Demanding Husband - Bab 245 Kevin Yan Sudah Datang

Di tengah kegelapan Anastasia tersenyum hambar, mengulurkan tangannya untuk menyentuh sesosok tubuh yang tidak asing lagi.

Sedetik kemudian, seluruh kehangatan itu sirna, tersisa hanyalah rasa dingin yang tidak ada habisnya.

Dalam otak Anastasia tak putusnya terbayang huruf-huruf hitam kecil satu demi satu yang ada di layar ponsel, dingin beku menusuk tulang.

“Jangan berpikir menggunakan kebohongan yang murahan seperti ini untuk merusak pernikahanku dengan Belle, kamu membuatku muak!”

Kamu sungguh membuatku muak!

Seperti pada suatu saat dari surga terjatuh masuk ke neraka, Anastasia bahkan bisa merasakan, ketika Kevin Yan mengucapkan perkataan ini, ekspresi masa bodohnya, merendahkan, menyindir, menganggap hina.

Sejak awal sampai akhir, dia dengan ekspresi dingin dan serius memandangnya rendah.

Memori masa mudanya itu, hampir tak ada lagi...............

Keringat dingin di sekujur tubuh Anastasia sudah membasahi pakaiannya, matanya yang sedari tadi sudah kering kembali mengeluarkan setetes darah dan air mata.

Ada yang mengalir keluar terus menerus dari antara kedua kakinya, Anastasia terkejut mendadak, kesadarannya akhirnya kembali, ternyata dirinya masih tetap dikurung dalam penjara, tidak ada cara untuk bertahan hidup.

Hatinya jatuh dalam rasa takut dan putus asa yang ekstrim. sepertinya dapat merasakan berlalunya kehidupan.

Jangan, jangan pergi, jangan tinggalkan aku...................

Dengan menggunakan tenaga dia menutup bagian perutnya yang sakit, setetes demi setetes air mata keluar mengalir di pipinya, jatuh mengenai ujung bibirnya yang ada darah keringnya.

Maaf, maaf...............

Aku hanya punya kamu, maaf, mohon kamu jangan tinggalkan aku........

Sesaat sebelum kesadarannya hilang, dalam kegelapan tanpa batas seperti sinar yang disorotkan habis-habisan menusuk mata.

Anastasia dengan bersusah payah berusaha mengangkat kepalanya memandang ke arah pintu kurungan yang terbuka, namun tanpa tenaga untuk menopang tubuhnya sendiri, lalu kembali pingsan.

Windy berdiri di ambang pintu, sinar terang menerobos masuk dari celah pintu yang terbuka setengah, menyorot tubuh wanita yang terkulai lemah itu.

Dia mengeryitkan alisnya, dalam sekejap mata terlihat ada yang berwarna merah mengalir turun di sepanjang kaki wanita itu.

“Mengapa begini? Meninggalkah?”

Wanita berwajah dingin yang mengikuti di sampingnya berjalan masuk, dengan terampil mengecek denyut nadi di leher Anastasia, lalu segera menggunakan senter yang biasa digunakan dokter menyorot kelopak matanya.

“Nafasnya sangat lemah.”

Dia mengangkat tangannya dan melihat sekilas ke jam tangan di pergelangannya: “Kira-kira masih bisa bertahan hidup selama dua jam.”

Ketika mengatakan ini, nada bicaranya datar-datar saja, ekspresinya tidak ada perubahan, sepertinya sedang membicarakan masalah yang biasa-biasa saja.

“Baiklah!”

Windy meludah: “Sebelum aku mendapatkan apa yang aku inginkan, dia tidak boleh mati! Kamu harus menjamin dia hidup sampai ketika Kevin Yan datang!”

“Bila tidak ada peralatan medis khusus dan kondisi yang menunjang, paling lama dia bisa hidup sampai subuh nanti.”

Wanita berwajah dingin itu ekspresinya datar saja: “Jika orang yang kamu katakan itu tidak bisa tiba dalam waktu hari ini, aku tidak bisa menjamin apapun.”

“Tidak bisa!”

Sorot mata Windy seketika menjadi bengis: “Aku adalah pemberi pekerjaan ini, mengeluarkan uang mencari kalian untuk membereskan masalah ini, maka kalian harus bisa menyelesaikannya dengan baik! Kalau tidak kalian tidak boleh mengambil uang bayaran sisanya!”

Wanita berwajah dingin tidak berbicara lagi. Dia sama sekali tidak tersinggung dengan nada bicara Windy yang tidak menyenangkan, juga tidak ada pilihan lain, dari awal sampai akhir hanya berekspresi seperti mesin yang sudah terlatih.

Sepasang mata sipit Windy menatap wanita yang terbaring pingsan di lantai, sangat gusar dan gugup!

“Beri dia suntikan penguat jantung dulu, bagaimanapun juga harus..........”

Belum selesai dia berbicara, ada seorang pria dengan dandanan yang sama dengan wanita berwajah dingin itu berjalan mendekati, yaitu supir yang menculik Anastasia tiga hari yang lalu.

“Kak Windy, ada orang datang.”

Windy terkejut, dengan mendadak menolehkan kepala: :Siapa?”

Dengan nada datar supir berkata: “Dia bilang dia bermarga Yan.”

Sudut bibir ungu Windy naik, tertawa dingin.

“Wah, sungguh cepat, datangnya cepat juga, aku masih menyangka harus menunggunya sampai satu hari.”

Ekspresi wajah Windy terlihat sangat gembira, raut wajahnya seketika berubah, tersenyum membalikkan badannya, dengan langkah lebar berjalan menuju keluar.

“Ayo, kita menemui keponakanku yang baik!”

........................

Windy menyusuri naik tangga yang sudah karatan, mendorong pintu besi besar ruang produksi.

Ini sesungguhnya awalnya adalah tempat pejagalan ternak, ruangan ini sebelumnya pernah ditaruh beberapa lini produksi, khusus mengurusi soal pembersihan hewan ternak setelah dipotong.

Peralatan belasan tahun yang lalu sudah sejak lama disingkirkan, sekarang ini tempat yang sangat besar ini dipenuhi karat dan bau amis, kosong melompong dan bobrok.

Pintu besi berdecit ketika dibuka, di tengah tempat kosong itu, berdiri sesosok tubuh yang tinggi tegap dan besar.

“Wah, Kevin sudah datang!”

Windy menyeringai, tersenyum hangat. Terlihat kerutan yang dalam di ujung matanya.

“Lihatlah, masih berpakaian jas pengantin, baru turun dari pesawat ya?”

Raut wajah Kevin Yan dingin sedingin es, tidak ingin berbasa basi sedikitpun dengannya.

“Mana Anastasia Du!”

“Ckckck, buru-buru sekali sih.”

Windy menarik sebuah kursi dari sebuah sudut yang dipenuhi dengan debu: “Berdiri terus lelah rasanya, kita berdua paman dan keponakan sudah lama tidak mengobrol, sini, kita duduk sambil mengobrol.”

Dia berkata sambil tersenyum, sungguh-sungguh seperti seorang yang lebih senior dalam keluarga yang telah sangat lama baru berjumpa lagi dengan keponakannya, dia berjalan sampai ke samping Kevin Yan, menepuk-nepuk bahunya.

“Anak muda, janganlah terlalu..........”

Kata terakhir belum juga terucap, kesabaran Kevin Yan sudah sampai di batasnya.

Dia langsung memegang erat pergelangan tangan Windy yang kurus, ekspresinya sungguh galak, dengan mendadak dipelintir paksa, hampir dalam sekejap terdengan suara kecil dari tulang pergelangan tangannya.

“Dia di mana.”

Tiga kata itu diucapkannya satu demi satu, suaranya tidak keras, namun terdengar kekuatannya lebih hebat dibanding sebuah raungan.

Dia berdiri di tengah ruangan, seperti sebuah patung yang dingin, dari tubuhnya terpancar aura yang kuat yang membuat syok orang.

Namun tiada yang tahu, di balik rongga dada yang bergejolak, ada sebuah jantung yang berdetak kencang hampir meledak rasanya!

Kevin Yan bahkan tidak ingat dengan jelas bagaimana sebenarnya dirinya mengambil penerbangan kembali ke China, juga bagaimana setelah turun dari pesawat, seperti orang gila memacu kencang kendaraannya, jarum spedometer bahkan sudah menunjukkan angka yang melewati batasnya kecepatan yang seharusnya!

Sampai setelah tiba di tempat tujuan, detak jantungnya sedikit melambat, namun ketika melihat bangunan usang dan tak asing baginya ini, dia menjadi sangat muram.

Seluruh memori yang sudah terkubur dalam-dalam secara gila-gilaan menghambur keluar, tangan Kevin Yan terkepal dengan erat memunculkan urat pembuluh darahnya yang biru keluar!

Apakah Anastasia Du dikurung di sini? Apakah dia seperti waktu itu, disiksa oleh gerombolan penjahat bajingan ini?

Kevin Yan sama sekali tidak berani membayangkan lebih jauh, karena begitu membayangkan sedikit saja kemungkinan akan hal itu, langsung membuatnya hampir sesak nafas, ingin rasanya segera meledakkan pabrik ini!

Mata Windy yang sedikit menonjol menatapnya, lalu tiba-tiba mulai tertawa aneh.

“Dia ada di mana, apakah kamu tidak dapat menebaknya? Keponakanku yang baik.”

Tawa anehnya itu bergema dalam ruangan yang besar itu, sangat menyeramkan!

“Apakah rasa dipaksa menjadi gila itu menyenangkan? Kurungan itu, aku sudah menghabiskan uang yang banyak, mengundang orang khusus membuatkannya untukmu!”

“Windy!!”

Perasaan tertekan dalam dada seketika meledak, urat biru di tangan Kevin Yan terlihat bergerak berdenyut, dari pergelangan tangan Windy terdengar suara yang membuat orang ngilu....

“Krek.”

Pergelangan tangannya yang kurus itu dipatahkan dengan keras sampai dislokasi oleh Kevin Yan, namun seperti yang sama sekali tidak merasakan rasa sakit, dia dengan sengaja tertawa keras-keras seperti orang gila!

Kevin Yan, aku tidak salah duga.

Boneka wanita itu, ternyata adalah titik kelemahanmu.

Permainan ini, semakin lama semakin menarik...............

Windy menyeringai, suaranya dingin: “Keponakan yang baik, ributnya sudah kelewatan, sekarang sudah saatnya kita membicarakan hal yang sebenarnya.”

Sedetik kemudian, orang-orang berpakaian hitam di keempat sudut ruangan serentak dari keempat penjuru bergerak beringas dan cepat secepat kilat, bergerak ke arah Kevin Yan!

Novel Terkait

Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu