Menantu Hebat - Bab 213 Membuntuti

”Sudah hampir jam 6. Aku akan meminta hotel memotong dari depositoku untuk mengganti kerusakan ini… Cepatlah kemari.” Begitu selesai berpesan demikian, Andrew Yang langsung keluar dari kamar.

Joko An baru saja tersadar. Dia melihat kedua tangannya, lalu kemudian melihat ke lantai yang hancur akibat tertimpa lututnya.

Dia kehabisan tenaga. Sungguh-sungguh kehabisan tenaga. Ini merupakan suatu kesimpulan dari pergulatan yang baru saja terjadi. Ekspresi wajahnya bertukar-tukar di antara ngeri dan syok. Setelah lewat agak lama, baru dia dapat bernapas dengan berat.

Joko An merasa kemampuan Andrew Yang yang sesungguhnya sangat dalam hingga tak tampak dasarnya. Meskipun dia tidak pernah langsung berhadapan melawan para meditator pembangunan diri, tetapi menurutnya, kemampuan Andrew Yang bisa dibilang sudah mencapai tingkatan mereka.

“Tidak heran mengapa ketua mereka menyerahkan senjata yang paling penting itu ke tangan Andrew Yang.”

Joko An bangkit berdiri. Meskipun dalam hatinya dia tidak mau mengaku kalah, tetapi dia juga tidak berdaya.

Resti Zhu telah menyetir mobil sampai ke bawah hotel. Melihat Andrew Yang duluan turun, wajahnya sekilas tampak terkejut, tetapi dengan cepat menjadi normal kembali.

“Oh, iya. Joko An tadi ke pergi ke atas untuk mencarimu. Apakah kamu melihatnya?”

Andrew Yang menggeleng-gelengkan kepala: “Mungkin dia salah lantai.”

Resti Zhu sesungguhnya tidak percaya, tetapi dia tidak bertanya lebih lanjut.

Sejenak kemudian, dia melihat Joko An keluar dari hotel, kemudian dia duduk di kursi penumpang bagian depan mobil itu.

“Apakah kamu salah jalan? Aku kan sudah bilang Andrew Yang di kamar 605?” tanya Resti Zhu.

“Setir mobilmu. Jangan banyak tanya.”

Resti Zhu cemberut tidak puas. Di dalam hatinya dia marah, dasar pria busuk. Lalu dia menginjak gas mobilnya.

Resti Zhu tahu bahwa Joko An ingin memberi pelajaran pada Andrew Yang. Maka dari itu dia menggunakan kesempatan ini untuk kepentingannya sendiri.

Tetapi tanpa dia sangka rencananya ini gagal total. Sungguh tidak menarik.

Dia masih sempat berharap bahwa Joko An dapat menghajar Andrew Yang habis-habisan hingga tak berbentuk. Dia malah menyerah duluan untuk tugas kali ini.

Melihat bahwa Andrew Yang tidak memberitahu Resti Zhu mengenai kejadian yang baru saja terjadi tadi, Joko An merasa berterima kasih. Di depannya, dia mengangguk-angguk kepada Andrew Yang.

Perjalanan ke Xiangnan (Provinsi Hunan bagian Selatan) memakan waktu kira-kira 5 jam perjalanan mobil.

Akhirnya mereka tiba di tujuan saat tengah malam.

……………………………………………………………………………………………

Sementara itu, di kota kecil dekat tempat pemukiman Andrew Yang dan kawan-kawan, ada seorang gadis kecil berbaju terusan, berwarna putih. Dia sedang menyuapi seekor kucing dengan makanan yang tidak tahu dia dapat dari mana.

Kedua kakinya yang putih dan lembut telanjang menginjak di atas tanah, tetapi dia tidak tampak peduli.

Bila di lihat ke atas, pipi gadis itu tertutup setengah oleh rambutnya. Sudah dua hari rambutnya itu tidak dicuci, terlihat acak-acakan.

Biarpun demikian, di balik sela-sela rambutnya itu, kecantikan gadis itu masih dapat terlihat.

Mata yang besar, hidung yang mancung, bibir yang mungil. Meskipun pada pandangan pertama tidak terlalu mencolok, tetapi sangat nyaman untuk terus menerus dilihat, sangat cantik dan segar.

“Meong… meong…” Dia melemparkan sepotong pancake telur ke depan kucing itu. Dengan penuh ketertarikan, dia mengamatinya makan sampai habis. Setelah itu, dia mencubit sepotong lagi…

Dia terlihat sangat sabar dan tidak bosan-bosan untuk melakukannya.

“Apakah tidak ada yang menemanimu?”

“Meong…”

“Aku juga. Kalau begitu, bagaimana kalau kamu ikut aku saja. Aku hebat loh. Aku bisa menjagamu!” kata gadis kecil itu dengan polosnya.

“Meong…”

“Haha…” gadis itu seolah seperti mendapatkan jawaban dari kucing itu. Dia menggendongnya, dan mendekatkannya ke pipinya.

“Meong, meong, meong…” setelah mengeong, kucing itu mengangkat kepalanya, seolah tidak nyaman dengan perlakuan gadis kecil ini, tetapi juga tidak berdaya.

Tiba-tiba ada suara gerakan dari dalam pepohonan.

Gadis kecil itu mengerutkan alis dan melihat ke arah simpang jalanan yang gelap. Dia berjalan mundur, tangannya sambil menutup erat kepala kucing itu.

“Baiklah, mari kita pergi dari sini.”

Akhirnya dia belum juga turun tangan untuk membunuh orang yang telah membuntutinya berhari-hari itu.

Meskipun belum pernah bertemu langsung tapi rasanya dia adalah seorang paman dari Group A.

Sambil berpikir seperti itu, gadis ini menggendong kucingnya. Dia bergerak sekelebat, dengan sangat cepat dia telah menghilang dari tempatnya tadi berada.

Dari dalam kegelapan, keluarlah seorang pria berpakaian hitam lengkap.

Dia menghampiri tempat di mana tadinya Caroline Yun berada dan memeriksanya dengan seksama.

“Tidak ada jejak-jejak ledakan tenaga dalam…”

“Semoga kucing itu dapat hidup sedikit lebih lama.”

Dia menggumam dengan percaya diri, lalu dia lagi-lagi membuntutinya dengan gesit.

……………………………………………………………………………………………

Keesokan paginya, sambil menunggu Andrew Yang turun dari hotel, Resti Zhu dan Joko An dengan cepat sudah menyelesaikan sarapan mereka.

Andrew Yang juga tidak peduli mereka tidak mengajaknya untuk makan bersama. Meskipun kali ini mereka harus bersama-sama menyelesaikan tugas kali ini, tetapi pembagian tugas mereka tidak sama.

Andrew Yang juga sudah menimbang-nimbang apakah mereka perlu menyelesaikan tugas mereka secara terpisah. Tetapi karena dirinya tidak ada petunjuk laporan dari pihak atasan, pemikiran seperti ini sementara waktu harus disingkirkan.

Setelah selesai makan, Andrew Yang pergi ke kamar Joko An.

Pada saat itu, Joko An sedang melihat peta dengan seksama dan tak henti-hentinya membuat gambar-gambar dan coretan-coretan di atasnya.

“Neymar Pei baru saja memberiku alamatnya, Caroline Yun kira-kira berada di lokasi ini.”

Sambil berkata demikian, Joko An menitikkan tempat yang bernama Desa Yunjing di atas peta itu.

“Tempat wisata, banyak orang yang berlalu-lalang di sana. Kalau sampai dia kehilangan kendali, tidak terbayangkan akibatnya.”

Neymar Pei yang disebut oleh Joko An adalah anggota terakhir dari kelompok tugas mereka kali ini.

Tahun lalu dia bergabung dengan Crouching Tiger dan ditugaskan di dalam Group A dengan kemampuan melacak dan membuntuti target yang sangat baik. Maka dari itu kali ini Jack Xing memintanya untuk datang terlebih dahulu.

Setelah menjelaskan pesan tadi, Joko An melihat mata Andrew Yang dalam-dalam.

“Aku harap sebelum dia lepas kendali habis-habisan, sebaiknya biarkan aku dan Resti Zhu yang mengatasinya. Kalau tidak sangat terpaksa, sebaiknya kamu tidak turun tangan.”

Andrew Yang menghela napas. Di dalam benaknya dia mengerti isi hatinya. Jadi dia mengangguk-anggukan kepalanya.

“Kalau begitu…. Terima kasih.”

Melihat hal ini, nyaris saja Resti Zhu tergigit lidahnya sendiri.

Dia termasuk sebagai seorang senior di Crouching Tiger. Joko An bergabung dengan Crouching Tiger setelah dirinya.

Dari semenjak pria serius tidak punya rasa humor ini bergabung dengan Group A, Resti Zhu tidak pernah mendengar kata “terima kasih” keluar dari mulutnya.

Sekarang ini dia mendengarnya, tetapi ucapan itu malah diarahkan kepada Andrew Yang, si mahluk menyebalkan itu. Di dalam kekagetannya, dia menerka-nerka apakah ada sesuatu yang terjadi di antara Andrew Yang dan Joko An?

Resti Zhu yang wajahnya dipenuhi kecurigaan membereskan peralatan dan bersiap-siap untuk berangkat.

Mereka menyetir mobil hingga perbatasan masuk Desa Yunjing. Ketiga orang itu turun dari mobil dan mulai berjalan kaki.

Menurut berita dari Neymar Pei, saat ini Caroline Yun sedang berada di daerah Air Terjun Mata Air.

Ketiga orang ini melaju tanpa suara, dan dengan segera mencapai tempat itu.

Saat itu matahari pagi bersinar terang dan menyelimuti air terjun itu.

Air Terjun Mata Air itu mengalir deras ke bawah. Airnya menerpa di atas bebatuan sehingga membentuk uap-uap air, seperti di khayangan.

Pemandangan seperti ini biasa hanya dapat terlihat pada pagi hari.

Maka dari itu, pas pada waktu seperti itu, di sekitar air terjun tersebut sudah dipenuhi oleh lautan manusia. Banyak suara ribut riang anak-anak kecil yang berlari kesana-kemari.

Ada juga pemuda-pemudi modern yang sedang selfie. Orang-orang ini tidak tahu bahwa tidak jauh dari mereka ada seorang anak gadis berpakaian putih dan menggendong seekor kucing hitam yang sangat berbahaya!

Neymar Pei berjalan menghampiri mereka. Dia melihat-lihat Andrew Yang sekali lewat, lalu bertanya: “Orang baru?”

Andrew Yang mengangguk. Dengan ramah dia mengulurkan tangan: “Apa kabar. Namaku Andrew Yang.”

Neymar Pei membalasnya, dan mengenalkan dirinya dengan ala kadar. Dia langsung lanjut menceritakan keadaan Caroline Yun.

“Aku akan mempersingkat kata-kataku. Aku sudah mengikutinya selama 3 hari. Saat ini keadaanya masih dalam tahap stabil. Sementara ini harusnya tidak aka nada masalah besar.”

“Lagipula, seharusnya dia dari awal sudah menyadari keberadaanku, tetapi dia belum mencoba untuk menyerang.”

“Semalam dia memungut seekor kucing. Sepertinya sengaja memperlihatkannya pada kita. Asalkan kucing ini masih hidup di sampingnya, artinya dia masih dapat mengendalikan dirinya.”

Setelah mendengar hal itu, Andrew Yang mengangkat matanya dan melihat gadis itu. Pembangunan diri tingkat dua puncak seperti dia pun tidak bisa menembusnya dalam sekali pandang.

Ternyata tidak salah lagi, alam kemampuan gadis ini lebih tinggi dibandingkan dirinya.

Tiba-tiba ada seorang anak kecil berlari ke arah Caroline Yun.

Situasi ini membuat Andrew Yang dan yang lainnya dalam sekejap menjadi waspada. Mereka sangat fokus mengawasi keadaan Caroline Yun.

“Sudah di dalam radius 1 meter! Pikirkan sesuatu agar anak kecil itu menyingkir…”

…………………………………………………………………………………………

Caroline Yun melihat anak kecil yang imut itu dengan kedua mata terbuka lebar. Dia merasa ingin menjulurkan tangan untuk mengelus-elus kepala anak itu. Tetapi setelah menjulurkan tangan setengah jalan, tiba-tiba dia teringat sesuatu. Dengan muram dia menurunkan tangannya.

“Kakak, apakah aku boleh menggendong kucing itu?”

Novel Terkait

Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu