Demanding Husband - Bab 80 Bunuh Dia!

Pepohonan di kedua sisi seakan menerjang di depan mata, juga tiada henti jatuh ke arah belakang tubuh.

Hembusan nafas Anastasia terasa berat, pemandangan di depan matanya terkadang terlihat kabur terkadang terlihat jelas, sedetik kemudian lalu berubah menjadi titik-titik putih.

Jantung berdegup dengan kencangnya, darah yang masih belum berhenti mempengaruhi gendang telinganya, setiap kali Anastasia merasa dirinya hampir pingsan, secara ajaib seperti ada kekuatan untuk bertahan.

Tapi dia tahu, dirinya tidak akan dapat bertahan lebih lama lagi.

Ini adalah sebuah jalanan di gunung yang jarang dilalui orang-orang. Pemandian air panas keluarga Gu dibangun di lereng gunung, mata air panas setelah melalui renovasi dan dibuat kolam, telah menjadi tempat wisata populer di China. Di belakang pemandian air panas ini adalah jalanan kecil yang berliku ini, berkelok-kelok, ujung jalan dan dan jalan gunung yang berkelok menyatu menjadi satu jalan.

Setelah Anastasia melompat dari tempat dimana dia disekap, dia terus maju menyusuri jalanan ini. Hati Anastasia tidak bisa tenang——dia hampir berhasil keluar dari jalan kecil ini, tidak jauh lagi dari jalan raya.

Lalu kemudian, sebuah suara rendah penuh tekanan seperti belatung yang menggerogoti tulang, mengikuti dekat dari arah belakang.

“Hei gadis bau, masih mau lari ke mana lagi?”

Anastasia menutup matanya, dengan beratnya menghembuskan nafasnya, membalikkan badannya menghadap orang-orang di belakangnya.

Noda darah sama juga terlihat mengalir di dahi Robby Gu, masuk ke dalam matanya, dengan kasar dihapusnya.

Itu adalah akibat dihantam palu oleh Angel. Kalau bukan karena saat itu dari sudut matanya dia menangkap gerak gerik Angel, dia tidak akan dapat menghindar, diperkirakan waktu itu dihantam oleh setan kecil yang kegilaan itu bisa pecah kepalanya.

Anastasia pun tidak tahu harus senang atau menyesal, senang karena Angel tidak menjadi pembunuh di usia yang masih sangat muda, menyesal…..Robby Gu sekarang masih begitu gigih mengejarnya.

Melihat dia yang menemui jalan buntu, Robby Gu tertawa tak henti, orang yang stress dan gila tidak ada bedanya.

Kestabilan tenaga Anastasia sudah goyah sampai ke titik terendah dari kondisi fisiknya, perlahan mundur, berusaha mengatur agar nafasnya lebih stabil.

“Robby Gu, sebetulnya apa yang kamu inginkan.”

Dia dengan tenang berkata: “Apakah kamu khawatir keluarga Du balas dendam padamu? Bukankah kamu pernah mengecek bahwa aku bukanlah bagian dari keluarga Du, kamu lepaskan aku pergi, keluarga Du tidak akan menyelidiki soal ini lagi.”

Robby Gu memutar otaknya, memiringkan bibirnya tersenyum dan berkata: “Kamu anggap aku bodoh? Latar belakang keluarga Du aku tahu dengan sangat jelas, siapa tahu suatu hari aku sedang berjalan di gang yang gelap lalu ditebas orang, melepaskanmu? Tidak mungkinlah!”

Jika tidak karena mengira wanita ini ada hubungan yang akrab dengan Kevin Yan, atau demi mengancam keluarga Yan menghentikan aksinya, dia juga tidak akan mau mengotori dirinya dengan bau amis seperti ini.

“Tidak usah katakan semua omong kosong ini, irit-irit saja tenagamu, setelah kembali nanti kamu perlahan panggil saja dari atas ranjang!”

Baru saja selesai berkata-kata, dia dengan satu lompatan maju hendak menangkapnya, Anastasia mencondongkan dirinya, sikunya menyikut bagian area dada dan perut Robby!

Lalu tenaganya benar-benar telah sangat terkuras habis, kecepatan gerakannya jelas sekali sudah mulai melambat, kekuatannya belum sampe maksimal dikerahkan sudah hampir habis.

“Ya ampun, gadis muda mengapa kamu tidak jujur!”

Robby Gu dibuat kesal oleh konfrontasi yang lagi-lagi dilakukan olehnya, ditahannya lengannya yang belum sempat ditariknya kembali, dari dadanya ditarik keluar sebilah pisau yang bersinar.

Dia memicingkan matanya, mengaitkan tangannya di belakang tubuh, dua orang bodyguard yang kuat seketika maju ke depan, terbagi dua kiri dan kanan menahan Anastasia.

“Wah, rasanya sayang sekali harus menghabisi kamu yang begini cantiknya.”

Bicaranya tidak karuan, di matanya tersirat sesuatu yang tidak normal: “Namun, kamu boleh bergabung bersama dengan Angel, iya kan?”

Begitu menyebut nama Angel, teringat luka-luka di wajahnya, sorot mata Anastasia yang sudah kosong mulai menyala karena marah.

Tubuhnya dipenjara oleh rasa kaku, ujung pisau yang tajam memancarkan sinar dingin yang membekukan, Anastasia mengatupkan giginya, dan menutup rapat matanya.

Ujung pisau yang dingin itu menekannya, Anastasia merasakan wajahnya sedikit nyeri, itu akibat ujung pisau yang merobek lapisan permukaan kulitnya.

Namun kemudian, rasa sakit yang sudah terbayangkan itu malah tidak berlanjut.

Anastasia terkejut, masih belum membuka matanya lebar-lebar, terdengar di telinganya suara Robby Gu yang sangat kaget.

“Ke,Ke,Kevin ———”

Dia sebenarnya tidak menyebutkan satu kata paling akhir keluar.

Jantung Anastasia seakan melompat lepas.

Sosok di hadapannya itu sungguh sangat dikenalnya, sakingnya kenalnya sampai tidak berani mempercayainya, begitu kenalnya…hingga dia tidak berani membuka matanya.

Tidak mungkin, ini tidak mungkin…..

Meski Kevin Yan datang untuk menolongnya, tidak akan mencari sampai ke tempat yang begitu terpencil, dirinya sungguh tidak percaya dia bisa…

Sampai setetes cairan menetes jatuh ke atas kulitnya, begitu bulu matanya bergerak, tak bisa ditahan lagi dia membuka lebar matanya.

Ujung pisau itu masih berada sangat dekat dengannya, hanya saja oleh tangan seseorang dipegang erat-erat, darah segar mengalir pada permukaan pisau.

Robby Gu membuka lebar-lebar matanya, ketika dia memastikan lagi bahwa pria di depannya sekarang adalah CEO Kevin Yan, dengan sangat terkejut dia mundur beberapa langkah, langsung terjatuh ke tanah.

Kevin Yan menjatuhkan ujung pisau yang ada dalam tangannya, diambilnya gagang pisau, dengan sangat jelas berkata.

“Lebih baik kamu berdoa supaya dirimu bisa hidup lebih lama.”

Dalam perkataannya tidak ada sama sekali kata-kata yang menakutkan, namun patah demi patah keluar dari bibir tipisnya seperti sambung menyambung merangkak keluar dari neraka, membuat orang kedingian sekujur tubuhnya.

Ketika itu di Happy Monk, dikarenakan lampu dalam ruangan redup, Robby Gu hanya tahu dirinya secara tiba-tiba diinjak orang, menahan rasa sakit yang begitu hebatnya.

Namun di saat ini sungguhan menghadapi Kevin Yan, pria ini seperti raksasa yang di kegelapan malam memelototinya, sekujur tubuh Robby Gu gemetar, tiba-tiba merasa, dia yang dikuasai kemarahan adalah sebuah pilihan yang sangat salah….

Pemikiran ini hanya bertahan sekejap, setelah itu, dalam otaknya sudah kembali ditenggelamkan oleh gilanya adegan berdarah.

Pupil mata Robby Gu mengecil dengan tiba-tiba, dia berteriak: “Bunuh dia, cepat kalian bunuh dia!”

Kedua bodyguard segera melepaskan cengkeramannya pada tangan Anastasia, beralih kepada Kevin Yan.

Sudut bibir Kevin Yan membentuk sebuah lengkungan yang dingin, sedikitpun dia tidak mengindahkan dua orang pria berbadan besar yang datang dari belakangnya, pergelangan tangan kanannya terangkat ringan, bergetar, posturnya elegan, tapi geraknya sangat tajam.

Pisau di tangannya melesat cepat, membawa cahaya dingin yang menggentarkan orang, di tengah jeritan Robby Gu yang perlahan membesar, dengan sangat tepat menancap di belikatnya!

“Aaaarghhhh!”

Terdengar raungan suara yang menyayat, bergema tak henti di tengah kesunyian hutan.

Dua orang tinggi besar itu gemetar, selanjutnya mulai mengumpulkan konsentrasinya semaksimal mungkin untuk menghadapi pria yang berdiri di hadapan mereka ini.

Kevin Yan membalikkan tubuhnya, ekspresinya sangat tenang, lengkung di sudut bibirnya tidak berubah.

Mereka sama sekali tidak tahu, semakin pria ini marah, ekspresi di wajahnya semakin tenang.

……..

Ketika Kevin Yan kembali ke pemandian air panas, Jason Lin membawa serta orang-orang dari keluarga Yan telah tiba, di lokasi langsung sudah berhasil dikendalikan.

Semua tamu sudah diungsikan, lokasi pemandian yang sangat luas ini seketika terasa agak lengang.

Angel menajamkan matanya, sekali lihat langsung melihat orang dalam gendongan Kevin Yan, secepat kilat berlari mendekat: “Kak Tasia!”

Di belakangnya, Hansen Ren dan Jason Lin buru-buru membuntutinya.

Kevin Yan tidak berkata apapun, terus melangkah membuka jalan pada kerumunan orang, memberi perintah pada Jason Lin yang berada di sampingnya: “Pergi ke Central Hospital.”

Novel Terkait

A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu