Demanding Husband - Bab 139 Pertolongan darurat

Anastasia nyaris dengan kecepatan yang paling tinggi membawa mobilnya menuju Central Hospital, malah menerobos lampu merah beberapa kali.

Dia tidak pernah sepanik ini. Suara Cecilia yang gemetar membuatnya takut, dia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi pada nenek Yan, membuat nona besar seperti Cecilia yang tidak kenal rasa takut juga kehilangan ketenangan.

Saat dia meninggalkan pusat perawatan itu, bukankah nenek masih baik-baik saja? Mengapa dalam sekejap mata……

Hatinya menjadi gelisah, dia tidak terlalu peduli untuk memarkirkan mobilnya, sambil berlari menuju rumah sakit, dia menelepon Cecilia.

“Aku sudah sampai, kamu di mana?”

“Lantai 13, ruang operasi……”

Lift rumah sakit selamanya penuh dengan pasien, hati Anastasia sangat cemas, tidak sabar menunggu lift yang satu demi satu selalu penuh, hingga dia langsung naik lewat tangga.

Karena lari yang cepat hampir membuatnya sulit bernafas, karena kurangnya oksigen membuat dadanya terasa sakit, namun dia tidak peduli dengan ini semua.

Banyak orang yang menunggu di luar ruang operasi, Juliana juga ada, bahkan William juga datang, dan masih ada beberapa wajah yang tidak asing, nampaknya adalah anggota tetua keluarga yang dia temui saat jamuan di kediaman keluarga Yan.

Segera dia menemukan Cecilia yang sedang menunduk, kedua tangan menutup wajahnya, yang sedang duduk di kursi paling dekat dengan ruang operasi.

“Cecilia, nenek……apa yang sebenarnya terjadi?”

Mendengar suaranya Cecilia mengangkat kepalanya perlahan, kedua matanya yang indah saat ini menjadi begitu merah, sekali melihat Anastasia, air matanya langsung mengalir.

“Aku, aku tidak tahu……”

Dia menahan tangis, suara yang tersendat-sendat : “Kevin yang mengabari aku, saat aku tiba, dia sudah membawa nenek ke dalam ruang operasi……”

Dengan suara serak Anastasia bertanya : “Apakah, apakah sangat parah?”

Cecilia berusaha menahan tangisnya, dan berkata : “Sedang melakukan usaha pertolongan darurat……”

“……”

Tiba-tiba dada Anastasia terasa berat sekali.

Cecilia memegang erat tangan Anastasia, jemarinya dingin, tatapan yang kosong, lalu berbisik : “Anastasia, apa kamu tahu, beberapa tahun itu aku meninggalkan rumah begitu lama, karena aku sangat lemah, tidak bisa menerima kematian orang tuaku, tidak berani menghadapi IFC yang hancur……”

“Cecilia……”

Anastasia merasakan nada bicaranya yang gugup dan tak berdaya, ingin menghentikan agar dia tidak bicara lagi, dia malah menggeleng, bersikeras untuk melanjutkan kata-katanya.

“Aku merasa Kevin bisa melakukan tanggung jawab itu, tidak perlu bantuan, sebenarnya itu semua hanya alasan. Aku hanya ingin menghindar, agar semua masalah ini dicampakkan pada dirinya……tapi, saat yang bersamaan aku juga meninggalkan nenek.”

“Papa dan mama sibuk dengan pekerjaan, dia yang membawa aku dan Kevin hingga dewasa, dia paling sayang sama kami, aku malah, malah……”

Cecilia sudah tidak bisa mengucap satu kata pun lagi, dia menyalahkan dirinya sendiri, tenggelam dalam perasaan menderita yang sulit untuk dilepaskan.

Bibir Anatasia bergetar, dia berusaha menghibur : “Nenek akan baik-baik saja, kamu jangan takut……”

Kata-katanya terasa sia-sia dan dirinya juga tidak percaya diri. Karena terpengaruh oleh perasaan sedih Cecilia, Anastasia juga mulai menjadi gelisah.

Dia memalingkan wajahnya, melihat William yang berdiri bersama Juliana, kini sedang berjalan ke depan.

Cecilia saat ini dengan hati dan pikiran semrawut, Juliana adalah dokter yang merawat nenek Yan, yang paling jelas dengan kondisi nenek Yan, dia tidak sabar untuk pergi bertanya pada Juliana, apa yang terjadi setelah dia pergi.

Baru saja Anastasia ingin melangkah, dari sudut matanya menangkap bayangan tubuh yang tinggi besar.

Sebelumnya dia sibuk menghibur Cecilia, sesaat tidak menyadari, Kevin dari tadi berdiri di pojok itu, sedang berbicara rendah dengan seorang dokter.

Alis Kevin mengkerut kencang, ekspresi wajahnya tidak pernah seserius ini, kini dari matanya terpancar rasa cemas dan gelisah.

Seperti sedang menyadari tatapan Anastasia, mendadak dia mengangkat matanya, dan pandangan mereka berpapasan dalam jarak yang tidak jauh.

Mendadak tatapan mata Kevin menjadi dingin.

Dia menghentikan obrolan dengan dokter, lalu melangkah lebar ke arah Anastasia.

Anastasia tertegun, segera menyadari……ada yang janggal dengan Kevin.

Pria ini selalu kuat dalam menindas, Anastasia tahu itu. Tapi saat ini tatapan matanya yang tajam dan dalam tak berdasar itu, merembes keluar rasa dingin yang menusuk, seperti sebuah mata pisau yang tajam, menyayat lurus ke dalam lubuk hatinya.

Tanpa sadar hati Anastasia berdebar-debar.

Langkah kaki Kevin belum berhenti, wajah dingin yang bagai ukiran itu tidak ada emosi apa pun, dari dirinya muncul hawa gelap yang sangat menakutkan.

Langkahnya semakin mendekat, tiba-tiba Anastasia merasa sangat takut untuk pertama kalinya, membuat dirinya mundur selangkah.

Dan baru saja dia bergerak, sudah dicengkeram erat oleh Kevin dari samping.

Sepasang matanya menyipit, bibir tipisnya terbuka dan bertanya : “Anastasia, katakan padaku, apakah hari ini kamu pergi ke pusat perawatan?”

Nada bicara Kevin sangat tenang, bahkan bisa dibilang lembut. Tetapi anehnya saat terdengar malah membuat orang merasa gemetaran.

Telapak tangan Anastasia penuh keringat, sikap pria ini membuatnya takut, bertanya pelan : “Nenek……baik-baik saja?”

Raut wajah Kevin menjadi merah padam, satu kata demi satu kata mendesak keluar dari gerahamnya.

“Jawab pertanyaanku!”

Kekuatan tangannya sangat mengejutkan orang, Anastasia nyaris merasa tangannya akan terlepas olehnya.

Dia mengangguk perlahan : “Aku pergi waktu sore, membelikan nenek kue……”

Anastasia tidak mampu melanjutkan sisa kata-katanya lagi.

Karena dia bisa melihat dengan jelas dalam jarak yang sangat dekat ini, mata elang Kevin terpancar api kemarahan yang dahsyat, hingga menjadi sangat merah.

Anastasia benar-benar semakin gugup, dia tidak tahu apa yang terjadi, tapi nalurinya mengatakan, masalah sudah terjadi hingga ke tingkat yang sangat buruk.

“Kevin, aku___”

Baru saja dia menyebut namanya, sebuah tamparan dengan kemarahan besar tanpa di duga menyerang dirinya, bahkan dia tidak punya waktu untuk menyadari.

“Plak!”

Seiring dengan suara tamparan, dengan terhuyung-huyung Anastasia langsung terjatuh ke lantai yang dingin.

Tangannya tergores saat jatuh, tulang pinggang yang lemah terbentur keras ke lantai keramik, dan pada saat itu Anastasia malah tidak merasa kesakitan.

Semua saraf yang sakit tadi semua sudah terkumpul di pipinya, sakit dan panas, sakit hingga terasa kebas. Rasa kebas itu terasa merambat hingga ke gendang telinganya, sesaat telinganya berdenging, pekikan kaget orang di sekeliling juga tidak terdengar.

Tatapan semua orang tertarik oleh suara tamparan itu, Cecilia membelalakkan matanya, melongo agak lama baru sadar apa yang terjadi.

“Kevin, kamu sudah gila! Mengapa pukul Anastasia!”

Dengan langkah cepat Cecilia menuju ke arah mereka berdua, masih belum sampai, dia sudah ketakutan melihat sikap Kevin saat ini, tanpa sadar langkah kakinya terhenti.

Kevin melangkah maju sedikit jongkok, dengan kasar dan keras mencengkram lengan Anastasia, memaksa dia untuk angkat kepala dan menerima kemarahannya.

“Anastasia, kalau aku tidak salah ingat, aku sudah memberi peringatan padamu, tidak boleh membocorkan satu kata pun pada nenek!”

Novel Terkait

1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu