Demanding Husband - Bab 79 Marvella Gu, Apa Kamu Mau Mati?

Setetes darah jatuh mengenai jas yang mahal, tetesan darah yang pekat, melihat ini hati Kevin Yan seketika tercekat.

“Bawa jalan.”

Perkataannya yang singkat sekaligus merupakan suatu perintah, Angel sama sekali tidak merasa tidak senang diatur oleh orang lain, dia hanya mengangguk, dengan tenaganya berusaha membuka jalan yang terhalang oleh orang-orangnya keluarga Gu.

Beberapa bodyguard berpakaian hitam dengan berani menghalangi jalan mereka, disapu oleh tatapan tajam Kevin Yan, berbarengan tanpa janjian gemetar.

Kevin Yan terdiam beberapa detik lalu berkata.

“Marvella Gu, apa kamu mau mati.”

Satu kata demi satu kata perlahan diucapkan, di dalamnya mengandung kebrutalan dan kemarahan, membuat para wanita yang bersembunyi di belakang kerumunan orang-orang mundur perlahan, langsung jatuh ke lantai.

Wajah Marvella Gu pucat pasi, bibir merahnya bergetar seperti sedang terkena malaria, membuka mulutnya beberapa kali namun sepatah kata pun tak sanggup dia ucapkan.

Kevin Yan….benar-benar Kevin Yan!

Ketika dia melihat mobil yang menerjang masuk dengan kecepatan tinggi, dia sudah sangat terkejut, satu detik sebelumnya dia masih ribut dengan Hansen Ren dan lainnya, satu detik selanjutnya dia hanya ingin cepat-cepat meninggalkan tempat itu, jangan sampai membiarkan Kevin Yan melihatnya!

Tapi sudah terlambat.

Hanya dalam satu pandangan saja, tatapan tajam yang membahayakan itu sudah langsung menguncinya!

Bagaimana bisa begini? Bukankah dia bilang tidak kenal dengan Anastasia Du? Si tidak berguna yang harus mati itu bukankah sudah dibuang setelah bosan dipakai main oleh tuan muda Yan?

Tapi sekarang situasi ini sudah tidak sanggup dia bayangkan lagi, bibirnya gemetar, dia mengumpulkan tenaga untuk berteriak: “Kalian semua mahluk tidak berguna minggir! Tidak bisa lihat ya ini siapa, masih berani-beraninya menghalangi jalannya tuan muda Yan!”

Baru saja para bodyguard itu bergerak, Angel sudah melihat ada celah di tengah-tengah, dengan tidak sabaran bergerak maju membuka jalan.

Ketika Kevin Yan lewat di samping Marvella Gu, ujung pakaiannya dipegang erat-erat oleh Marvella Gu.

“Tuan muda Yan, aku tidak tahu apa-apa.”

Dia tidak berhenti berkata, matanya dipenuhi ketakutan: “Semua ini perbuatan Robby Gu, dia yang melakukannya, tidak ada hubungannya dengan aku….”

Marvella Gu berusaha membela dirinya, membuat ekspresi wajah Kevin Yan semakin dingin. Tanpa perasaan sedikitpun ditepisnya Marvella Gu, bahkan dilihat pun tidak, dengan langkah lebar mengikuti Angel.

Waktunya begitu mendesak, dia tidak punya waktu untuk meladeni orang lain yang tidak ada hubungannya.

“Tuan muda Yan, sungguh urusan ini tidak ada hubungannya dengan aku, semuanya adalah idenya Robby Gu!”

Marvella Gu dengan sepatu hak tingginya dengan terseok mengikuti dari belakang, masih tidak menyerah terus memanggil, wajahnya pucat, terlihat panik dan putus asa.

…………..

Angel mengatupkan giginya, tak hentinya butiran airmata mengalir keluar dari matanya, bahkan dia tidak peduli untuk menyeka airmatanya, hanya memusatkan seluruh dirinya berlari menuju ke arah pintu belakang pemandian air panas.

Dia sejak awal tidak merasa karakter dirinya tidak baik, namun sekarang dia sungguh benci sekali pada sikap tergesa-gesanya!

Kalau bukan karena dia saat itu pikirannya panas, terpancing marah karena perkataan Robby Gu, tidak akan masuk dalam perangkap Robby Gu dan ditawan, Anastasia pun tidak akan masuk dalam bahaya demi menyelamatkannya.

Andaikata terjadi sesuatu atas kak Tasia, andai…

Angel tidak berani berpikir lebih jauh lagi, sekujur tubuhnya bergetar, rasa nyeri di luka pada wajahnya pun tidak dirasanya, dengan cepat berlari ke lantai tiga ke depan pintu ruang istirahat di tempat pemandian air panas itu.

Dia menahan nafasnya, menunjuk ke arah pintu yang tertutup: “Di sini!”

Kevin Yan bahkan setengah detik pun tidak berhenti, langsung ditendangnya pintu hingga terbuka.

“Brak!”

Pintu bergoyang berdecit, sepertinya karena ditendang dengan tenaga yang sangat kuat seketika hampir terlepas.

Dalam ruangan sangat berantakan.

Semua perabotan terguling berantakan tidak karuan, lantai penuh dengan pecahan kaca, banyak noda darah di sana, seperti telah terjadi pergulatan yang sangat sengit.

Angel menatap ruangan yang kosong melompong tanpa satu orang pun di dalamnya, menggelengkan kepalanya dan berkata perlahan: “Mengapa tidak ada, jelas-jelas di sini kok!”

Beberapa jam sebelumnya, Angel tersadar di tengah suara orang bertengkar dan berkelahi, begitu membuka matanya pemandangan yang terlihat olehnya membuat dia tercengang.

Robby Gu dan Marvella Gu, kedua orang itu entah mengapa terlibat dalam pertengkaran, sedang berebut sebuah ponsel, sedangkan di tempat tidak jauh dari mereka, orang yang terbaring di lantai ternyata adalah Anastasia!

Angel begitu terkejut, dengan sulit berusaha bergerak sedikit, Anastasia segera menyadarinya. Ekspresi Anastasia sedikit lega, lalu dia memberi kode dengan matanya.

Angel mengikuti arah pandangan mata Anastasia menuju ke arah bawah tubuhnya, begitu diraba, terasa dinginnya sebilah pisau.

Diam-diam tanpa suara diambilnya pisau itu, dengan gerakan cepat dipotongnya tali kulit yang mengikat tangan dan kakinya, sambil tetap memperhatikan gerak-gerik lawan.

Setelah itu, dia melihat Anastasia secara tiba-tiba berlari menuju lemari kaca alat pemadam kebakaran yang tergantung di dinding, namun tak lama dipergoki oleh Robby Gu, diambil dan dijatuhkannya ke lantai.

Tali yang mengikat pergelangan tangan Angel telah terlepas, sesaat lagi dia akan melompat, sedang Anastasi dengan posisi menyamping, menenangkan dan memberi kode isyarat dengan matanya, memberi sinyal agar dia tidak bertindak gegabah.

Angel menahan amarah dalam dada, menambah kecepatannya memotong tali pengikat pada kakinya, sambil tetap mengikuti arah pandangan mata Anastasia, dilihatnya palu yang terletak di dinding di atas alat pemadam kebakaran.

Ketika Robby Gu sedang lengah, matanya melihat pada Anastasia yang bergerak dengan tak bertenaga, ketika dengan senyum cabulnya menerjang, Angel mengumpulkan segenap tenaganya, sambil menggenggam palu kecil di tangannya, sekuat tenaga dipukulkannya ke kepala Robby Gu!

Kakak beradik keluarga Gu ini sama sekali tidak menyangka Angel telah siuman, sesaat kehilangan kewaspadaan. Ketika menunggu reaksi mereka, Anastasia sudah membalikkan badan dan melompat, sempat bergulat sebentar dengan Robby Gu.

“Cepat lari, Hansen Ren ada di bawah!”

Di saat yang bersamaan, Robby Gu pun berteriak: “Marvella, tangkap bocah itu!”

Suara sepatu hak tinggi mengejar di belakangnya, Angel berpikir pun tidak, membalikkan badannya memutar kunci pintu, segera berhambur lari menuju ke bawah!

Dia harus melarikan diri dari kejaran Marvella Gu, dan juga harus menunjukkan jalan bagi Hansen Ren, harus cepat!

Angel dari saat tadi yang penuh ketakutan harus berpikir, berlari dengan panik di dalam ruangan yang kosong tanpa orang.

Tapi….di mana kak Tasia?

Mengapa menghilang, mereka dihadang oleh orang-orang suruhan Marvella Gu di bawah, sama sekali tidak terlihat Anastasia keluar!

“Kak Tasia dibawa ke mana oleh mereka?”

Muka Angel menjadi pucat, bibirnya bergetar, dalam suaranya terdengar isak tangisnya.

Dia tiba-tiba teringat, pria yang masuk bersamanya, terus tidak bersuara, mau tidak mau dirinya mengalihkan pandangan ke arah dia memandang.

Angel menyadari, ketika mereka baru saja masuk, tripod yang terjatuh di lantai diambil. Tidak ada ekpresi berlebihan di wajah Kevin Yan, hanya ada tatapan yang dalam, melihat satu demi satu tampilan di dalam kamera video, tekanan aura sekitar semakin lama semakin berat.

Sampai terlihat tampilan yang paling akhir, sudut mata Kevin Yan seakan melompat, dengan tajam menyapukan pandangan pada tembok yang berhadapan langsung dengan pintu, sebuah jendela kaca yang besar.

Dia memilih rekaman video, dihapusnya semuanya, lalu mengoperkan kamera pada Angel.

“Hancurkan ini.”

Setelah memberi perintah, dia melangkah maju dengan cepat, membuka tirai jendela.

Kaca jendela sudah sepenuhnya hancur, angin dingin bertiup masuk, Kevin Yan dengan bertumpu pada satu kaki, melongok melihat ke arah bawah.

Ini adalah lantai tiga, kira-kira tingginya setinggi bangunan dua lantai biasa, di lantai satu ada menongol sebuah pijakan, sepertinya baru ditimpa barang yang berat, sehingga ada bagian yang menjorok ke dalam.

Tatapan mata Kevin Yan yang dalam memancarkan sorot yang tajam, dalam hatinya terus memaki wanita yang tidak takut mati itu ribuan kali.

Sambil mengutuk, dia langsung melompat ke bawah.

Novel Terkait

After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu