah diajari oleh Wesley Xu selama setengah jam lebih secara langsung, dia telah mulai mampu mengerti berbagai teknik seperti cara menservis, membalikkan pukulan, smash dan dropshot, semuanya pergerakan ini mulai menjadi mahir dilakukan.

Wesley Xu berdiri di samping, sepasang mata yang gelap mendalam juga berkilauan menatap pergerakan Clara Jian yang gesit di atas lapangan, akhirnya dia mulai tersenyum merasa puas terhadap kemajuan kemampuan murid yang diajari oleh dirinya sendiri ini.

Daisy Feng merupakan orang yang hobbi dalam bulu tangkis, dia pernah belajar dari seorang guru profesional secara khusus. Biasanya kalau tidak ada kegiatan lain, dia akan datang bermain bulu tangkis, tentu saja kemampuannya tidak buruk, meskipun kemampuan Clara Jian telah meningkat pesat di bawah pengajaran Wesley Xu secara langsung, namun untuk mengalahkan Clara Jian, masih bukanlah masalah yang sulit.

Namun, melalui permainan bulu tangkis pada hari ini, hatinya telah merasa yakin 100% terhadap suatu hal, itu adalah, Wesley Xu pasti menyukai Clara Jian, apalagi rasa suka ini, bukanlah hanya sedikit, melainkan sangat-sangat berlimpah.

Oleh karena itu, Daisy Feng mulai merasa semakin kagum terhadap Clara Jian, juga merasa semakin penasaran.

Clara Jian memiliki kriteria yang unggul dalam banyak hal, jadi, dia adalah seorang dewi yang datang dari daerah mana? Dia bahkan bisa memiliki hubungan dengan begitu banyak pria yang identitasnya cukup luar biasa.

Yang satunya adalah Alfredo Kou, satunya adalah Ned Li, sekarang malah bertambah Wesley Xu seorang lagi.

Tidak peduli siapapun dari ketiga pria ini, semuanya tidak mungkin bisa memiliki hubungan dengan seorang wanita secara sembarangan.

Tapi Clara Jian malah memiliki hubungan dengan ketiga-tiganya, ini sungguh tidak masuk akal, bagaimana sebenarnya cara Clara Jian melakukannya?

"Tidak sanggup lagi, Clara, istrirahat sejenak, minum dulu."

Kemampuan bermain Clara Jian semakin lama menjadi semakin terampil, ketika Daisy Feng mengembalikan serangan, dia melompat dengan indah, dan men-smash cocknya melewati jaring, menghantam lantai dengan kuat, membuat Daisy Feng sama sekali tidak sempat untuk membalasnya.

Setelah bermain selama setengah jam, dia memang mulai merasa sedikit lelah, makanya melambai-lambaikan tangan, seluruh tubuhnya menjadi sedikit lemah, lalu melihat ke arah Wesley Xu yang berada di samping, berkata sambil tersenyum, "CEO Xu, teknikmu dalam bermain sungguh hebat, bahkan murid yang kamu ajari pun begitu ulung, aku hampir saja bukanlah tandingannya Clara lagi."

Pandangan mata Wesley Xu yang datar melirik Daisy Feng sejenak, bibir yang tipis melekuk ke atas sedikit, namun tidak mengatakan apapun terhadapnya, hanya mengambilkan handuk yang tadinya digunakan untuk mengelap keringatnya tadi, dan menyerahkannya ke Clara Jian, suaranya yang rendah juga mengandung kharisma berkata, "Lap lah keringatmu."

Clara Jian awalnya sedang melihat Daisy Feng hendak mengatakan sesuatu padanya, ketika melihat handuk yang diserahkan Wesley Xu ke hadapannya, dia tersenyum, spontan menolaknya, "Terima kasih, tidak............" perlu.

"Kenapa, risi?!"

Hanya saja, sebelum perkataan Clara Jian keluar, Wesley Xu langsung memotongnya, di balik suaranya yang rendah, terdengar jelas mengandung rasa tidak senang, bahkan alis mata yang indah pun, mulai berkerut.

Clara Jian mengangkat kepala memandangnya, lalu melihat handuk yang masih disodorkan kepadanya, membungkam bibir, mengulurkan tangan dan menerimanya, lalu melewati sang pria, menundukkan kepala, sambil mengusap keringatnya sambil berjalan ke arah Daisy Feng, berkata terhadap Daisy Feng sambil tersenyum, "Hmm, aku juga sudah lelah, isrirahat sebentar."

Daisy Feng melihat sejenak seorang lelaki yang terus menatap Clara Jian dengan ekspresi yang sulit ditafsirkan yang berada di tempat beberapa meter dari sana, membunyikan lidahnya, lalu tersenyum terhadap Clara Jian, berjalan bersama-sama ke arah area istirahat.

"Kenapa, sudah lelah? Kalau begitu, Kakek tua ini akan maju." Kakek Xu yang telah berbincang-bincang dengan Gray Jian selama setengah jam menyipitkan mata melihat Clara Jian dan Daisy Feng yang berjalan menuju tempat istirahat, kemudian berdiri, merenggangkan pinggang, lalu pergi berjalan ke lapangan sambil mengayun-ayunkan raket.

Karena Clara Jian dan Daisy Feng tidak tahu jelas terhadap identitas dari Kakek Xu, dan Wesley Xu pun tidak memperkenalkannya, jadi, mereka tidak berani memanggilnya secara sembarangan, makanya menanggapinya dengan hanya tersenyum.

"Wesley, mari kita bermain beberapa ronde lagi." Setelah memasuki lapangan, Kakek Xu memanggil Wesley Xu dengan riang.

Wesley Xu melihat Kakek Xu sejenak, lalu menggerakkan raketnya sendiri, untuk mengambil bola, sama sekali tidak memerlukan tangan yang satu lagi, dan langsung memukulnya ke sana dengan ringan.

"Sayangku, apa yang telah kamu perbincangkan dengan Kakek itu?" Setelah melihat Wesley Xu dan Kakek Xu kembali bertanding sengit di atas lapangan, baru Daisy Feng duduk di sampingnya Gray Jian, mencoba mendapatkan informasi darinya.

"Kakek menceritakan sebuah cerita untukku." Gray Jian duduk di bangku, mengayunkan kedua kaki pendeknya, bola mata hitam yang besar bagaikan batu permata hitam berkedip dengan sangat berkilau sambil menjawab.

Daisy Feng menganggukkan kepala, "Jadi apakah kamu tahu siapa marga dari Kakek itu?"

Clara Jian berdiam diri di samping, minum air, tidak memotong pembicaraan, juga tidak berbicara.

Gray Jian melihat Daisy Feng sejenak, menjawab dengan lantang, "Kakek itu bermarga Xu, merupakan Papanya Paman Xu."

Hasilnya, perkataan Gray Jian membuat Daisy Feng merasa sangat kaget dan kebingungan.

Setelah melihat Gray Jian beberapa detik, dia meminum jus buah untuk menekan rasa terkejutnya, lalu bangun, berjalan ke sampingnya Clara Jian, bertanya dengan suara kecil, "Clara, katakan dengan jujur, apakah kamu benar-benar tidak mengenal CEO Xu?"

Clara Jian melihat Daisy Feng sekilas, demi tidak membongkar kebohongannya dulu, dia terpaksa terus berbohong, berkata sambil menggelengkan kepala, "Tidak kenal."

"Wah! Berarti CEO Xu jatuh cinta terhadapmu pada pandangan pertama!"

"Uhuk............ Uhuk............"

Daisy Feng melihat reaksinya, langsung menepuk punggungnya dengan lembut, "Lihatlah kamu, apakah harus begitu heboh?"

Clara Jian sambil menutup mulutnya dan batuk kering, sambil melihat Daisy Feng sekilas, "............"

"CEO Xu sudah pasti menyukaimu, kalau tidak suka, apakah dia akan mengajarimu secara langsung, apakah dia akan memberikan handuk miliknya sendiri kepadamu untuk mengelap keringat?!" Melihat Clara Jian tidak mengatakan apapun, Daisy Feng kembali menepuk pundaknya, tersenyum dengan maksud mendalam, dan lanjut berkata, "Bersemangatlah, masa depan cerah perusahaan kita, semua bergantung terhadapmu!"

Clara Jian terus menutup mulutnya sambil batuk, melihat Daisy Feng sejenak, "............"

Oh iya, kakek tua itu ternyata merupakan ayahnya CEO Xu, sungguh tidak disangka! Kalau CEO Xu bermarga Xu, jadi apa hubungannya dengan Keluarga Kou yang berada di Kota Jing, hingga bisa menekan Alfredo Kou yang merupakan cucu tertua dalam Keluarga Kou, dan menjadi CEO dari Kou's Corp., latar belakangnya pasti sangat hebat, apakah kamu tidak mengetahuinya sedikit pun?" Melihat Clara Jian tetap tidak berbicara, Daisy Feng kembali menanyakan dengan berbisik-bisik.

Clara Jian menggelengkan kepala, "Guru, aku benar-benar tidak mengetahui apapun."

Melihat Clara Jian yang sepertinya benar-benar tidak mengetahui apapun, Daisy Feng mulai tersenyum, tidak bertanya lebih lanjut lagi, lalu melihat waktu sejenak, kemudian kembali berkata, "Sudah jam 11 lewat, kita main selama setengah jam lagi, baru kita pergi mandi juga mengganti baju, dan pergi makan."

Clara Jian menganggukkan kepala, "Hmm, baik."

........................................

Setelah selesai istirahat sejenak. Clara Jian dan Daisy Feng kembali mengambil raket, memasuki lapangan dan lanjut bermain, Wesley Xu dan Kakek Xu yang ada di sebelah juga saling bertanding panas, tidak terlihat lelah sedikit pun.

Clara Jian dan Daisy Feng langsung berhenti setelah bermain dua babak, menyuruh Gray Jian untuk menunggu mereka di tempat istirahat, sedangkan mereka berdua pergi mengambil baju di ruang ganti dan pergi mandi.

Sebelum pergi, Clara Jian telah meninggalkan handuknya Wesley Xu, meletakkannya di tempat area peristirahatan lapangan milik mereka.

Setelah bermain selama satu jam lebih, seluruh tubuh mereka telah dipenuhi dengan keringat, baju di badan mereka telah basah kuyup, kalau tidak pergi mandi dan mengganti baju, seluruh badan akan terasa tidak nyaman.

Wesley Xu yang awalnya terus mengalah terhadap ayahnya sendiri, setelah melihat Clara Jian dan Daisy Feng telah pergi bersama dan masuk ke ruang ganti, wataknya yang sebenarnya langsung diperlihatkan, dan mulai "kejam" terhadap Kakek Xu, dengan cepat dan lugas mengalahkan Kakek Xu tanpa memberikan sebuah kesempatan untuk membalas sama sekali.

"Wesley, taktik apa yang kamu gunakan ini?" Setelah diskak berulang kali oleh Wesley Xu secara berturut-turut, Kakek Xu mulai merasa tidak senang, melencangkan tangannya di pinggang melototi Wesley Xu dengan galak, "Saat gadis itu ada di sini, kamu bermain dengan begitu lembut, setelah gadis itu pergi, sifatmu yang sebenarnya langsung muncul, apakah kamu takut akan menakutinya?"

Wesley Xu mengusap keringat di keningnya sejenak, tersenyum, kemudian langsung melemparkan raket ke ayahnya sendiri, "Hari ini sampai sini dulu, aku pergi mandi dulu."

Di tengah perkataan, dia telah membalikkan badan, dan berjalan menuju ruang ganti.

Kakek Xu langsung menangkap raket yang Wesley Xu lemparkan, menggerutu dan mengomelinya "Bocah tengik", lalu membawa raket berjalan ke area istirahat.

Tapi, saat melihat Gray Jian yang duduk dengan patuh di tempat peristirahatan, suasana hati Kakek Xu langsung membaik.

Kalau putranya tidak ingin menemaninya bermain, dia masih bisa mengobrol dengan Gray Jian!

Memang anak kecil yang lebih baik, begitu patuh dan menyenangkan, andaikan saja dia bisa menggendong seorang cucu, pasti sangat membahagiakan.

Novel Terkait

Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu