Demanding Husband - Bab 106 Tidak tahu malu

Dalam Blue Sound Café di bawah IFC Building, terletak di tepi Boulevard Street, dengan lingkungan yang indah dan anggun, orang-orang yang tidak berhentinya datang dan pergi, dari dinding kaca bisa melihat berbagai kendaraan yang berlalu lalang.

Di dalam kafe tersebut, dua orang wanita duduk berhadapan, lilin yang di atas meja sedang memasak seteko teh hingga mengeluarkan suara “glugluglu”.

Anastasia menatap asap yang membubung dari teko, kemudian membuka suara duluan : “Kakak ingin bicara apa dengan aku?”

Anabelle mengamati mata Anastasia yang jernih, menggigit bibir, sepertinya agak ragu, tapi juga tidak berani berbicara.

Agak lama kemudian, akhirnya dia membuka mulut : “Apakah, kak Kevin, dia ke tempatmu semalam?”

Anastasia tidak heran saat mendengar pertanyaan ini.

Dia sudah menebak apa yang ingin dibicarakan Anabelle, secara langsung ia menjawab : “Iya.”

Wajah mungil Anabelle pucat dan tampak panik sekilas, dia mengambil segelas teh untuk menyembunyikannya.

Melihat reaksinya, Anastasia tidak berekspresi, hanya menunggu perkataan dia selanjutnya.

Anabelle meneguk tehnya dan menegakkan badan, wajah manisnya agak memancarkan benci.

“Kamu sudah pernah janji denganku,” Ditatapnya Anastasia dengan mata memerah : “Kamu pernah bilang akan bercerai dengan kak Kevin, mengapa kamu berbuat seperti ini?”

Mendengar penyalahan Anabelle, Anastasia menyunggingkan bibir : “Apa yang aku lakukan?”

Dia tersenyum kecil : “Aku dan Kevin adalah suami istri, apakah aneh melakukan hal itu?”

Air muka Anabelle semakin tidak enak dilihat, tapi sebagai wanita anggun, dia berusaha untuk tetap duduk tenang.

“Kami semua tahu alasan pernikahan kamu dengan kak Kevin. Kalau bukan karena masalah kesehatan aku, kami sudah menikah dari dulu.”

Anastasia meneguk tehnya : “Lalu?”

Anabelle mengamati wajah Anastasia yang tidak berekspresi, dengan menahan emosi dia melanjutkan bicaranya : “Sebentar lagi aku dan Kak Kevin akan menikah, tolong kamu jangan membuntutinya terus.”

Anastasia menatap Anabelle tanpa ekspresi.

Kakaknya yang lemah lembut ini, seolah adalah orang yang sangat beretika, setiap tutur katanya memang menunjukkan dirinya berpendidikan.

Namun Anastasia ingin memancingnya, menusuknya, agar sakit di hatinya lebih membaik.

Anastasia menunjukan senyuman acuh tak acuh : “Kakak, aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan. Sejak kapan aku membuntuti Kevin terus?”

Ia tersenyum manis : “Kamu sendiri juga sudah bilang tadi, kesehatan kamu tidak baik. Kalau memang tidak bisa memuaskan dia, kenapa masih tidak mau menyerah?”

“Kamu!”

Dia adalah puteri keluarga terkemuka, tidak pernah ada yang berbicara seperti ini kepadanya.

Saat ini dia emosi sekali, dia bangkit berdiri dan mengambil cangkir di atas meja, serta langsung disiramnya ke wajah Anastasia.

“Tidak tahu malu!”

Nafasnya tidak stabil : “Apakah kamu mengira Kak Kevin akan dibohongi oleh tipu muslihat kamu yang menjijikkan?”

Anastasia memiringkan kepala, air the mengalir mengikuti rambutnya, sampai ke dagunya, dan tetes demi tetes menetes ke bawah, membasahi kerah bajunya.

Ia tersenyum dingin dan bangun berdiri, menatap Anabelle yang naik pitam.

“Anabelle, kalau kamu benar-benar tidak terima, harusnya dulu tidak membiarkan Kevin menikahi aku!”

Dengan rambut yang basah, kedua mata Anastasia begitu dingin, sama sekali tidak setenang tadi.

Anabelle dikagetkan oleh kegarangannya yang tiba-tiba, tanpa sadar dia mundur selangkah.

Setelah diam agak lama, Anastasia baru perlahan berkata.

“Kak, aku tidak tahu bagaimana kamu sanggup melakukannya.” Dia balik nada bicaranya yang dipelankan, terpendam kelemahan yang tidak gampang disadari.

“Setidaknya aku tidak sanggup melalukannya. Aku hanya ingin bersama dengan orang yang aku cintai di setiap menit dan detik, tidak akan membiarkannya menikahi wanita lain!” Dalam hati Anastasia terdapat kepahitan yang tidak dapat ditahan.

Selamanya dia akan ingat perkataan Kevin.

“Kalau bukan karena permintaan Anabelle, kamu kira aku akan menikahi kamu?”

Hubungan dia dan Kevin yang lemah bisa bertahan karena mengandalkan telepon dari Anabelle.

Hak untuk iri dengan Kevin pun dia tidak ada, seolah hanya bisa menerima pemberian sedekah dari kakaknya ini.

Wajah Anabelle memucat, perkataan Anastasia menusuk titik sakitnya, langkahnya tersendat, matanya yang indah berlinang air mata.

“Bukan begitu……Anastasia, bukan seperti yang kamu pikirkan……”

Gumamnya : “Aku juga tidak ingin, bagaimana aku bisa bersedia membiarkan kak Kevin menikahi orang lain? Tapi aku tidak punya cara lain, tidak punya cara lain……”

Betisnya menabrak kursi di belakang, badanya yang lemah lembut sempoyongan hampir jatuh, Anastasia tersentak dan langsung bergerak ingin memapahnya.

Namun tanpa menunggu Anastasia menyentuh ujung baju Anabelle, satu sosok yang tinggi besar langsung menghalang di depannya, serta menangkap Anabelle ke dalam pelukannya.

Pikiran dan jantung Anastasia terasa berhenti ketika melihat siapa yang datang itu.

Tapi dengan cepat dia mengalihkan pandangan ke gedung besar di samping melalui jendela kaca.

Melihat Anastasia acuh tak acuh, seolah tidak berurusan dengannya, Kevin menahan marah dalam hati.

“Anastasia, kamu tidak sanggup melakukannya, menandakan kamu berpandangan picik, egois! Dan kamu masih merasa bangga?”

Kata-katanya yang dingin masuk ke dalam telinganya, ia tersentak.

Tiba-tiba dia baru tersadar Kevin mendengar perkataan terakhirnya tadi.

Anastasia tersenyum sinis : “Iya, benar kata direktur Yan, aku berpandangan picik. Dalam hal bisa bersabar orang yang dicintai menikah dengan wanita lain, aku tidak selapang dada kak Belle.”

Tubuh Anabelle gemetar, seolah disakiti oleh perkataan Anastasia yang jelas-jelas sedang menyindirinya, butiran air mata mengalir seketika.

“Kak Kevin, ini salah aku, semuanya memang salah aku.” Kedua matanya memerah dan suaranya terisak : “Benar kata Anastasia, tidak seharusnya aku demikian sama kamu, tapi keluarga Du, dan ayah……”

“Aku tahu, tidak apa-apa.” Kedua mata Kevin yang menunjukkan rasa sayang yang mendalam : “Belle, bagaimana aku bisa menyalahkan kamu, jangan sedih lagi……”

Anabelle menggeleng : “Kalau aku tidak sakit, maka tidak akan……”

Anastasia mengangkat alis dan berkata dengan datar : “Hanya lebih lemah saja, ada separah itu?”

“Anastasia, tutup mulutmu!”

Air muka Kevin menjadi sura, dipelototinya Anastasia dengan dingin, seolah ingin menggali sebuah lubang di wajah Anastasia yang dingin.

Anabelle yang di dalam pelukan Kevin tersentak kaget oleh bentakannya, segera dia menarik lengan Kevin : “Apa yang dikatakan Anastasia tidak salah, kamu jangan terlalu emosi……”

Kevin mengabaikannya, matanya masih menatap Anastasia dengan dingin : “Kamu tidak memperhatikan kesehatan kakakmu masih bisa dibiarkan, tapi malah masih bisa berbicara seperti ini? Kamu itu siapa sampai berani mengomentari belle?”

Wajah Anastasia langsung pucat bagaikan kertas putih.

Novel Terkait

His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu