Menantu Hebat - Bab 295 Wallance Huo Mati

Hart Dongfang tidak ada tanda-tanda akan pergi. Dia lanjut berbicara: “Jeremi Tuoba, kamu harus serius memikirkannya. Kalau kamu mulai bergerak, kami semua dari lima keluarga besar pasti akan habis dengan mengenaskan. Jangankan mendapatkan juara dan kedudukan, sepertinya keluar dengan selamat saja susah.”

Jeremi Tuoba sama sekali tidak mempercayai kata-katanya ini. Dengan marah dia berkata: “Karena kamu sendiri yang datang mencari masalah, baiklah. Aku tidak akan sungkan-sungkan lagi. Kita mulai saja.”

Wallance Huo sangat ingin sekali melihat adegan ini. Apabila Hart Dongfang mati di sini, harapan mereka untuk memenangkan hal ini akan meningkat besar-besaran.

Sementara itu Andrew Yang tertawa dan berkata perlahan-lahan: “Kalian bahkan tidak bertanya akan pendapatku sama sekali? Apakah kalian semua mengira aku hanya sebuah kesemek busuk (orang yang dianggap remeh)?”

Semua orang yang mendengar hal ini tertawa terbahak-bahak: “Gejolak ombak macam apa yang bisa kamu timbulkan? Kan kamu hanya sebatang kara.”

Wallance Huo berkata demikian, meremehkannya. Jeremi Tuoba setuju dengan perkataannya itu.

Wren tidak merasa seperti itu, tetapi dia tidak berkomentar.

“Kalian sudah bertempur selama satu jam. Kemampuan kalian juga sudah menurun dibandingkan sebelumnya. Ditambah lagi kalian saling menaruh kecurigaan satu dengan yang lainnya. Kalian pasti tidak dapat menggunakan tenaga kalian secara maksimal. Dalam kondisi seperti ini sama sekali tidak mungkin dapat membunuhku.” Kata Andrew Yang sambil menatap mereka dengan misterius.

Hart Dongfang merasa sedikit resah. Menyenggol-nyenggol Andrew Yang yang berada di belakangnya sambil berbisik: “Jangan teruskan kata-katamu, nanti semakin menyulut amarah mereka.”

Jeremi Tuoba merasa tidak puas. Di dalam benaknya, seberapa pun besar tenaga yang akan dihabiskannya, Andrew Yang bukan lawannya.

Seketika itu juga Wallance Huo menjadi lebih waspada. Bagaimana mungkin dia tahu bahwa kami sudah bertempur selama satu jam? Kemudian dia menengokkan kepala ke arah Wren di belakang dan menyuruhnya untuk siap-siap menyerang.

“Kalau menggunakan kata-kata yang kurang enak didengar, selain Wren sebenarnya aku tidak merasa di antara kalian semua ada dapat melawanku. Kalau aku ingin meninggalkan tempat ini, siapakah dari antara kalian yang sanggup menghadangku?” lanjut Andrew Yang.

Mendengar kata-kata ini, Orang-orang Wallance Huo dan Jeremi Tuoba mengepung di sekelilingnya dan Hart Dongfang sehingga mereka tidak memiliki kesempatan kabur.

Hart Dongfang merasa tidak nyaman. Mengapa tuannya memberitahukan informasi semacam ini kepada para musuhnya. Bukankah dengan melakukan hal ini dia seperti melemparkan batu ke kakinya sendiri.

Inilah keadaan yang ditunggu-tunggu oleh Andrew Yang. Dengan begitu dia dapat memberikan kondisi yang lebih baik bagi Dicky Qi dan kawan-kawan untuk melajukan serangan. Saat dia melihat waktunya sudah tepat, dia melambai-lambaikan tangannya ke arah di mana Dicky Qi berada.

Gerakan ini membuat kedua belah pihak terkejut melihatnya. Dengan cepat mereka memutarkan badan ke belakang dan melhat gerombolan Dicky Qi serentak datang menyerbu.

Melihat hal ini, Jeremi Tuoba dan Wallance Huo hanya bisa melongo. Saat mereka menegok kembali ke arah Andrew Yang, mereka menemukan bahwa dia sudah menghilang. Hanya ada dua mayat yang tergeletak di sana.

Andrew Yang membawa Hart Dongfang ke hadapan Dicky Qi dan kemudian berkata dengan nada dingin: “Sekarang aku akan memberikan kalian kesempatan. Apabila kalian bersedia untuk mengaku kalah pada perlombaan berburu kali ini, dan membebaskan jalur itu untukku. Aku akan membiarkan kalian hidup. Apabila kalian tidak bersedia, aku juga tidak akan sungkan-sungkan lagi.”

Dia berkata seperti itu kepada Jeremi Tuoba, karena menurutnya Wallance Huo dan bawahan-bawahnnya tetap akan mati.

Jeremi Tuoba agak ragu-ragu. Baru saja dia mau mengaku kalah, tiba-tiba Wallance Huo berseru: “Jangan bodoh. Meskipun kamu menyerah, dia pasti tidak akan melepaskanmu. Kita harus bekerja sama, siapa tahu kita masih dapat melindungi nyawa kita sendiri.”

Jeremi Tuoba tidak menjawab. Di dalam hatinya dia masih merasa ketar-ketir.

Hart Dongfang melihat bahwa segala sesuatunya berbalik arah dengan sangat cepat, merasa kesulitan untuk mengikuti perkembangannya. Tetapi dia berkata kepada Jeremi Tuoba: “Sebaiknya kamu menyerah saja. Orang-orang di sekitarmu ini sungguh-sungguh bukan lawanmu.”

Jeremi Tuoba tidak mengerti isi pemikiran Andrew Yang. Dia pun tidak berani sembarangan mengambil kesimpulan.

Andrew Yang juga tidak terburu-buru menyerangnya. Masih ada beberapa jam sampai gerbang keluar dibuka, maka dari itu dia sama sekali tidak terburu-buru.

Wallance Huo tahu bahwa mereka sendiri bukanlah lawan yang cukup kuat untuk mengalahkan Andrew Yang. Dia dengan panik berkata: “Jeremi Tuoba. Kamu jangan bodoh ya. Mereka menyuruhmu untuk menyerah agar mereka dapat dengan lebih mudah menghabisi kita. Kamu jangan sampai terjebak.”

Mendengar kata-kata ini, Jeremi Tuoba menatap Wallance Huo dan menggeleng-geleng kecil: “Kali ini aku tidak akan mendengarkanmu lagi. Rasanya kata-kata Hart Dongfang lebih masuk akal dan dapat dipercaya.”

Dia menggiring orang-orangnya untuk menyingkir ke samping. Dia berkata: “Kami menyerah dan tidak akan menyebut jatah posisi nama kami kali ini. Nanti pada saatnya kami akan keluar bersama kalian dari belakang.”

Mendengar kata-kata itu, Hart Dongfang menghela napas lega. Dengan demikian kekuatan dalam negri tidak akan menderita kerugian yang lebih besar lagi.

Andrew Yang mengangguk dengan puas. Dia menoleh ke arah Wallance Huo dan berkata sambil tersenyum: “Perampokan dan pembunuhan yang kamu lakukan tidak lama yang lalu, masih belum dapat kulupakan. Hari ini mari kita selesaikan hutang ini.”

Kemudian dia menoleh kepada Dicky Qi yang tampak siap menyerang dan menyuruhnya untuk tidak bergerak. Dia sendiri, dengan membawa sisa-sisa orangnya, menyerbu Wallance Huo.

Dia langsung beradu dengan Wren. Beberapa pemimpin keluarga lain beradu dengan Wallance Huo. Dan sisanya saling menemukan lawan adunya.

Karena jumlah orang Andrew Yang lebih banyak, tidak sampai beberapa menit kemudian, orang-orang Wallance Huo sudah tidak dapat melawan. Yang mati sudah mati, dan yang terluka sudah terluka. Wallance Huo yang dikepung oleh para pemimpin keluarga, tubuhnya dipenuhi luka-luka.

Meskipun Wren tidak terlalu banyak luka, tetapi ekspresi wajahnya menunjukkan kepada banyak orang bahwa dia juga sudah tidak sanggup untuk bertahan lebih lama lagi.

Kali ini Andrew Yang tidak lagi menyisakan rasa ampun sedikit pun. Dia menghadapi Wren secara langsung. Dia terus-menerus menghantamkan serangan sampai dirinya terdorong ke belakang. Pada akhirnya dia dihantam dengan tinju keras hingga tubuhnya terpental dan masuk ke dalam lubang bersalju. Dengan sangat kesulitan, dia bangkit keluar dari dalam sana.

Wallance Huo juga dihajar hingga tersungkur di atas tanah. Napasnya tersengal-sengal dan dia sudah kehabisan tenaga untuk bangkit berdiri.

Jeremi Tuoba menyaksikan kekuatan tempur Andrew Yang dan kawan-kawannya hingga terbengong-bengong. Meskipun mereka membantunya, tetap saja sama sekali bukan lawan mereka.

Kemudian Andrew Yang menghampiri Wren. Dia tersenyum dan berkata: “Hari ini aku menang dengan kurang terhormat karena jumlah orangku lebih banyak. Tetapi menghadapi orang-orang seperti kalian ini tidak perlu juga melawan dengan kehormatan dan keterbukaan.”

Wren tertawa dengan tidak berdaya: “Ternyata kekuatan tempur paling hebat bukanlah milik Dicky Qi, melainkan dirimu. Kali ini aku benar-benar salah menilai.”

Andrew Yang menggeleng-gelengkan kepalanya: “Kamu salah. Kekuatan tempur dia jauh lebih kuat daripada aku. Kali ini aku hanya memanfaatkan kesempatan yang sudah ada saja.”

Dia sendiri cukup mengerti, apabila Dicky Qi mengerahkan seluruh kekuatan tempurnya, dia sama sekali tidak cukup kuat untuk menangkalnya.

“Kamu yang salah. Dia tidak tahu kamu juga kuat. Tipe serangannya keras dan brutal, apabila dihadapkan denganmu tidak akan ada gunanya, karena dia kalah dalam segi kecepatan.”

Setelah berkata demikian, Wren memejamkan matanya dan lanjut berkata: “Baiklah, lakukanlah. Biarkan aku pergi dengan cepat dan tenang.”

Andrew Yang menghormati lawan seperti itu. Dia mengangkat tangan dan menghujam dengan satu lambaian tangan dan membelah tenggorokannya.

Wren mati dengan mata terpejam. Itu artinya dia pergi dengan hati yang tenang. Orang seperti dirinya dapat mati di tangan lawan juga sudah merupakan suatu kebahagiaan tersendiri.

Wallance Huo melihat hal itu pun merasa sama sekali kehilangan keinginan untuk hidup. Dia berkata dengan perlahan kepada Andrew Yang: “Lakukanlah! Aku juga ingin meninggalkan tempat ini. Bunuhlah aku agar aku dapat pergi.”

Tanpa ragu Andrew Yang melambaikan tangannya dan kemudian menghujamkannya padanya dan mengakhiri nyawanya.

Melihat semuanya ini, Rex sama sekali tidak menunjukkan ekspresi apa-apa. Seolah segala sesuatunya ini sama sekali tidak ada hubungan dengan dirinya. Saat Andrew Yang menoleh ke arahnya, dia merasa aneh. Tetapi dia tidak mecari tahu penyebabnya lebih lanjut.

Setelah semuanya selesai, Andrew Yang berjalan menghampiri Jeremi Tuoba. Belum juga berhenti di hadapan mereka, mereka sudah berjalan mundur ke belakang.

“Jangan takut. Aku bukannya ingin mengerjai kalian. Kali ini aku datang hanya untuk memberitahu kalian. Tunggulah di sini dengan tenang. Tunggu hingga batas waktunya habis, baru kemudian pergilah keluar.”

Novel Terkait

The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu