Menantu Hebat - Bab 472 Angin Besar

Bos itu melihatnya sekilas, dan berkata: “Kamu orang daerah lain?”

Andrew Yang mengangguk, dan tidak menutup-nutupi identitasnya.

“Hari ini akan ada angin besar datang, seluruh orang telah pulang untuk bersembunyi, siapa yang berani keluar. Kamu juga cepatlah cari tempat berlindung, angin ini akan besar sekali katanya.” Bos itu tak ingin melihat Andrew Yang tertiup angin.

Andrew Yang menganggukkan kepalanya dan menelepon pada si jubah putih, setelah menanyakan lokasi mereka dengan jelas, dia pergi naik mobil ke sana.

Setelah melihat orang-orang yang bergerak lebih cepat biasanya di jalanan itu. Dia sampai ke tempat si jubah putih, dan dibawa masuk ke kamarnya, mobilnya juga sudah dimasukkan ke garasi.

“Di sini kenapa bisa bertiup angin besar? Kalau aku tidak bertanya pada bos itu, bisa saja aku sudah ditiup pergi.” Andrew Yang melihat ke arah si jubah putih sambil bercanda.

Si jubah putih tidak tertawa mendengarnya, dan berkata: “Aku juga baru tahu masalah ini, kamu seharusnya kontak aku dulu sebelum ke sini, biar aku menjemputmu.”

Andrew Yang menggelengkan kepalanya, dan tak memedulikan hal seperti itu. “Coba sebutkan masalah dengan keluarga Hatter, kita akan mulai menyerang mereka.”

Si Jubah Putih saat mendengar nama keluarga Hatter, sangatlah marah, dan berkata dengan suara besar: “Saat itu yang menghalangi kita bukanlah orang luar negeri, setelah diselidiki, ternyata mereka adalah bawahan para keuarga Hatter.”

Andrew Yang menganggukkan kepalanya, masalah ini sudah sering terjadi, jadi ia tak kaget.

“Kita awalnya juga tak ada apa-apa, saat mereka melihat di antara kita ada banyak orang luar, mereka mengajak kita ngobrol, dan menanyakan apakah kita ingin ikut keluarga mereka. Kita tidak setuju, dan mereka langsung menghalangi kita.” Si jubah Putih saat berbicara sampai sini, dia sangat marah. Kalau ini bukan di dalam negeri, dia sudah menghabisi mereka dari awal.

Andrew Yang juga marah, semuanya terjadi karena mahluk rendahan tak berguna.

“Keluarga ini sangat hebat kah? Sampai keluarga Nangong saja tidak bisa berbuat apa-apa.” Andrew Yang bingung, dalam kondisi biasa, lima keluarga besar tak mungkin takut terhadap keluarga kecil.

“Mereka benar-benar ada sedikit kemampuan, keuangan kota ini, ada orang besar yang mengurusnya, sepertinya orang dari tentara. Karena masalah ini, semua orang sangat hormat pada mereka, keluarga Nangong pun begitu.” Si jubah putih beberapa hari ini mencari informasi itu.

Andrew Yang menganggukkan kepalanya, dalam hatinya sudah tahu siapa tentara itu. Setelah berpikir sebentar, mereka ingin masuk ke tengah-tengah hubungan itu.

“Langkah selanjutnya kita harus mengawasi keluarga Hatter dengan ketat, apalagi kepala keluarga mereka. Harus mencari darimana mereka mendapatkan keuangannya.”

Si jubah putih berkata lagi: “Masalah ini sudah aku atur, harusnya akan ada hasilnya sebentar lagi.”

Andrew Yang menganggukkan kepalanya, semoga saja begitu.

Malam itu, angin bertiup sangat kencang, pohon di kedua jalan, papan nama toko semuanya tertiup terbang ke mana-mana. Di jalanan tak ada satu orang pun, pertokoan juga tutup.

Tiba-tiba ada satu orang muncul di jalan itu, menahan angin yang besar, terus berjalan maju, ekspresinya sangat kesakitan. Akhirnya setelah kegigihannya, dia berhasil mencapai sebuah gedung, dan menghindari bahaya tiupan angin itu.

Nyawa orang di depan bahaya bencana alam nampak sangat kecil. Di kondisi seperti itu, orang hanya bisa bersembunyi dibalik rumah, tidak berani ke mana-mana.

Andrew Yang juga seperti itu, hanya berdiri di samping jendela, merasakan suara tiupan angin yang kencang, melihat pohon yang bersikiras untuk tetap berdiri kokoh di kondisi seperti itu, melihat juga rumput yang berusaha untuk terus menahan dirinya di tanah. Semua mahluk hidup seolah sedang melindungi diri dari bencana alam ini.

Setelah berpikir sampai sini, otaknya tiba-tiba berpikir satu cara, harus melihat melihat berbagai macam mahluk hidup dalam bertahan di kondisi bencana itu, dan menyempurnakan teknik pedang sabitnya. Dia dari orang tua itu belajar jurus memakai pedang itu, saat dia mendapatkan pedang itu dia juga sudah mendapat teknik pedang, tapi dia masih merasa belum sempurna, jadi dia ingin menyempurnakannya.

Setelah memejamkan matanya, di otaknya terpikir saat terjadi angin besar itu, rumput, pohon besar, dan berbagai mahluk hidup bagaimana menghadapinya. Pada saat bersamaan dia juga memikirkan bagaimana manusia di kondisi saat itu.

Saat dia berpikir hal ini beberapa saat, dia perlahan membuka matanya, “Begini sih sulit sekali untuk mendapatkan pencerahan, aku harus keluar, dengan angin besar ini barulah bisa dapat pencerahan teknik pedang itu.”

Setelah berbicara dia menggenggam pedang sabit itu sampai ke pintu atap sana.

Setelah mendengar suara angin itu, Andrew Yang bernapas dalam-dalam dan membuka pintunya. Angin itu langsung bertiup ke arahnya, dan langsung memukul ke arah wajahnya itu.

Setelah keluar sampai sana, dia menutup pintunya. Lalu dia menggenggam pedangnya di tengah angin itu, dan merasakan kekuatan angin itu. Saat angin itu datang, itu nampak biasa, tapi setelah beberapa saat, angin semakin membesar.

Awalnya masih bisa menahannya, tapi sampai saat itu sudah sangat sulit. Setelah itu di pikirannya mengingat rumput dan pohon besar yang memikirkan berbagai cara untuk bertahan hidup. Ekspresinya berubah, badannya di bungkukkan, lalu tekanan terhadap badan juga lebih sedikit. Setelah itu dia menggerakkan badannya, badannya juga dimiringkan. Tekanan yang tadi menjadi lebih kecil, dan badannya juga lebih mampu untuk menahan tekanan itu.

Setelah berbagai macam percobaan, dia memilih posisi yang paling cocok untuknya. Arah angin selalu berubah, dan melalui perubahan itu, badannya juga bisa mulai mengikutinya.

Setelah latihan cara-cara untuk menghindarinya, tubuhnya juga menjadi lebih kuat, setelah posisi bertahan, bisa langsung mengubah menjadi posisi menyerang. Pedang Sabit juga terus ditebasnya, dan terus menebas datangnya angin, membuat badan dia terus bertahan di tempatnya. Karena arah angin terus berubah, jadi dia harus terus merubah arahnya juga. Yang paling penting adalah perasaan untuk merasakannya, dan harus memutuskan dengan dapat arah datangnya angin itu.

Setelah latihan beberapa saat, Andrew Yang menutup matanya, duduk di tengah angin. Mencoba meresapi apa yang dia telah pelajari tadi, dan merasakan kekuatan angin.

Kira-kira setelah satu jam, Andrew Yang membuka matanya, dan melihat ke sekelilingnya, dan mulutnya sedikit tersenyum. Saat ini dia kembali lagi ke dalam, dan sudah tidak terasa berat, dan berjalan dengan santai saja.

Setelah dia berhasil masuk ke dalam, tiba-tiba tekanan di sekitarnya menghilang, dan membuat tubuhnya sedikit tak terbiasa. Setelah beberapa saat, tubuhnya baru normal kembali.

Saat dia baru kembali ke kamar sendiri, dia melihat Si jubah putih di sampingnya, dan melihat Andrew Yang dengan panik. Setelah melihatnya dia berkata: “Hari ini aku melihat sebuah mobil keluar dari tempat keluarga Hatter, dari dalamnya keluar seorang lelaki paruh baya yang berusia lima enam puluhan tahun. Hanya saja aku tak berhasil melihat wajahnya dengan jelas, tidak tahu asal-usul orang itu.”

“Saat ini masih berani keluar, tampaknya memang bukan orang biasa.” Andrew Yang sambil mengganti bajunya sambil berbicara.

Novel Terkait

Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu