Menantu Hebat - Bab 214 Bersih-bersih

Caroline Yun tersenyum dengan lembut.

“Tentu saja boleh.”

Dia lalu meletakkan kucing hitam itu di atas tanah.

Anak kecil itu dengan riang membelai kepala si kucing hitam. Tetapi meskipun tidak melawan, kucing itu merasa risih.

“Hahaha… Kakak, lihatlah. Sepertinya dia sangat nyaman.”

Apanya yang nyaman. Sama sekali tidak! Kalau saja kucing hitam itu bisa mengerti kata-kata manusia, dia pasti akan menjawab seperti itu.

Caroline Yun tersenyum. Dia merasa enak sekali menjadi anak kecil. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Tidak seperti dirinya…

Seperti layaknya takdir yang tidak bisa dihindari, anak kecil itu tanpa maksud apa-apa bertanya padanya: “Oh, iya Kak. Namaku Satrio Fang. Nama kakak siapa?”

Mendengar nama ini, Caroline Yun rasanya seperti tersambar petir. Kemudian tubuhnya mulai bergetar. Napasnya cepat. Lubang hidungnya tidak berhenti kembang-kempis.

“MEONG!!!”

Merasa ada suatu kejanggalan, si kucing hitam tiba-tiba mengeong keras hingga semua bulunya merebak berdiri.

Anak kecil itu juga ketakutan hingga terduduk ke atas tanah akibat perubahan yang terjadi secara tiba-tiba ini.

Tidak jauh dari sana, orang tuanya melihat kejadian tersebut. Mereka mengira gadis berpakaian putih itu melakukan sesuatu terhadap anak mereka.

Mereka mulai mengoceh dan marah-marah meminta pertanggung jawaban.

……………………………………………………………………………………………..

Saat ini, jarak antara Andrew Yang dan Caroline Yun kira-kira ada 20 langkah. Dengan ilmu yang dia miliki saat ini, dia membutuhkan waktu kurang dari 1 detik untuk bisa mencapai Caroline Yun.

Helaian rambut Caroline Yun terlihat mengambang dan menari di udara seolah digerakkan oleh tenaga misterius.

Neymar Pei dan Joko An berteriak dari arah berlawanan dengan suara lantang: “Menyingkirlah! Semuanya menyingkir!”

Banyak sekali orang yang melongo kebingungan. Orang tua Satrio Fang dengan panik menarik anaknya dari sana.

Mukin saja karena orang tua Satrio Fang terlewat gugup, tenaga genggaman tangannya sangat besar sehingga Satrio Fang kesakitan. Satrio Fang mulai menangis.

Karena melihat anaknya sedang menangis, dia tidak lagi memedulikan peringatan Neymar Pei. Dia marah-marah sambil berkata: “Dasar wanita gila! Apa kamu mau mati!”

“Meong…” karena merasakan tanda-tanda bahaya, kucing itu pergi dan lenyap di dalam kerumunan orang-orang.

“Wusss!”

Tiupan angin seperti tornado muncul di udara. Daun-daunan kering yang bertebaran di atas lantai batu itu bergulung-gulung naik ke atas langit.

Banyak turis-turis yang kebingungan melihat kejadian tersebut.

Orang tua Satrio Fang juga ketakutan melihatnya. Dia terdiam dan merasa seluruh tubuhnya merinding. Rasanya sangat mengerikan. Kedua kakinya gemetaran. Nyaris saja dia terjatuh ke dalam air.

“Pergilah!” begitu Andrew Yang melihat keadaan itu, dia tahu bahwa dia harus bertindak. Tubuhnya bergerak sekelebat, dan dia sudah terbang menghampiri mereka. “Ampun deh, bodohnya orang ini!”

Andrew Yang sangat marah. Kata-kata bodoh yang tidak berarti itu telah menyulut ledakan tenaga dalam di dalam tubuh Caroline Yun.

Begitu Neymar Pei melihat Andrew Yang melesat menuju Caroline Yun tanpa berpikir panjang, dia menjadi kagum akan keberanian Andrew Yang yang tidak takut mati.

Sudah sangat dekat. Kurang dari 1 meter!

Tangan kanan Andrew Yang memasuki radius tenaga dalam Caroline Yun. Tiupan-tiupan angin kencang bagai pisau-pisau tajam yang tidak henti-hentinya menyerang lengan Andrew Yang. Dalam sekejap, lengan Andrew Yang dipenuhi dengan luka-luka sayatan yang berdarah.

“Sehebat ini kah?” Andrew Yang tidak menyangka. Orang-orang yang sedang menyaksikan hal itu belum bubar juga. Dia hanya bisa menggertakkan giginya dan berusaha bertahan.

Lalu dia meletakkan tangannya di atas pundak Caroline Yun dan berkata: “Jangan pedulikan kata-kata orang bodoh itu!”

Tiba-tiba Caroline Yun yang tadinya terus-menerus menundukkan kepala, mengangkat kepalanya.

Wajahnya tampak kesakitan. Paras wajahnya yang cantik itu terlihat garang akibat menahan sakit.

Anak kecil bernama Satrio Fang itu pun melepaskan dirinya dari rangkulan lengan ibunya dan berlari menghampirinya: “Kakak. Apakah kamu baik-baik saja?”

“Satrio, jangan ke sana!” Ibu Satrio Fang melihat anaknya mendekati wanita berbahaya itu. Dia tidak peduli lagi dan langsung melaju ke arahnya.

Anak kecil itu berlari tergopoh-gopoh. Karena terkejut, dia terlihat akan jatuh ke atas tanah.

Baru saja Andrew Yang hendak menangkap anak itu. Pada saat dia ragu hendak melakukannya, tiba-tiba Caroline Yun bergerak.

Seolah hanya menyisakan bayangannya, dia tahu-tahu sudah berputar mengitari Andrew Yang!

Di depan tatapan kaget keempat anggota Group itu, Caroline Yun dengan cepat menarik kerah baju anak kecil itu.

Pada dasarnya memang kemampuan dia sangat hebat. Bahkan tenaga dalam yang dapat melukai Andrew Yang itu pun dapat dia kendalikan dengan cepat!

Tampak senyum lebar merekah di wajah Caroline Yun. Lalu dia berkata kepada Satrio Fang: “Satrio Fang, kamu tenang saja. Kakak tidak apa-apa.”

…………………………………………………………………………………………………..

Kerumunan orang banyak itu telah bubar. Satrio Fang dan ibunya juga telah pergi. Pandangan mata Andrew Yang dipenuhi pertanyaan. Dia melihat gadis yang sedang duduk diam di depan kolam air itu dengan ekspresi yang rumit.

Neymar Pei menepuk pundaknya, lalu memberinya beberapa butir obat elixir.

“Orang baru ini, nyalinya besar juga. Ini untuk mengobati lukamu, gunakanlah dengan hemat.”

Neymar Pei juga sangat terkejut melihat kelakuan Andrew Yang. Sampai sekarang dia masih terbayang-bayang ngeri.

Resti Zhu berjalan menuju ke depan kolam air itu dan duduk tidak jauh dari Caroline Yun.

Joko An bersandar pada sebatang pohon. Tidak tahu apa yang sedang ada di dalam pikirannya.

Sekarang, apa yang harus mereka lakukan? Andrew Yang bertanya-tanya dalam hatinya. Apabila Caroline Yun sendiri bersedia untuk ikut mereka kembali ke markas Crouching Tiger, tentu saja sangat bagus. Tetapi apabila dia tidak bersedia…

Andrew Yang sampai sakit kepala. Yang pasti Resti Zhu dan Joko An, kedua orang itu, tidak ada tanda-tanda ingin turun tangan.

Apa bunuh saja dulu?

Pikiran itu terlintas di otaknya. Dia baru saja meraba-raba perangkap yang berada di dalam kantongnya. Tatapan mata Joko An dan Resti Zhu fokus pada dirinya.

“Huh, kalian jangan lupa apa pesan Pak Kepala!” Andrew Yang bukannya takut akan mereka, tetapi saat ini belum sampai tahap di mana mereka perlu menggunakan cara itu untuk menyelesaikan masalah ini.

“Tentu saja tidak lupa. Apakah kamu tidak pernah dengar pemahaman seperti dalam perperangan jarak jauh, tidak selalu harus menunggu perintah langsung dari pimpinan untuk menyerang?” Resti Zhu menatapnya seperti sedang melihat orang idiot.

Joko An setuju dan mengangguk.

Andrew Yang kehabisan kata-kata. Dia menatap Neymar Pei, meminta dukungan.

Siapa yang tahu orang ini malah bersiul-siul seperti tidak ada masalah apa-apa!

Caroline Yun telah selesai beristirahat. Dia bangkit berdiri.

“Paman An, Bibi Zhu. Aku pergi dulu ya. Masih banyak tempat yang belum aku kunjungi.” Sambil berkata begitu, Caroline Yun melirik Andrew Yang sejenak.

“Kakak An!”

“Kakak Zhu!”

Joko An dan Resti Zhu protes.

“Aku akan memberi pertanggung jawaban kepada Paman Xing nanti. Mohon kalian jangan halangi aku. Lagipula…. Kalian juga tidak bisa menang melawanku Aku juga tidak ingin melukai kalian.”

Andrew Yang cemberut. Kalau saja dia mengeluarkan seluruh tenaganya, belum tahu siapa yang akan kalah dan siapa yang akan menang di antara mereka. Angkuh sekali gadis ini.

“Kalau kalian tidak bersuara, aku anggap kalian setuju ya? Haha, tenang saja. Aku juga tidak akan membuat kalian kesulitan. Kalian boleh terus mengikutiku. Tunggu saat tenaga dalamku meledak nanti, tolong hadang aku sekuat tenaga kalian. Tetapi tolong perhatikan keselamatan kalian…”

Setelah berkata demikian, gadis itu menampung air di dalam tangannya dan mencuci mukanya. Kemudian dia membasahkan rambutnya.

Resti Zhu tahu-tahu mengeluarkan sebotol sampo dan memberikannya kepadanya. Matanya dipenuhi rasa sayang.

Caroline Yun juga tanpa malu-malu langsung mengambilnya. Sudah berhari-hari dia tidak mencuci rambutnya. Bajunya juga sudah kotor.

Kalau saja tidak ada paman-paman itu di sekelilingnya, mungkin dia sudah loncat ke dalam kolam itu untuk bersih-bersih.

Novel Terkait

Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu