Cutie Mom - Bab 363 Cucu Pintar

Malam yang panjang.

Garry menelepon Alex sambil memeluk Sue, ia ingin menyuruhnya datang ke rumahnya bersama dengan Cindy besok pagi untuk menemani Daniel.

Sue bersandar pada dada Garry, ia ingin memejamkan matanya, namun ia sama sekali belum mengantuk, "Lihatlah ayah sudah pergi atau belum, jangan-jangan dia tinggal semalaman di kamar Jacky?"

"Aku sudah pergi barusan, sepertinya ia tertidur di samping ranjang." Garry memberi ayahnya selimut, melihat ayahnya yang tertidur sambil memegangi tangan anaknya, hatinya sangat gembira, kata orang, kakek nenek selalu akan memanjakan cucunya, ternyata memang seperti itu, ayahnya sungguh lebih menyayangi cucunya daripada anaknya sendiri.

"Kalau flu bagaimana?" Sue sedikit khawatir.

"Aku sudah memberinya selimut dan menyalakan penghangat!"

"Oh!" Sue pun tenang.

Saat Jacky terbangun di pagi hari, dirinya sangat terkejut melihat kakek yang tidur di sebelahnya, badan kakek duduk di atas lantai, sedangkan kepalanya bersandar pada ranjang.

"Kakek kenapa di sini?"

Jacky membangunkan kakek dengan tangan kecilnya, "Kakek, kakek!"

Charles pun terbangun, begitu melihat wajah cucunya itu, Charles duduk dan memeluknya, "Sayang, panggil kakek sekali lagi!"

"Kakek!" teriak Jacky lagi.

"Iya!" Charles terlihat sungguh bahagia, "Lagi!"

"Kakek, kau demam? Kenapa kau duduk dan tertidur di sini? Kalau flu bagaimana?" kata Jacky cemberut, "Ah, kakek, kau memelukku terlalu erat!"

"Cucu pintar, kakek sangat menyukaimu!" Kegembiraan Charles itu sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata.

"Kakek aneh sekali, suka juga tak perlu memelukku seerat ini kan!" kata Jacky sambil tertawa.

"Cucu pintar, mana mungkin kakek tega memelukmu terlalu erat? Kakek kan sangat menyayangimu!"

"Kakek, apa kau ingin mengajakku pergi bermain golf lagi?" tanya Jacky,

"Tidak, hari ini kita main di rumah!" Charles melepaskan pelukannya, dan mengambil pakaian Jacky, "Ayo, pakai baju!"

"Kakek, untuk apa kau tidak tidur semalaman dan datang ke kamarku? Kalau bukan untuk mengajakku bermain golf, lalu untuk apa? Kau benar-benar aneh!" kata Jacky sambil memakai bajunya.

Tiba-tiba, Garry yang mengenakan pakaian casual datang dan membuka pintu kamar Jacky, kakek dan cucu ini ternyata sudah bangun, "Pagi!" katanya.

"Pagi, Paman!" sapa Jacky.

Garry terdiam sejenak, lalu tersenyum dan berkata, "Jacky, panggil aku daddy!"

"Kenapa?" Jacky bingung, "Paman dan mommy belum menikah kan?"

Seketika Garry pun merasa malu, ia memandangi Jacky dengan sinis, Jacky juga tidak mau kalah dan mengacungkan kepalan tangannya.

Garry berkata pada ayahnya, "Ayah, pergilah ke kamar Daniel, semalaman kau sudah menemani Jacky, sekarang giliranku kan?"

"Kau saja yang pergi, setelah Jacky selesai memakai bajunya, aku akan membawanya lari pagi!"

"Ayah! Kau tidak boleh pilih kasih, cepat pergi lihat Daniel!" kata Garry sambil menarik ayahnya, lalu mendorongnya pelan keluar, "Temani Daniel sebentar, sebentar lagi Alex dan Cindy akan datang!"

Lalu di kamar itu pun hanya tersisa Garry dan Jacky, Garry berjalan ke arah Jacky sambil tersenyum.

Jacky mengerutkan keningnya, "Paman, kenapa senyummu menjijikkan sekali?"

"Menjijikkan? Anak tengil, tidakkah kau merasa senyumku ini sangat menawan?" kata Garry sambil memandangi wajah kecil itu, matanya yang bulat hitam, ditambah dengan ekspresi wajah yang polos dan tak berdosa, wajah yang mulus dan bulat, sangat tampan, sama persis seperti wajah Sue, anak ini memiliki semua kelebihan dirinya dan Sue.

"Paman, kau ini narsis sekali!" Jacky menggeleng-gelengkan kepalanya, "Aku mengenal banyak orang narsis, tapi tak ada yang senarsis kau!"

"Anak tengil, panggil aku daddy ya? Aku memang sangat narsis, tapi aku bangga!" Dia bisa membuat anak kecil yang selucu ini, bagaimana mungkin dia tidak bangga?

"Tidak mau! Paman, aku mau pipis!" Jacky turun dari ranjangnya dan berjalan menuju kamar mandi.

Garry mengikutinya, "Sayang, kita pertama kali bertemu di mana? Apa kau masih ingat?"

"Paman, apa kau menopause? Kenapa kau lupa secepat itu, di pesawat kan, kau menerombol antrianku saat di toilet, kau benar-benar tidak sopan!"

"Eh!" Garry tercengang, "Iya aku salah, tak seharusnya aku menyerobot antrianmu! Lain kali aku tak akan begitu lagi."

"Baiklah, kuterima permintaan maafmu, meskipun sudah terlambat!" kata Jacky dengan sombong, ia membuka celananya di depan Garry, lalu mulai pipis. "Saat itu aku juga memberitahu mommy ku kalau burungmu sangat besar!"

Jacky memandangi burung kecilnya sambil mengerutkan kening, "Paman, kenapa punyaku masih belum besar?"

"Eh!" Garry tak bisa menjawab apa-apa. Kenapa tiap kali mereka membicarakan pertemuan pertama mereka harus mengungkit-ungkit masalah "burung" sih?

Jacky sangat bingung, namun wajahnya masih terlihat dingin.

Garry pun berkata, "Kalau kau panggil aku daddy, aku akan menjamin burungmu akan membesar!"

Jacky mengangkat kepalanya, menatap Garry dengan penuh rasa curiga, "Apa paman ini Sun Wukong? Bisa sulap?"

"Kalau kau itu anakku, burungmu kan pasti akan sama besarnya dengan punyaku!" bujuk Garry, tapi tampaknya ia terlalu meremehkan anak kecil itu.

Anak itu sama sekali tidak mempercayai ucapannya.

Setelah selesai, Jacky pun memakai celananya kembali, "Paman bohong, kata mommy nanti kalau aku sudah besar, pasti akan sama besarnya dengan punya paman, aku tak mau memanggilmu daddy. Memanggilmu daddy pun juga tak akan segera tumbuh besar kan!"

Tiba-tiba, Sue pun masuk ke kamar Jacky dan melihat kedua orang itu berjalan keluar dari kamar mandi, melihat Sue, Jacky pun senang dan berlari ke arah Sue, ia mengangkat kepalanya, dan berkata, "Mommy......"

"Mommy!" Sue memeluk Jacky erat-erat, rasanya sangat amat senang, Jacky mencium pipi Sue, "Mommy, paman menyuruhku memanggilnya daddy, dia juga membohongi Jacky, katanya kalau aku memanggilnya daddy, burung Jacky akan membesar, paman kira dirinya adalah Sun Wukong."

Wajah Sue pun merah seketika, ia memandangi Garry dengan malu-malu, "Kau ini, kenapa kau membicarakan hal yang bukan-bukan pada anak kecil?"

Garry terdiam, untung saja mukanya tebal, ia hanya membalasnya dengan senyuman saja, "Sue, cepat suruh Jacky memanggilku daddy! Anak ini tak mau memanggilku daddy."

"Mommy, paman sudah berbohong pada Jacky, ia harus dihukum berdiri." suaranya yang imut itu berbisik di telinga Sue.

Sue tak menyangka Garry akan berkata seperti itu, Garry ini benar-benar konyol, ia hanya memandangi Garry dengan penuh belas kasihan, "Berusahalah sendiri, kalau Jacky tak ingin memanggilmu daddy, itu artinya kau masih kurang berusaha! Kau sudah berbohong pada Jacky, kau harus berdiri di tembok selama lima menit, Jacky, ayo panggil Daniel makan di bawah."

"Iya! Baik!" Jacky segera mengangguk, lalu memandangi Garry dengan puas dan mengedip-kedipkan matanya, "Paman, cepat berdiri sana!"

"Kau tidak menemaniku?" tanya Garry.

"Aku kan tidak bersalah!" Jacky menutupi mulut kecilnya.

"Waktu itu aku tidak bersalah pun aku tetap menemanimu berdiri!" kata Garry manja, melihat ekspresi wajah anak itu, hatinya merasa sangat bahagia.

"Tapi waktu itu paman juga tertawa di atas penderitaanku!" Jacky menggandeng tangan Sue, "Mommy, ayo turun!"

Garry yang melihat ibu dan anak itu pergi meninggalkannya pun menjadi kesal, "Kalian serius ingin aku berdiri di sini?"

"Lima menit saja, cepat kok!" kata Sue, siapa suruh tadi malam ia memaksanya melakukan hal itu, sampai-sampai dirinya kelelahan tidak tidur semalaman, dia kan jadi tidak bertenaga untuk bermain dengan anak-anaknya hari ini?

Novel Terkait

Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
3 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu