Cutie Mom - Bab 141 Ia Berkata Lepaskan, Apakah Kamu Tidak Mendengarkannya?(2)

Berbicara sendiri sambil mengeluarkan kartu namanya, Sue Wu tidak menerimanya, pria itu langsung mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Sue Wu, Sue Wu pun terkejut dan langsung menarik kembali tangannya, namun tetap masih tertangkap olehnya, pria itu pun mulai tersenyum dengan muka yg cabul.

“Tuan!” Sue Wu dengan sekuat tenaga berusaha untuk menenagkan diri, sambil menaikan sudut bibirnya, berharap pria itu dapat menghargainya. “Lepaskan tanganku!

Berjalan setengah dari tangga, Garry Xu dari kejauhan sudah melihat kejadian ini, raut wajahnya pun langsung berubah.

Dengan langkah yg besar dia melangkah hingga akhirnya berdiri di depan hadapan mereka.

Pria itu setelah melihat Garry Xu terasa tertekan , hatinya pun mulai merasa ketakutan, "Kau, siapa kau ini?"

Sue Wu ingin membebaskan dirinya , dalam satu sisi ia melihat seorang pria yang penuh dengan kemurkaan, sementara wajahnya Garry Xu terlihat suram dan mengeluarkan aura yg bahaya.

Saat Sue Wu dalam keadaan bengong, Garry Xu satu tangan memegang pundaknya Sue Wu, dan tangan yg satu lagi digunakan untuk menggenggam pergelangan tangan pria itu, sampai pria itu menangis kesakitan dan akhirnya melepaskan tangan Sue Wu. Badannya Sue Wu pun langsung jatuh ke pelukannya Garry Xu.

Dengan tatapan mata yg memandang rendah orang itu sambil berkata, “ Dia bilang lepaskan tangannya, apakah kamu tidak bisa mendengarkannya!”

“Apa hubu… hubunganya dengan mu hah….”, suara orang itu perlahan2 mengecil, dan mulai terintimidasi dengan auranya Garry Xu. Dia pun menyadari Garry Xu tidak bs terpancing emosinya, dan dengan kesal langsung kabur dari situasi itu.

Sue Wu di dalam pelukannya, emosinya pun tercampur-aduk. Tidak terpikirkan olehnya bahwa hari pertama berdiri di depan ruangan ini, tidak tahu bagaimana cara untuk mengatasi situasinya. Kalau Garry Xu tadi tidak membantunya, Sue Wu sudah pasti langsung diperlakukan tidak benar sama pria tadi.

Garry Xu melepaskannya, sekata pun tidak bersuara dan mengecek ekspresinya.

“Makasih!” Untuk sementara, perasaan Sue Wu mulai tercampur-aduk, dan situasi yg mereka hadapi sekarang itu terasa canggung.

“Ikuti aku!” Kali ini dia menggenggam pergelangan tangan Sue Wu dengan lembut namun erat, dan menarik dia keluar pintu.

“Hah? Aku masih harus kerja! Lepaskan aku!” Sue Wu dengan tergesa-gesa berteriak .

“Kamu sudah selesai!” dengan suara rendahnya .

Sue Wu melihat bagian belakangnya yg terlihat tinggi dan kekar. Dengan langkah yg besar menarik dirinya kearah keluar. Staf di jalan masuk pun melihat mereka dengan tatapan yang tercengang. Tidak terbayangkan seberapa malunya Sue Wu saat itu.

Dia sebenarnya mau ngapain sih? Aku benar-benar tidak tau apa yang sedang dipikirkannya. Dia selalu saja tiba-tiba melakukan hal yang tidak bisa ketebak.

Ditariklah dan dimasukkan Sue Wu ke dalam mobil ferari biru yang sudah dia kenal itu. Sue Wu pun melepaskan genggamannya.

“Jacky Wu masih di TK? Lokasinya dimana?” Tiba-tiba dia membuka suara.

“Kamu memangnya mau ngapain?” Sue Wu pun berbalik bertanya dengan penuh waspada.

“Jemput dia!” Garry Xu mengirim beberapa orang untuk menyelidiki data riwayatnya Sue Wu selama 6 tahun , dengan begitu dia dengan cepat mengetahui apa yang sedang dilakukan Sue Wu selama 6 tahum ini .

“Jadi kenapa kamu mau menjemput Jacky Wu?” Sue Wu pun masih belum mengerti .

Garry Xu tahu bahwa semalam itu karena dirinya, mempengaruhi Sue Wu untuk membeberkan rahasianya. Dia sambil mengemudi sambil menyalakan rokoknya, perlahan-lahan mulai menghirup rokoknya.

Sue Wu menatap Garry Xu dan tanpa disadarinya, ia pun tenggelam ke dalam pandangan matanya yg dalam itu.

Bau tobacco perlahan-lahan menyebar, Sue Wu melihat Garry Xu dengan tatapan kosong, sesaat itu masih belum tersadar

“ Kemarin setelah mengalami masalah itu, kamu masih berani tinggalin dia di taman kanak-kanak itu?” Garry Xu pun menanyainya dengan dingin.

Sue Wu akhirnya tersadar, hatinya pun tertusuk. Ia pun memejam matanya dengan perasaan yg sakit,

“ Aku sebenarnya juga tidak mau begini, tapi apa yang bisa aku lakukan…”