Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 259 Terlalu Banyak Informasi

Tadinya, hari ini aku ingin bertanya pada Tiffany rencana apa yang dia punya. Walaupun aku tahu aku tidak boleh ikut campur dalam masalah ini, namun, setidaknya aku tahu rencana yang dimiliki Tiffany.

Tiffany memiliki kebiasaan melakukan sesuatu tanpa berpikir dulu.

Dia sangat impulsif.

Siang itu aku dan Deasy makan siang bersama. Deasy sangat sibuk akhir-akhir ini. Dia dan Tiffany hampir tidak ada waktu untuk sekedar jalan-jalan. Setelah liburan musim semi, dia dan Tiffany juga jarang berbincang. Jadi, dia tidak begitu memahami masalah Tiffany.

Aku tidak pandai basa basi, jadi aku langsung menanyainya, “Apa dia pernah bicara tentang Mike Qi denganmu?”

“Pernah. Dia pernah bilang dia ingin mengejar pria itu. Tapi, saat itu aku sedang sibuk. Dia mungkin tidak enak menggangguku jadi dia tidak melanjutkan ceritanya.”

Aku berpikir sejenak lalu berkata, “Aku juga tidak terlalu paham dengan ini. Tapi, sebelum liburan musim semi kemarin dia menanyakan cara mendapatkan pria idamannya padaku. Dia bilang dia tidak ingin melepaskan Mike Qi. Lalu, setelah liburan dia berubah jadi seperti ini. Kemarin, Mike Qi meneleponku. Aku masih belum tahu kondisi mereka sekarang.”

Deasy menganggukkan kepalanya, “Tiffany jarang memikirkan suatu hal matang-matang. Kalau besok dia berangkat kerja, kita harus membantunya memahami situasinya. Kalau tidak dia sendiri yang akan menyesal.”

Tidak kusangka Deasy sependapat denganku. Kami hanya bisa menunggu Tiffany untuk kembali ke kantor baru bertanya tentang masalahnya.

Tiba-tiba, Mike Qi menghubungiku lagi.

Ketika aku mengangkat teelponnya, saat itu masih belum jam pulang kantor. Dia bertanya padaku apakah malam ini aku bisa makan malam dengannya.

Aku bisa menebak niatnya. Mungkin dia mencariku karena Tiffany.

Aku berpikir sejenak lalu menyetujui ajakannya. Walaupun bisa dibilang aku ikut campur, namun menjadi pendengar juga tidak ada salahnya.

Setelah berjanjian dengan Mike Qi, aku lalu mengirim pesan ke Timothy untuk tidak menjemputku malam nanti.

Jam pulang kantor pun tiba. Aku mematikan komputerku lalu merapikan barang-barangku. Aku berpamitan dengan Deasy lalu turun ke lantai bawah.

Saat jam pulang begini, kantor tampak ramai sekali.

Mike Qi juga tidak tahu arah darimana dia harus menjemputku. Walaupun sikapnya dingin, namun wajahnya sangat tampan. Banyak wanita yang mencuri-curi pandang.

Setelah susah-susah keluar dari lift yang sesak, aku mendapati Mike Qi sedang dikerumuni dua orang wanita yang menginginkan nomor ponselnya.

Aku ingin memanggilnya. Namun, aku memutuskan untuk mengambil gambarnya dulu dan mengirimkannya ke Tiffany. Aku lalu menghampirinya, “Sudah lama?”

Dia menggelengkan kepala sambil membuka pintu mobil untukku, “Belum.”

Kedua wanita itu melihatku dengan malu lalu berjalan menjauh.

Di jalan, dia tidak mengatakan apapun.

Aku melihat chatku dengan Tiffany. Dia belum membalas pesanku.

Kedua orang ini benar-benar membuatku sakit kepala!

Setelah berkendara selama dua puluh menit, kami pun tiba di tujuan. Aku pun melepas sabuk pengamanku.

Mike Qi sudah memesan meja. Jadi, ketika kami masuk, pelayan langsung mengantar kami ke meja yang sudah dipesan.

Meja itu lumayan privat. Mike Qi lalu melepas mantelnya, “Kita pesan dulu. Setelah makan, aku akan cerita.”

Aku menganggukkan kepala. Aku lalu melihat menu dan memesan dua macam hidangan.

Dia juga memesan dua macam hidangan. Saat menunggu pesanan kami datang, kupikir dia akan membicarakan sesuatu. Namun, dia hanya menunduk menatap meja dan hening.

Mike Qi memang tidak banyak bicara. Namun, ini pertama kalinya aku melihatnya hening begini. Karena tidak terbiasa, aku lalu berbicara, “Mike Qi, kamu—”

Saat itu juga, pintu bilik kami terbuka. Pesanan kami datang.

Dia lalu menuangkan teh ke gelasku, “Kita makan dulu.”

Dia bersikeras. Lalu kembali hening.

Mungkin itu adalah makan malam paling suram yang pernah kualami dengan Mike Qi. Kami menghabiskan makanannya tidak sampai dua puluh menit.

Dia juga tidak makan banyak. Tidak lama, dia sudah meletakkan sumpit kembali ke meja.

Aku meletakkan sumpit setelahnya. Lalu, meminum teh yang tadi dituangnya. Aku mengambil selembar tisu dan mengelap mulutku, lalu mendongak, “Baiklah. Katakan apa yang ingin kamu katakana. Tidak biasanya kamu ragu begini.”

Mike Qi juga mendongakkan kepala dan menatapku. Aku bisa melihat pikirannya berkecamuk.

“Aku dan Tiffany tidur bersama.” ujarnya lugas dan wajahku langsung memerah. Aku belum sempat berkata-kata, dia sudah angkat bicara lagi, “Dia hamil. Tapi, dia tidak ingin bersamaku.”

Mendengar ucapannya, aku mengerutkan dahi, “Kamu yakin dia hamil?”

Mike Qi menganggukkan kepala. Wajahnya tampak lelah, “Hari itu kami minum terlalu banyak. Tadinya, aku berencana membicakan jalan keluarnya setelah kami bangun. Namun, pagi itu tiba-tiba aku dipanggil rapat oleh kantor pusat. Aku lalu meninggalkannya untuk rapat. Setelah aku kembali dia sudah tidak ada. Dia tidak mengangkat teleponku, WeChatku juga diblok olehnya.”

Dia menatapku, “Saat itu liburan musim semi segera tiba. Aneh jika aku tiba-tiba ke rumahnya untuk mencarinya. Jadi, aku datang kemari. Kemarin aku mengunjungi rumahnya. Aku melihat hasil tesnya. Aku bilang aku mau menikahinya, namun, dia tidak menginginkanku.”

Mike Qi memberiku banyak informasi. Aku merasa butuh waktu untuk mencernanya.

Usai bicara, dia mengusap wajahnya.

Aku jarang melihatnya melakukan itu. Sekarang, karena dia melakukannya, masalah ini pasti sudah sangat membebaninya.

Aku berpikir sejenak, lalu bertanya, “Bagaimana pendapatmu tentang Tiffany?”

“Pendapat?”

Dia mengerutkan dahinya seakan tidak paham maksud pertanyaanku.

Aku mengganti pertanyaanku, “Apa kamu menyukainya?”

“Aku tidak membencinya.”

Aku terkejut, “Tidak membencinya? Mike Qi, kamu pikir lagi baik-baik! Kamu sudah jomblo bertahun-tahun. Menurutmu kamu bisa tidur dengan wanita yang ‘tidak kamu benci’?”

Dia hening. Aku juga tidak buru-buru. Aku membiarkannya berpikir lagi.

Tidak lama, dia mengatakan, “Aku juga tidak tahu. Karena dia temanmu, jadi aku tidak menolaknya mentah-mentah. Lagipula, dia orang yang menyenangkan. Tiba-tiba, dia tidak menghubungiku. Aku tidak terbiasa dengan itu. Tapi, aku sedang sibuk dengan pekerjaan kantor jadi aku tidak terlalu mempedulikan hal ini. Saat itu aku minum terlalu banyak, namun dia menerimaku. Aku juga tidak tahu mengapa kami melakukannya. Sepertinya karena aku merasa dia lumayan juga. Kalau aku harus mencari wanita untuk dinikahi, aku merasa dia boleh juga.”

“Kamu bicara begini artinya kamu ada perasaan untuknya! Hanya saja kamu sendiri tidak menyadarinya!” ujarku.

Dia hening lagi. Aku lalu memutuskan untuk membantunya memahami situasi ini, “Mike Qi, aku tanya, kalau saat itu orang yang memapahmu bukan Tiffany, apa kamu masih akan menidurinya?”

Dia menatapku sambil diam. Aku juga tidak buru-buru. Aku menanyainya lagi, “Misal Tiffany tidak hamil, jika sekarang dia bersama dengan pria lain, apa kamu cemburu?”

Mike Qi tampak berpikir, lalu menjawabku, “Aku paham, Jane. Terimakasih.”

Novel Terkait

Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu