Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 37 Rencana Jahat (2)

"Timothy?"

Seisi rumah gelap gulita. Aku kira Timothy belum pulang, namun ketika aku berjalan ke arah sofa, aku melihatnya duduk di sana, merokok.

Aku memutar badan dan menyalakan lampu, ketika aku menoleh, aku melihat wajah murung Timothy sedang menatapku, "Sudah pulang?"

"Ya," aku terkejut ia melihatku seperti itu. Aku berpikir mungkin ada masalah, aku buru-buru berjalan mendekatinya untuk bertanya, tapi ia malah menarikku ke pelukannya dan mengunciku.

Saat inilah aku baru sadar, sekujur tubuh Timothy tampak dingin, sorot matanya pun seperti es, "Jane, katakanlah, mengapa kau menikah denganku?"

Mendengar hal itu, jantungku berdegup kencang, namun memikirkan bahwa David tak mungkin mengatakan hal itu kepada Timothy, aku dengan cepat menjadi tenang. Aku mengangkat kepala menatapnya, "Menurutmu mengapa aku menikah denganmu?"

Timothy berdehem dingin, ia mengambil ponsel dari sakunya, menunduk menekan-nekan sesuatu, lalu terdengarlah percakapanku dengan Susan hari ini.

Aku panik seketika, "Dengarkan aku, Timothy, bukan begitu, sungguh, dengarkan aku, aku..."

"Tak perlu bicara lagi, Jane, kau benar-benar telah mempermainkanku seperti orang bodoh!" katanya, lalu melepaskan tangannya. Ia berdiri dan berjalan keluar.

Aku buru-buru berdiri dan menariknya, "Timothy, dengarkan aku, bukan seperti itu!"

Aku panik sampai menangis, namun dia sedang berada di puncak amarah, ia sama sekali tak mendengarkanku dan malah mendorongku menjauh.

"Ah..."

Tak kusangka tenaganya begitu besar hingga membuatku jatuh membentur meja teh. Pinggangku membentur meja itu sampai seluruh tubuhku terasa kram.

Timothy menoleh dan melihatku sekilas, alisnya berkerut, seakan bimbang hendak menolongku atau tidak.

Aku segera memanfaatkan kesempatan ini untuk berteriak, "Sakit sekali, Timothy, sakit sekali!"

Ia tak berjalan lagi, tapi juga tidak bergerak, ia hanya melihatku seperti itu. Sorot matanya penuh sindiran dan ejekan, "Jane, jangan berpura-pura, sungguh, kau tidak hanya sekali dua kali bersandiwara di hadapanku. Setiap kali, aku selalu bilang pada diriku sendiri, mungkinkah kali ini sungguhan? Namun nyatanya, kau sungguh hebat, setiap kali..."

Mendengar kata-katanya, penyesalanku sedikit demi sedikit berubah menjadi amarah, dari awal sampai akhir, ia tak pernah mempercayaiku!

Aku langsung memotong kata-katanya, "Setiap kali kau tidak pernah mempercayaiku!"

Aku berdiri menahan sakit dan berteriak histeris, "Timothy, pernahkah kau percaya padaku barang sekali saja? Apa kau cinta padaku? Kalau ya, mengapa kau tak pernah percaya padaku? Masalah anak waktu itu pun begitu, kali ini juga sama, selamanya kau selalu begitu, merasa paling benar! Kalau bukan karena cinta padamu, pikirmu untuk apa aku cari masalah dan bermain-main dengan pernikahan ini?"

Air mata mengalir deras, semakin aku bicara, semakin aku merasa sedih.

Bagi pasangan, kepercayaan adalah yang paling penting, namun hal ini tampaknya tidak pernah ada di antara aku dan Timothy.

Ia menatapku, wajahnya menegang, "Kalau begitu beritahu aku, ini apa? Jane, ini pengakuan dari mulutmu sendiri!"

Aku mengusap air mataku dan menatapnya sambil tertawa dingin, "Benar, aku mengakuinya dengan mulutku sendiri, tapi apakah aku mengakui kalau aku tidak mencintaimu? Kalaupun aku punya tujuan jelek terhadapmu memangnya kenapa? Aku mendekatimu pada awalnya adalah untuk menarikmu balas dendam kepada Shirley, Peter, bukannya kau tahu itu?"

Walau sampai begini, aku tetap tak mau dia tahu tentang perbuatan ayahnya.

Kupikir, inilah yang dinamakan cinta mati, jelas-jelas semua akan bahagia kalau aku mengatakannya, namun tetap saja aku ingin diriku menanggung sedikit lebih banyak.

Hubungannya dengan ayahnya sudah tidak baik sejak awal. Aku tidak ingin memperkeruh masalah.

Raut wajah Timothy berubah, seperti bimbang hendak mempercayaiku atau tidak. Aku merasa diriku seperti cacing yang malang. Ia lebih mempercayai Susan ketimbang diriku.

Kalau sudah begini, aku juga tak bisa berkata apa-apa.

"Rekaman ini diambil secara sembunyi-sembunyi oleh Susan saat kami bertemu tadi. Beberapa waktu lalu berita tentang kalian berdua ada di mana-mana. Aku bisa berkata begitu, hanya untuk memamerkan kemenanganku. Kalau kau mencurigaiku punya tujuan buruk karena hal ini, maka baiklah, aku beritahu kau..."

Aku maju, mengulurkan tangan dan menarik kerah bajunya, "Aku memang punya tujuan buruk terhadapmu!"

Ia tampaknya tak menyangka aku akan berkata seperti itu, ia tersentak, "Jane..."

Aku melepaskan tanganku, aku menatapnya, setengah menangis, setengah tertawa, "Bukankah kau merasa aku sedang berpura-pura? Baiklah, sekarang aku tidak berpura-pura lagi, aku tak ingin berpura-pura lagi! Kau sendiri pergilah ke Susan yang tidak berpura-pura itu!"

Setelah itu, aku melewatinya dan berlari keluar sambil menangis. Hatiku terasa sakit seperti ditusuk ribuan jarum. Dia boleh meragukan apapun, namun bagaimana bisa dia meragukan perasaanku padanya?

Novel Terkait

Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu