Demanding Husband - Bab 8 Telah Menjadi Korban dari Kekerasan Rumah Tangga

Kevin Yan terdiam, menunggu hingga tatapan itu perlahan-lahan menjadi tenang, dia barulah melonggarkan pegangannya.

Dia berdiri dan menaruh telapak tangan di atas pundak Anastasia berkata, "tidak apa-apa, ayo pergi."

"Ke mana?" Anastasia dibuat bingung oleh emosi pria ini yang berubah-ubah.

"Ruang rias."

"......."

Merupakan sesuatu yang langka ketika Direktur Yan bersedia membantunya dalam berakting.

Marvella Gu menatap dengan jelas kepergian mereka berdua sambil menggertakkan giginya dan dengan pantang menyerah dia kembali berteriak, "Tuan Muda Yan......."

Jason Lin ternyata memang benar sedang berjaga di luar, ekspresi kebingungan dia muncul ketika melihat Kevin Yan merangkul Anastasia sambil berjalan keluar, tetapi dengan cepat ekspresinya kembali menjadi datar.

Kevin Yan bertanya dengan datar, "ruang rias berada dimana?"

Anastasia pun melirik sekilas ke arah pria di sampingnya ini.

Tingkat keprofesional Aktor Yan memang patut diacungi jempol.

Setelah mendengar posisi ruang rias dari Jason Lin, dia mengangguk-anggukan kepalanya dan menarik Anastasia yang sedang tertegun berjalan ke arah ruang rias.

Marvella Gu tidak sempat merapikan penampilanya pun mengejar keluar, tetapi dia dihalangi oleh Jason Lin.

"Kamu menyingkirlah!" Marvella Gu berteriak.

Siapa wanita gila ini? Atas dasar apa dia muncul di depan Kevin Yan?

Dia menatap punggung kedua orang ini dengan benci, otaknya dengan cepat terlintas berita mengenai Kevin Yan, tidak pernah ada bahasan mengenai wanita ini.

Jason Lin menatapnya dan berkata, "Nona Gu, acara sudah mau dimulai, Anda merupakan tamu undangan, banyak reporter yang sedang menunggu Anda."

Setelah mendengar perkataan ini, Marvella Gu seketika sadar. Dia pun merapikan pakaian dan melihat ke sekeliling dengan waspada karena kemungkinan adanya paparazi yang sedang bersembunyi.

Kevin Yan sudah berjalan jauh, jika dia tetap berada di sini, dia hanya menjadi bahan pembicaraan orang lain, dengan enggan dia pun bergegas pergi.

Pintu ruangan rias dibuka.

Di dalam ruangan tidak ada seorang pun, sehingga suasana sangat hening. Banyak bedak-bedak yang berserakan di lantai.

Penerangan sangat minim di sini, Anastasia tidak dapat melihat wajah Kevin Yan dengan jelas. Dia melepaskan pegangan dia lalu membalikkan badan untuk pergi.

"Peng!"

Pintu ruangan tersebut ditutup dengan kencang di depan matanya.

Lengannya kembali digenggam oleh dia. Anastasia dengan dingin bertanya, "apa yang ingin kamu lakukan?"

Kevin Yan menekan tombol, seketika ruangan tersebut menjadi terang.

Dia menarik dia hingga ke depan cermin, lalu menekan pundaknya dengan kuat agar dia terduduk.

"Bukannya ingin merias?"

Kevin Yan dengan santai duduk di depannya, menyalakan sebatang rokok dan mulutnya mengeluarkan asap.

Melihat Anastasia yang terus menerus berdiam diri, dia pun menunjuk sudut bibirnya karena dipukul oleh dia berkata, "mengapa? Kamu siap jika dikepung oleh reporter ketika keluar?"

"Sudah pasti kamu Direktur Yan yang akan dikepung, apa hubungannya dengan aku?"

Kevin Yan menaikkan alisnya, menyipitkan matanya dan memajukan badannya menatap kedua matanya berkata, "mengapa tidak ada hubungannya denganmu?"

Dia tersenyum jahat dan berbicara di samping telinganya:

"Aku bisa mengatakan kepada mereka, bahwa aku telah menjadi korban dari kekerasan rumah tangga."

Jarak di antara mereka sangat dekat, jantung Anastasia berdetak dengan cepat ketika tercium wangi stroberi pada nafasnya dan suaranya yang rendah.

Dia mengalihkan pandangan dari pria ini dan dengan datar berkata, "lelucon apa yang sedang kamu katakan Direktur Yan? Anda bukannya masih lajang."

Tanpa disadari, dia melihat ke arah tangan pria itu yang digunakan untuk menjepit rokoknya. Tidak terdapat apa-apa pada jari manisnya.

Sama seperti dirinya.

Di antara mereka selain perjanjian pernikahan, tidak ada lagi yang lain.

Dalam pandangan dunia luar, Kevin Yan merupakan orang yang duduk di bangku singgasana, yang dihormati oleh orang-orang.

Kevin Yan tersenyum dingin berkata, "mendengar perkataanmu, kamu sepertinya begitu ingin menjadi Nyonya Yan?"

Nyonya Yan?

Bagaimana mungkin?

Hatinya timbul sebuah perasaan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Anastasia dengan cepat menekan perasaan ini. Wajahnya tetap datar seolah-olah tidak mendengar nada sarkastik dia dan dia berbalik menghadap ke meja rias.

Mulai kembali. Ekspresinya itu timbul kembali.

Jika bukan karena adengan di ruang istirahat tadi, dia akan beranggapan ekspresi terkejut, lembut, provokatif dan mengejek yang muncul pada wajahnya itu hanyalah sebuah ilusi.

Dia ingin melihat lebih banyak ekspresi pada wajahnya

Dia menegakkan badannya, menjauhkan jarak di antara mereka. Setelah diam beberapa saat, dia tiba-tiba membuka suara berkata, "apakah kamu tahu alasan apa aku memanggilmu kemari malam ini?"

Novel Terkait

His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
5 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu