Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 145 Suatu hal yang menarik

Bagaimana pun aku tidak menyangka Timothy akan bersuara, lebih tidak menyangka lagi dia akan mengatakan ini.

Tidak tahu apakah perasaanku saja, aku merasa pas mengucapkan perkataan ini Timothy seperti sambil menggertakkan gigi.

Yang terkejut bukan cuma aku, Megan Lee blak-blakan dan cepat, tidak sempat aku menghalang dia sudah tanya duluan : “Kok Direktur Huang bisa tahu?”

“Iya, direktur Huang, kenapa kamu bisa tahu?”

Sampai manajer Fang juga ikut tertarik, aku menatapnya sambil meremas pahaku, takut dia akan mengatakan sesuatu.

Semua orang yang ada di ruangan itu menunggu jawaban dari Timothy, sedangkan dia malah diam seribu bahasa beberapa detik, lalu baru menatap ke aku, “Karena nona Su kan cantik.”

Dia tersenyum simpul, hanya aku yang bisa melihat, itu bukan senyuman, melainkan menyindir.

Aku melipat bibir lalu menatapnya dengan tenang : “Terima kasih atas pujiannya manajer Huang.”

“Hahaha, tuh kan apa yang aku bilang, Jane itu cantik!”

Aku mengalihkan pandangan, tak sengaja melihat ke Florence Lee, dia lagi memelototi aku.

Aku tersenyum dingin ke dia, lalu kembali makan.

Dua puluh menit kemudian, aku bangkit berdiri dan pergi ke toilet.

Sudah satu jam aku tahan, sekarang sungguh tidak mampu tahan lagi.

Aku tidak tahu yang lain bagaimana, pokoknya aku merasa makan malam ini tak nyaman, apa yang aku makan aku tak tahu, lebih tak tahu lagi apa rasanya.

Yang aku tahu, semalaman ini aku khawatir Timothy akan mengatakan sesuatu.

Untungnya sebentar lagi sudah mau selesai, lagian besok aku dan Megan Lee masih harus bangun awal buat naik pesawat pulang.

Kepikiran ini aku jadi bernapas lega.

Ku siram mukaku, sehingga jadi lumayan segar.

Tak boleh terlalu lama juga, aku ambil tisu dan mengelap mukaku, dan siap-siap kembali ke ruangan.

Tak diduga , sebelum berbelok aku mendengar Florence Lee dan Max Lin lagi berdebat.

“Kamu suka ya sama Jane itu?”

Ini suara Florence Lee, ternyata hubungan kedua orang ini memang tidak biasa saja.

Ini jalan yang harus aku lewati kalau mau kembali ke ruangan makan, kalau aku keluar saat ini,pasti akan jadi canggung sekali.

Setelah berpikir sejenak, aku memutuskan tetap diam di situ dan melihat keadaan, lagian aku jalan beberapa langkah sudah sampai di toilet, kalau mereka berbalik aku tinggal langsung masuk ke toilet.

“Ngomong apa kamu, apa yang aku tertarik dari dia? Lihat saja muka dia macam rubah itu , pasti sudah pernah sama gak tau berapa banyak cowok, aku bodoh apa? Suka sama cewek yang seperti itu?!”

Perkataan Max Lin memancing emosiku sekali, orang ini sepertinya tidak menyangka aku bakal ada di sini kali?

Setelah mikir-mikir, aku keluarkan handphone dan merekam.

“Lalu kenapa kamu tiap hari pergi perhatiin dia?”

“Ini kan aku demi kebaikan kamu? Kalau aku tidak pergi lihati dia, terus nanti dia tuntut kamu, menurut kamu berapa persen kemungkinan kamu bisa menang?”

“Kamu gak bohongin aku kan?”

“Buat apa aku bohongin kamu? Bukannya aku sudah suruh kamu malam baik sedikit sama dia? Lihat saja sekarang, dia sampai ngomongin masalah ini ke manajer Fang, lebih baik kamu pikirin nanti habis dia pergi kamu harus bagaimana!”

“Jadi aku harus bagaimana?!”

“Nanti kamu cari kesempatan minta maaf sama dia!”

“Aku gak mau minta maaf, kalau bukan dia yang kegenitan, mana mungkin aku sampai marah begini?”

“Kamu harus tahu, aku tidak suka cewek genit, mana ada sebaik kamu, iya kan? Yang natural begitu, dia itu cuma tampangnya saja cantik, bisa jadi pernah operasi plastik!”

“Heh.”

Aku berdiri di situ sambil menundukkan kepala menatap handphoneku, mendengar suara berdehem itu, aku langsung mengangkat kepala, tak disangka Timothy ada di depanku.

Mukaku membeku, tidak tahu sudah berapa lama dia ada di samping aku, kalau bukan karena suara berdehemnya ini, aku sama sekali tidak sadar.

Tapi suaranya tadi bukan cuma kedengaran sama aku, mereka berdua yang lagi debat juga mendengar.

Belum sempat aku mikir harus bagaimana, kedua orang itu sudah datang mendekat.

Max Lin masih lumayan tenang, sedangkan Florence Lee sudah mulai panik : “Jane, manajer Huang, kalian kenapa?”

Refleks aku mengangkat kepala melihat sekilas ke Timothy, dia tidak melihat aku, dengan cuek dia menjawab : “Lewat doang.”

Aku menghela napas lega, dengan tanpa ekspresi aku berkata : “Aku pergi dulu.”

Baru setengah jalan Timothy mendadak berhenti, menoleh ke Max Lin dan Florence Lee : “Di diri Jane tak ada sedikit pun yang palsu , dasar bodoh!”

Baru kali ini aku mendengar Timothy berkata kasar, aku langsung melongo.

Tapi di saat seperti ini , tidak pergi juga jadi canggung jadinya, segera aku melangkah pergi.

Dari belakang masih terdengara Florence Lee berkata dengan gelisah : “Bagaimana ini, mereka sudah mendengar semuanya.”

Aku tak tahu apa yang Max Lin jawab, karena sudah berjalan jauh.

Aku tidak ingin masuk ke ruangan bersamaan dengan Timothy, jadi aku sengaja berdiri belasan detik di luar, baru kemudian masuk ke dalam.

Baru saja duduk, Florence Lee sudah kembali, tidak berapa lama kemudian, Max Lin juga kembali.

Makan malam ini menghabiskan waktu satu jam setengah, sebenarnya sudah cukup lama juga.

Beberapa dari mereka yang pimpinan penting pergi dulu , meninggalkan kami di situ.

Karena aku dan Megan sudah memesan tiket pesawat besok pagi, jadi selanjutnya juga tidak ada acara apa-apa lagi.

Max Lin lumayan bisa berpura-pura, sejak kembali muka dia sudah berubah jadi cowok yang lemah lembut : “Jane, Megan , besok kalian pesawat pagi, aku antar kalian saja.”

“Tunggu.”

Aku tersenyum simpul, jujur saja, aku tidak ingin ini semua semakin kacau, tapi kedua orang ini benar-benar membuat aku merasa jijik.

“Ada apa lagi Jane?”

Sikap dia masih tetap sama, dan aku juga masih tenang dan berekspresi datar : “Ada sesuatu, aku ketemu sesuatu hal yang menarik, ingin berbagi dengan kalian.”

“Mau ngapain kamu?”

Baru saja aku selesai ngomong, Florence Lee sudah takut duluan.

Ku tatap dia, dan merasa agak lucu : “Omongan nona Lee ini aneh sekali, menurut kamu aku bisa ngapain? Aku sih tidak seperti nona Lee, masih bisa bersikap tak bersalah begini setelah menyemburi aku air panas.”

Mendengar itu, Hannah Wu langsung berkata mau sok pahlawan : “Jane, jangan keterlaluan kamu, kamu sendiri yang maju mau menghalang, kalau bukan mulut Megan Lee yang sembarangan, apa mungkin Florence Lee dibuat emosi seperti ini?”

“Apa maksud kamu?” Melihat Megan Lee sudah mau meledak, segera aku mencegahnya, “Jangan panik, aku mau berbagi sesuatu yang menarik sama kalian.”

Hannah Wu semakin galak : “Katakanlah, tidak usah bertele-tele” Setelah berkata dia masih berbisik : “Padahal sudah mau pergi, masih mau buat masalah, apaan sih!”

Air muka ku jadi dingin, tanpa sungkan-sungkan aku langsung memutar rekaman tadi :

“Lalu kenapa kamu tiap hari pergi perhatiin dia?”

“Ini kan aku demi kebaikan kamu? Kalau aku tidak pergi lihati dia, terus nanti dia tuntut kamu, menurut kamu berapa persen kemungkinan kamu bisa menang?”

“Kamu gak bohongin aku kan?”

“Buat apa aku bohongin kamu? Bukannya aku sudah suruh kamu malam baik sedikit sama dia? Lihat saja sekarang, dia sampai ngomongin masalah ini ke manajer Fang, lebih baik kamu pikirin nanti habis dia pergi kamu harus bagaimana!”

“Matiin, matiin!”

Novel Terkait

Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu