Demanding Husband - Bab 241 Pengantin Pria Devil

Tubuh Anabelle begitu gemetar, suaranya pun sedikit bergetar, menoleh ke samping dengan suara rendah berkata kepada Hendy Du yang ada di sampingnya.

“Ayah....Di mana Kak Kevin?”

Hendy Du pun sama tidak menduga bisa sampai terjadi kondisi seperti ini, wajah tuanya muram, ekspresi wajahnya sungguh sangat tidak enak dipandang.

“Belle, jangan cemas, aku mengirim orang untuk mencarinya.”

Hendy Du menepuk-nepuk tangan Anabelle perlahan, berusaha menenangkan perasaannya, sekalipun begitu dalam hatinya ada kemarahan yang tidak tertahankan.

Kevin Yan sebetulnya tahu tidak ini adalah keadaan yang seperti apa!

Di lokasi ini ada begitu banyak media masa, diperkirakan jumlah yang melihat ada puluhan ribu orang, apa dia ingin besok menjadi daftar pencarian berita yang utama besok?

Dia sungguh tidak menghargai keluarga Du? Beraninya terang-terangan memancing pertengkaran, membuat Belle malu?

Kalian semua segera temukan Kevin Yan!”

Raut wajah Hendy Du pucat menakutkan, suaranya tegas: “Beritahu dia, kalau sampai terjadi sesuatu dalam pesta pernikahan hari ini, mulai dari sekarang aku keluarga Du akan berurusan dengannya sampai titik darah penghabisan!”

Pusat perbelanjaan sudah seperti medan perang, terlebih keluarga Yan dan Du keduanya adalah pemimpin yang kuat di lingkungan orang-orang ternama. Kalau Kevin Yan mangkir dari pesta pernikahan, itu sama dengan melayangkan sebuah tonjokan keras di wajah keluarga Du, permisi tanya, siapa yang bisa menerima hal seperti ini?

Anabelle masih berjalan perlahan menuju depan, hanya saja sekarang dia setiap berjalan satu langkah, sama sekali tidak ada perasaan bangga dan bahagia, sangat berhati-hati seperti sedang berjalan di atas pisau yang tajam, sangat mengerikan.

Sepertinya pandangan mata semua orang terpusat pada dirinya, bukan pandangan kagum dan iri, sebaliknya nimbrung seperti menertawakan suatu lelucon....

Suara berisik di tempat acara kian lama kian besar, bahkan MC hebat yang membawakan acara ini pun tidak bisa duduk tenang, sekalipun dia berkata-kata dengan begitu indah, juga tidak akan dapat tanpa dasar membuat pengantin pria muncul!

Hanya sekejap mata saja, Anabelle sudah sampai di ujung karpet merah. Awalnya dia mengeluhkan karpet merah yang dirasanya terlalu panjang ini, tidak sabar rasanya ingin segera menjadi nyonya muda keluarga Yan, sekarang ingin rasanya karpet merah ini diperpanjang sampai ke ujung langit!

Tepat saat dia berjalan dari karpet merah, dalam sekejap bergoyang sesosok bayangan orang di hadapannya, jantung Anabelle seperti hampir melonjak keluar dari tenggorokannya.

“Kak Kevin!”

Dia terkejut sekaligus senang, membalikkan badannya lalu menggerutu: “Mengapa kamu baru datang sekarang, bikin kaget aku saja...............”

Di ruangan itu terdengarlah suara hiruk pikuk sorak sorai, terdengar lagi suara lampu flash kamera.

Kevin Yan dengan setelan jas mahal buatan tangan yang sudah berpengalaman, membungkus tubuhnya yang proporsional dan juga tinggi besar, setiap lekuk dan kontur tubuhnya yang jelas seperti sebuah karya ukiran dari seniman ternama, memaksa orang melihatnya sebagai sesuatu yang sangat bernilai. Meski dia tidak bicara sepatah katapun, hanya berdiri saja di sana, juga bisa terasa sikapnya yang superior.

Ekpresi wajah Hendy Du tidak tegang lagi, kelihatannya juga sedikit merasa lega, tapi tetap terlihat tidak senang. Dia menyodorkan tangan Anabelle, merendahkan nada bicaranya: “Apakah CEO Yan sedang bercanda denganku? Bercanda pun harus bisa membedakan waktu dan tempat!”

“Ayah!”

Dengan gugup Anabelle memandang sekilas ke orang-orang sekitarnya: “Kak Kevin bukan sengaja melakukannya, kok Ayah begitu sih!”

Hendy Du mendengus dingin, dalam hatinya berkata tunggu sampai acara pernikahan ini berakhir barulah bikin perhitungan dengan lelaki yang tidak tahu aturan ini, saat berbalik kembali menghadap media massa, tampangnya kembali tampil bersemangat dan berseri-seri.

Kevin Yan menyambut tangan Anabelle, aksi ini seketika membangkitkan kembali gairah orang-orang di sekitarnya, pembawa acara dengan wajah berseri-seri penuh senyuman melanjutkan rangkaian acara selanjutnya.

Namun Anabelle sedikit mengeryitkan alisnya.

“Kak Kevin, genggamanmu menyakitiku...”

Dengan suara kecil dia mengingatkan, tapi tidak dirasanya Kevin Yan ada niat mengendurkan genggamannya, dia menoleh, didapatinya tatapan mata seorang pria yang sangat dalam, ada perasaan aneh dalam hatinya.

Anabelle sekarang baru menyadari, semenjak muncul hingga sekarang Kevin Yan tidak berkata sepatah kata pun, dari awal sampai akhir hanya menatapnya dingin.

Ada yang tidak terlalu beres dengan penampilan Kevin Yan, dibanding dengan saat berpamitan dengannya pagi harinya seperti dua orang yang berbeda.

Ketika hati Anabelle sedang gusar, tiba-tiba Kevin Yan membuka mulut.

“Anabelle”

Suaranya begitu dalam dan rendah, tidak bisa dibedakan perasaannya seperti apa: “Tahukah kamu, waktu sebelum kamu kembali dari luar negeri, aku terus menyuruh Anastasia Du berpura-pura menjadi dirimu untuk pergi menengok nenek?”

Sekujur tubuh Anabelle seketika menjadi bergetar.

“Kamu, apa yang kamu katakan? Kita sekarang sedang melangsungkan pesta pernikahan, di sebuah pesta pernikahan...”

Bibirnya bergetar, dengan sekuat tenaga berusaha menekan perasaan gugup dalam hatinya, memaksakan diri untuk mempertahankan senyum kalemnya menghadapi semua lensa kamera yang tertuju padanya.

Namun bagaimanapun dia berlagak tenang, hadirin di sekelilingnya sudah menangkap perilaku tidak wajar yang ditunjukkan oleh Kevin Yan, sepertinya dia sesungguhnya tidak berada di pesta pernikahan ini, sama sekali tidak peduli terhadap sikap dan pandangan orang lain.

Selanjutnya, tindakan Kevin Yan telah membuktikan kebenaran dugaan semua orang. Dia mencengkeram lengan Anabelle, membuatnya tepat berhadapan dengannya, tatapannya dingin, tidak ada yang lain.

“Jawab aku.”

Suaranya bisa dikatakan cukup lembut, tapi malah membuat Anabelle terkejut setengah mati.

“Kak Kevin, kamu menyuruhku, menyuruhku menjawab bagaimana?”

Anabelle menjawab dengan suara gemetar: “Aku tidak tahu soal apapun.....”

Mengapa Kevin Yan di pesta pernikahan harus menanyakan hal ini padanya?

Apakah dia menyadari sesuatu? Atau dia menemukan suatu petunjuk?

Tidak, ini tidak mungkin. Dia tidak meninggalkan bukti apapun, tidak ada seorangpun yang melihatnya pergi ke panti jompo, bahkan dia menghindari kamera....

“Tidak tahu?”

Tiba-tiba Kevin Yan tertawa: “Ohya? Tapi aku seharusnya sudah pernah memberitahumu kan, aku bilang tunggu kamu kembali langsung akan kubawa kamu melihat nenek, tapi dia mungkin tidak mengenalmu, karena dia selalu terus mengira Anastasia Du lah cucu mantunya.”

“Bagaimana bisa kamu tidak tahu?”

Muka Anabelle pucat bagaikan selembar kertas, kakinya menjadi lemas, tanpa sengaja mundur selangkah ke belakang.

Jelas-jelas Kevin Yan masih juga belum berkata apa-apa, dia sudah kehilangan akal, matanya melotot terkejut.

“Aku, aku, benar, aku tahu ini......” dengan terbata-bata dia berbicara: “Namun aku belum pernah pergi melihatnya, aku masih belum sempat, aku terus merasa sangat menyesal....”

“Wah.”

Kevin Yan yang sekarang ini, jelas-jelas sedang berdiri dalam suatu pesta pernikahan yang menjadi sorotan banyak orang abad ini, dia malah sedingin seperti devil di malam hari yang gelap.

Bibirnya menampakkan sebuah senyuman berupa garis yang tipis dan dingin: “Aku belum juga bertanya padamu apakah kamu pernah ke rumah jompo, apa yang sedang kamu cemaskan dan berusaha menyangkalnya?”

“....................”

Anabelle benar-benar terdiam terpaku.

Dia sudah tahu.

Sikap dingin Kevin Yan sangat jelas terlihat, kalau bukan karena mengetahui kejadian sebenarnya tentang sesuatu yang telah terjadi dengan nenek, dia tentunya tidak akan menggunakan ekspresi yang begitu dinginnya menghadapi dirinya.

Sekujur tubuh Anabelle gemetar, seluruh pandangan mata tertuju pada dirinya, seolah pokok masalahnya sudah ada, membuatnya tidak dapat menghindar lagi!

“Kak Kevin, aku tidak tahu apa yang sedang kamu katakan.” dia berusaha dengan sangat keras mengeluarkan sebuah senyuman yang dipaksakan: “Setelah pernikahan ini baru kita bicarakan lagi ya? Begitu banyak orang sedang memandang kita sekarang.............”

Kevin Yan berlagak tidak mendengarnya. Dia mengangkat tangannya, jemarinya menjepit setumpuk kertas putih.

“Tahukah apa yang baru saja aku lakukan?”

Bibirnya bertaut, di matanya sedikit pun tidak ada ekspresi tersenyum: “Aku menyuruh orang untuk melakukan identifikasi tulisan tangan.”

Dengan sangat mengejutkan di atas kertas tertulis “Anastasia Du” dua kata ini, jejak kata ini menembus masuk matanya, menggoncangkan Anabelle membuat seketika seperti disambar geledek!

Novel Terkait

The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu