Menantu Hebat - Bab 26 Pijat

Dengan geram Amanda Lin menjajaki jalan raya. Saat itu teleponnya berdering.

“Nona Lin...”

Apa yang baru saja dia takutkan langsung muncul dengan tiba-tiba. Itu adalah si tua genit yang baru saja disumpahi Amanda Lin. Jelas sekali Daniel Yu masih belum menyerah untuk melakukan tujuannya terhadap Amanda Lin.

Amanda Lin baru saja ingin menutup telepon, sepertinya Daniel Yu sudah menduganya. Dengan cepat dia berkata: “Nona Lin, jangan buru-buru menutup teleponmu. Kalau kamu masih ingin berpartisipasi dalam pertandingan selanjutnya sebaiknya kamu dengar perkataanku sampai selesai.”

Dia mengetuk-ngetuk ujung kaki sambil mengira-ngira apa yang akan dikatakan orang itu. Amanda Lin masih berusaha bersabar dan mendengarkannya. Siapa tahu ada keadaan yang berubah.

Tetapi, memang pada dasarnya mulut anjing tidak bisa memuntahkan gading gajah ( tidak ada kata-kata baik yang dapat keluar dari mulutnya).

“Seharusnya kamu tahu peringkat kelimamu itu hasil usaha siapa.”

Mendengar hal itu, hati Amanda Lin seperti terbakar, rasanya dia bia menggertakan giginya sampai putus. Sialan. Sudah tahu itu gara-gara kamu, masih berani-beraninya dia muncul di depanku dengan sombong.

Daniel Yu melanjutkan: “Kalau kamu besok masih menginginkan peringkat pertama, malam ini kamu harus datang dan menemaniku semalam.”

Amanda Lin merasa keputusannya untuk tetap mendengarkan telepon ini adalah keputusan yang sangat bodoh.

“Sialan, dasar sampah, mati saja kamu!”

Amanda Lin menggenggam erat ponsel di tanganya. Dadanya terasa sesak. Meskipun dia juga mengerti dengan jelas bahwa bila dia berkecimpungan dalam dunia hiburan pasti akan banyak bertemu dengan aturan-aturan tak tertulis seperti ini. Pasti banyak sekali orang-orang yang diperlakukan tidak adil. Juga sulit untuknya menghindari hal seperti ini. Tetapi tetap saja dia merasa marah dan tidak nyaman.

Perusahaan Widjaya Karya itu membuatnya sangan kecewa.

Dengan tampak seperti kehilangan gairah, Amanda Lin mendorong pintu rumahnya hingga terbuka.

“Amanda kamu sudah pulang. Bagaimana hasilnya?”

Alice Lin tahu betul bahwa adiknya sangat berbakat. Audisi babak pertama seperti ini, pasti dapat dia lewati dengan mudah tanpa berjuang sepenuh tenaga sekalipun. Tetapi begitu melihat raut wajah Amanda Lin yang kurang baik, Alice Lin merasa heran, dan sangat khawatir.

“Amanda, kamu kenapa?”

Amanda Lin merasa seperti habis teraniaya. Dia menjatuhkan diri ke dalam pelukan Alice Lin. Diam-diam dia mengalirkan air mata. Tetapi dia tidak berkata apa-apa.

Helen Liu juga merasa bimbang, lalu maju untuk menepuk pundaknya. “Amanda, kamu kenapa? Kalau ada apa-apa beri tahu ibu. Biar ibu yang balas dendammu.”

Mendengar suara Helen Liu yang menangkan, seluruh perasaan Amanda Lin yang tertahan seolah meluap keluar dan dia menangis dengan keras.

Memang sulit menunjukan kelemahan di depan orang banyak. Dari sudut pandang orang-orang, Amanda Lin adalah seorang gadis yang tegar. Seperti sebelumnya saat dia nyaris diselipkan obat tidur. Dia juga hanya bisa marah dan ingin mencabik-cabik orang-orang itu menjadi serpihan. Kemudian dia melampiaskan kekesalan dan membabi buta beberapa kali. Tetapi dia tidak pernah menangis. Tapi dia sekarang menangis tersedu-sedu. Apa yang sebenarnya telah terjadi?

Amanda Lin menangis untuk beberapa saat, baru kemudian suasana hatinya berangsur membaik. Dia menceritakan kejadian tadi dari awal sampai akhir dengan kesal.

“Di Widjaya Karya juga ada “orang beracun” seperti itu?”

Alice Lin mendengarnya dengan tidak percaya. Kebencian memenuhi wajahnya.

“Sungguh, meskipun kita mengenal wajahnya belum tentu kita mengerti isi hatinya. Siapa sangka seorang juri bisa mencoreng nama perusahaan yang terkenal bersih di dunia hiburan seperti Widjaya Karya. Pakai aturan gelap dan menyalahgunakan kedudukan. Benar-benar menjijikan! Terserah mereka mau pergi atau tidak. Besok kita tidak usah pergi lagi!”

Mendengar bahwa jelas-jelas puterinya dapat memperoleh peringkat pertama, malah harus menerima hinaan semacam itu, Helen Liu merasa marah. Dia ingin mengeluarkan semua kata-kata umpatan yang ada. Tetapi karena menantunya sedang datang berkunjung, dia menahan dirinya untuk jangan sampai hilang kendali di hadapannya. Dia hanya bergumam kesal.

Apabila para wanita sedang tidak sependapat, maka mereka akan ribut sampai kacau balau. Tetapi apabila mereka sedang bersatu dan sependapat, maka mereka akan lebih keterlaluan lagi.

Andrew Yang mendengarkan ketiga wanita keluarga Lin yang sedang menjelek-jelekan Perusahaan Widjaya Karya dengan agak canggung.

Hari ini dia pergi mengunjungi Perusahaan Properti Guishan. Tidak terpikir olehnya, sehari saja tidak pergi ke sana, adik iparnya dapat bertemu dengan hal seperti ini. Kalau saja suatu hari nanti istrinya tahu bahwa perusahaan itu adalah perusahaan yang dia dirikan, dia tidak berani membayangkan bagaimana ketiga wanita itu akan memarahinya.

Sepertinya, kali ini kalau dia membiarkan kelakuan Daniel Yu artinya dia yang lemah.

Terlepas dari itu, saat ini yang paling penting adalah bagaimana membujuk agar Amanda Lin untuk tetap menghadiri pertandingan besok. Kalau tidak semua ini hanya omong kosong belaka.

“Amanda, besok sebaiknya kamu tetap ikut lomba itu. Bagaimanapun juga di jajaran para juri, pendapat Daniel Yu bukanlah satu-satunya penentu.”

“Apa kamu bodoh? Amanda sudah ditindas seperti itu, dia masih harus ke sana untuk dimarahi? Siapa tahu nanti Daniel Yu mengirim orang-orang untuk mencegat Amanda dan membuat dia tidak bisa pulang? Bukankah saat itu sangat berbahaya?”

Helen Liu tadinya masih memendam amarahnya. Begitu melihat Andrew Yang mengeluarkan ide idiot semacam itu amarahnya meledak.

Andrew Yang tidak mempedulikan amarah Helen Liu. Dia berkata dengan nada setulusnya: “Widjaya Karya adalah perusahaan besar. Tidak mungkin hanya mengandalkan perkataan satu orang Wakil Direktur saja. Sebelumnya Widjaya Karya bisa memiliki nama yang baik, pasti ada alasan yang membuatnya dipuji banyak orang. Tetapi perusahaan besar sulit untuk memperhatikan setiap sisinya. Bisa ada satu-dua orang pengacau seperti itu juga biasa saja. Di setiap perusahaan pasti dapat dijumpai hal yang sama. Aku rasa kamu pun mengerti akan hal ini. Sebaiknya sih kamu pertimbangkan lagi dengan baik-baik.

Amanda Lin juga tahu logika ini. Tidak boleh gara-gara sebutir kotoran tikus membuat satu perahu tenggelam (suatu hal kecil, menghancurkan suatu rencana besar). Dia pun ragu untuk membuat keputusan.

Saat itu, Alice Lin pun ikut mengaggukkan kepala: “Benar kata kakak iparmu. Lagipula sekarang adalah zaman berhukum sosial. Apabila Daniel Yu berani macam-macam, kita lapor polisi saja. Aku rasa, dia bisa menjadi seorang dengan tingkat Wakil Direktur pasti juga tidak mudah. Kalau kamu tegas akan melapor kepada polisi, pasti dia tidak akan berani macam-macam.”

Mendengar kata-kata Alice Lin, Helen Liu pun memberi isyarat dengan menganggukan kepala. Sisa-sisa keraguan Amanda Lin pun memudar.

Paling-paling juga aku lapor polisi!

“Amanda Lin mengumpulkan keberaniannya. Akhirnya dia memutuskan besok tetap pergi mencoba. Apapun hasilnya, dia sudah tidak terlalu peduli. Dia hanya ingin mengerahkan segenap usaha untuk menunjukan kemampuannya seperti yang selalu dia lakukan selama ini.

Meskipun kata-kata kakak dan kakak ipar seluruhnya benar, tetapi tidak ada jaminan bahwa besok Daniel Yu tidak akan menjadi pengarah utama. Bagaimanapun juga ini adalah babak final. Siapa tahu nanti akan ada pimpinan yang lebih tinggi daripada Daniel Yu yang dapat membawakan acara final ini.

Mata Amanda Lin tampak penuh harap. Dia hanya bisa bertaruh akan kemungkinan itu!

....

Pada malam hari saat beristirahat, Andrew Yang baru saja selesai bersih-bersih. Dia baru saja hendak kembali ke kamarnya untuk beristirahat. Alice Lin yang mengenakan pakaian tidur berwarna putih yang paling takut dia temui sekarang sedang berdiri di dekat pintu menunggunya sambil mengangkat-angkat alisnya.

“Istriku, ada apa?”

Andrew Yang tidak akan berpikir berlebihan bahwa akhrinya Alice Lin terbuka juga pikirannya. Atau tiba-tiba dia terpikat olehnya sampai dia menghantarkan dirinya sendiri ke dalam pelukannya, atau yang lain semacamnya.

Alice Lin tersenyum malu. Dengan tidak biasanya sambil menundukan kepala dan melihat ke jari-jari kakinya sendiri.

“Semalam pijatanmu sangat nyaman. Bisakah kamu memijatku lagi malam ini?”

Alice Lin dengan cepat melirik ke arah Andrew Yang. Lalu kembali menundukan kepalanya,

Meskipun dia tidak bisa melihat ekspresi Alice Lin dengan jelas, tetapi dapat terlihat lehernya yang menjuntai panjang itu berubah kemerahan. Dia tahu bahwa istrinya yang cantik dan lembut itu sedang merasa malu.

Andrew Yang tersenyum menggoda: “Apa tidak ada upahnya? Aku tidak akan melakukan pekerjaan yang sia-sia.”

Alice Lin mendongakkan kepalanya dan memandangnya dengan kedua bola mata yang bulat. Orang ini bagaimana bisa begitu? Pijat sebentar kan juga tidak terlalu menghabiskan waktu. Lagipula semalam kan dia tidak meminta upah balasan?

Tetapi begitu terkena tatapan mata Andrew Yang yang lembut penuh pengertian, otak kecilnya seperti hendak melarikan diri, dia pun kembali menunduk.

“Kamu tidak bersedia, Kalau begitu aku tidur ya.”

Kali ini Andrew Yang tidak memberikan kesempatan kepada Alice Liu untuk menghindar. Dia menguap lebar-lebar, seolah hendak kembali ke kamar untuk beristirahat.

Alice Lin gelisah dan segera menyetujui permintaanya. Kemudian dia langsung agak menyesal. Apakah dengan begini dia terlalu tidak ada pertahanan?

Tetapi perasaan semalam seolah membuatnya merasa direndam air laut yang memberikan kehangatan. Sungguh nyaman rasanya. Yah sudahlah. Kan dia hanya mau upah saja. Upah bisa jadi berupa banyak hal.

Alice Lin tersenyum misterius.

“Sepuluh menit lagi datanglah ke kamarku.”

Andrew Yang terbayang-bayang apa yang akan terjadi selanjutnya. Tahu-tahu hidungnya merasakan sensasi aneh.

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu