Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 136 Dengan Begitu Aku Baru Bisa Cium Kamu
Sebelumnya saat aku wawancara masuk kerja aku pernah bilang kalau dalam dua tahun ini aku tidak bisa menerima tugas ke luar kota.
Tapi sangat tidak kebetulan sekali, setelah aku resmi jadi karyawan tetap, projek pertama yang aku terima adalah kegiatan kerja sama dengan kota A. Meskipun untuk hal yang bersangkutan di selanjutnya aku cuma perlu mengurus yang di kota D, tapi sebelum proposal belum selesai, aku harus ke kota A buat komunikasi langsung dengan pihak penyelenggara.
Pas mau terima projek ini manajer aku, Sophie juga pernah tanya pendapat aku, awalnya aku ingin menolak, tapi pihak lawan mengatakan, karena kegiatan ini kerja sama antara dua kota, dan aku lebih mengenal kota A, sehingga mungkin akan lebih bagus kalau aku yang menerima projek ini.
Melihat aku diam menggertakkan gigi, akhirnya dia sepakat untuk usahain tidak perlu ke kota A, diusahain untuk komunikasi online.
Aku ragu-ragu selama dua hari untuk menerima projek ini, namun baru saja memulai, dari pihak perusahaan satunya yang kerja sama dengan kami ada masalah, sehingga Sophie langsung memberitahuku pergi ke sana untuk rapat.
Karena projek sudah diterima, tidak mungkin aku melempar tanggung jawab, akhirnya aku pulang untuk diskusi sebentar dengan bibi Fan dan Mike.
Untungnya Victor itu anteng, dan Mike melihat Victor dari kecil, sekarang Victor sudah mulai bisa mengenal orang, pas malam ditiduri sama Mike, habis makan dan main sebentar saja sudah terlelap.
Aku pesawat jam 3 sore, sampai di kota A sudah jam 6 lewat, dari pihak perusahaan ada mengadakan perjamuan makan bersama, belum sempat aku dan Megan Lee berdua sampai di hotel buat taruh koper mereka sudah datang menjemput.
Di perjamuan makan tidak mengungkit soal pekerjaan, tapi tidak berarti tidak minum bir, sedangkan aku tidak terlalu jago minum, tapi untungnya tidak ada yang memaksa aku minum, selain cuma minum satu gelas pas di awal, aku sama sekali tidak minum lagi.
Mereka juga tidak memaksakan, hanya saja aku padahal cuma minum segelas wine, lalu tidak tahu kenapa akhirnya aku tetap mabuk.
Habis itu aku baru tahu, jus yang tadinya aku merasa enak itu ternyata bir buah, pas itu aku tidak memerhatikan itu, karena merasa enak, dan ditambah lagi banyak ngobrol jadinya haus, sehingga berapa banyak yang aku minum juga aku tidak tahu.
Aku dan Megan lee naik pesawat selama dua jam lebih, setelah perjamuan makan itu pihak perusahan lawan juga tidak menyusulkan apa-apa lagi, belum sampai jam 9 sudah mengatur orang untuk mengantar kami pulang.
Baru saja aku keluar dari ruangan aku sudah merasa mabuk sekali dan wajahku memanas, untung Megan lee papah aku jadi tidak jatuh.
“Nona Su, kamu baik-baik saja kan?”
Aku menggeleng, berusaha untuk tertawa : “Aku tidak jago minum bir, jadi malu-maluin.”
Dia cuma tertawa dan berkata : “Aku tadi lihat kamu minum bir buah, kirain kamu jago minum.”
Sekarang aku sudah agak mabuk, cuma kira-kira mendengar apa yang dia katakan, tapi pikiranku sudah tidak bisa jalan, sehingga aku cuma menjawab dengan tertawa.
Pas di mobil kepalaku semakin pusing, Megan lee menanyakan keadaanku, aku cuma mengangkat tangan memijit pelipisku, “Tidak apa, aku cuma agak mabuk saja.”
“Pantesan, muka kamu merah banget.”
“Ohya?”
Apa yang di jawab Megan Lee aku tidak terlalu mendengar, aku memiringkan kepala bersandar dan melihat ke luar jendela mobil, semoga beberapa hari ini aku tidak bertemu Timothy.
Tapi terkadang justru sesuatu yang ditakuti itu akan menjadi kenyataan, aku dan Megan Lee diantar sampai hotel, hotel ini di atur oleh mereka juga, terus juga baik banget lagi, aturnya yang hotel bintang empat, dan aku sama Megan Lee masing-masing satu kamar.
Baru saja aku keluar dari mobil, jalanku sudah sempoyongan. Untungnya aku masih ada sedikit kesadaran, sambil tanganku menyangga di pintu mobil aku berusaha menstabilkan posisi agar tidak jatuh.
Manajer mereka, Max Lin yang melihat aku seperti ini langsung mengambil koper yang dipegang Megan Lee dan menyuruhnya memapah aku masuk ke hotel.
Pas saat ini aku sudah agak tak sadar, Megan Lee yang seorang cewek jalannya jadi lambat karena sambil papah aku, kemudian karena penglihatanku yang berputar-putar, tanpa sengaja aku menabrak seseorang.
“Jane?”
Seperti ada yang memanggil aku, aku mengangkat kepala melihat sekilas, tapi tidak melihat dengan teliti.
Megan Lee menarik aku agak mendekat ke dia : “Jane, kamu kenal?”
Aku menggeleng : “Tidak kenal.”
Orang yang di belakang itu kayaknya ada mencengkram tanganku sebentar lalu ditepis sama Max Lin.
“Nona Li, kamu antar nona Su ke atas dulu.”
Orang itu sepertinya tidak terima, karena merasa tak enak sekali aku tarik Megan Lee : “Kita naik dulu saja.”
Megan Lee melihat aku sekilas, mungkin karena lihat aku tak enak juga, dia langsung mengangguk dan bawa aku pergi dulu.
Suara yang memanggil “Jane” berkali-kali di belakang itu terdengar mirip suara Timothy, tapi aku merasa lucu, aku baru saja sampai di kota A, bagaimana mungkin segampang itu langsung ketemu sama dia.
Kami berdua masuk ke dalam lift, aku merasa lambungku tak enak sekali, Megan Lee melihat aku dengan cemas : “Kamu gak apa-apa kan?”
Aku membasahi bibir tanpa bersuara.
Baru saja masuk ke kamar aku langsung mendorong Megan Lee ke samping dan lari ke toilet untuk muntah.
“Jane, masih oke gak?”
Habis muntah aku jadi agak sadar, aku mengangkat kepala menatap Megan Lee dan tersenyum simpul : “Aku gak apa-apa.”
Pas saat ini Max Lin mengetuk pintu, karena dia seorang cowok, jadi tak enak juga suruh dia masuk, sehingga aku minta tolong Megan Lin buat ambil koper aku.
Sesampai di hotel tadi sudah hampir jam 10, besok kami masih harus bangun awal untuk rapat kerja sama kami di perusahaan lawan.
Megan Lee agak flu, pas di pesawat dia juga masih minum obat, aku pun tak enak hati buat minta dia temanin aku, jadi kusuruh dia kembali istirahat ke kamarnya saja.
Sebelum pergi dia masih cemas sekali, kali ini aku sudah agak sadar, jadi habis aku bujuk-bujuk akhirnya dia pergi.
Sekali dia pergi aku langsung berjalan ke sofa sambil berpegangan di dinding.
Aku benar-benar capek habis muntah, tidak tahu berapa lama setelah duduk di sofa aku langsung ketiduran.
Bel pintu kayaknya bunyi, aku memaksakan diri untuk membuka mata.
Berapa banyak alkohol di bir buah ini aku tidak tahu, meskipun sudah muntah satu kali, tapi masih tetap merasa agak mabuk.
Pas baru bangkit saja aku masih sempoyongan, karena suara bel itu menyebalkan sekali, jadi aku tetap pergi membuka pintu sambil menggertakkan gigi berusaha bangkit berdiri.
Ketika melihat Timothy secara reflek aku langsung menutup pintu, tapi tenaga kurang kuat sehingga pintu tidak tertutup rapat, malah di dorong masuk sama dia, bahkan aku sampai ditarik ke dalam pelukannya.
“Lepasin aku!”
Kalau sudah mabuk begini, ngomong juga jadi tidak bertenaga.
“Kamu mabuk?”
Dia menutup pintu dan berjalan masuk sambil memelukku.
Aku berusaha meronta, pas sampai di sofa dia malah inisiatif lepasin aku.
Aku termangu, saat mengangkat kepala aku lihat Timothy membawa termos untuk memasak air, sejenak aku tidak sadar apa ayang mau dia lakukan, dan hanya melihatinya saja, sampai dia ke depan aku sambil bawain segelas air, baru aku reflek agak menciut ke belakang.
“Minum obatnya.”
Tanpa berpikir banyak aku langsung berkata : “Gak mau!”
Sepertinya dia mengernyitkan alis sebentar, aku tidak melihat jelas karena mabuk.
Di detik berikutnya, aku sudah ada di pelukannya, “Buka mulut.”
Aku merapatkan mulut, berusaha untuk tidak membuka.
Tidak tahu kenapa dia tertawa melihat aku , “Jane, aku bilang sekali lagi, kalau tidak buka mulut nanti jangan menyesal.”
Kedua matanya menatapku lurus, tidak tahu kenapa aku ada feeling kalau aku tidak membuka mulut, mungkin malah benar-benar bakal ‘buka mulut’.
Aku diam membeku selama dua detik, akhirnya kubuka mulutku.
Dia menghela napas, “Tiba-tiba aku malah ingin kamu keras kepala saja terus.” Ia berkata sambil mendekatkan gelas ke mulutku : “Dengan begitu aku baru bisa cium kamu.”
Novel Terkait
The Sixth Sense
AlexanderAfter The End
Selena BeeLove From Arrogant CEO
Melisa StephanieAwesome Guy
RobinPenyucian Pernikahan
Glen ValoraLove And Pain, Me And Her
Judika DenadaJika bertemu lagi, aku akan melupakanmu×
- Bab 1 Pacarku selingkuh
- Bab 2 Kamu pantas mendapatkannya
- Bab 3 Jane, kamu berani sekali
- Bab 4 Kamu sedang menolakku?
- Bab 5 Tak membiarkan aku menyentuh mu, lalu siapa lagi?
- Bab 6 Aku benar-benar salah paham
- Bab 7 Apakah Kamu Hamil?
- Bab 8 Satu-satunya harapan
- Bab 9 – Kau begitu teguh, apakah tidak sulit?
- Bab 10 Jane Tsu, kau cari mati?
- Bab 11 Aku sangat tidak suka ditolak
- Bab 12 Bos Timothy yang menyuruhku untuk memanggilmu
- Bab 13 Sudah Malam, Aku Ingin Pulang
- Bab 14 Aku tidak suka berutang kepada orang lain
- Bab 15 Pria tidak memiliki hal yang baik
- Bab 16 Kamu terlalu menganggap tinggi dirimu sendiri
- Bab 17 Kamu mungkin harus memanggilku Tante
- Bab 18 Hal yang tidak kamu sangka masih sangat banyak
- Bab 19 Kamu hanya bisa ada satu pikiran
- Bab 20 Hanya Anakku yang boleh Memanggilku Ayah
- Bab 21 Identitas bibi Shirley Yao, mungkin cukup menarik
- Bab 22 Aku Ingin Menikah dengan Jane Tsu
- Bab 23 Asalkan Kamu Mau Menikahiku, Aku Mau Menikah Denganmu
- Bab 24 Maaf Sudah Merepotkanmu, Jane
- Bab 25 Anak ku sudah tidak ada
- Bab 26 Aku Tidak Menahan Timothy huang
- Bab 27 Apa Kita Akan Tetap Menikah?
- Bab 28 Jane Tsu, mari kita menikah
- Bab 29 Mengucapkan selamat tinggal pada orang yang pernah dicintai
- Bab 30 Jangan akting lagi, sangat menjijikan
- Bab 31 Tidak akan ada orang yang mengganggumu lagi
- Bab 32 Aku adalah menantu keluarga huang
- Bab 33 Apakah kamu bersedia menikah denganku
- Bab 34 Disiapkan Berdasarkan Ukuranmu (1)
- Bab 34 Disiapkan Berdasarkan Ukuranmu (2)
- Bab 35 Kami telah menikah (1)
- Bab 35 Kami telah menikah (2)
- Bab 36 Memang Untukmu (1)
- Bab 36 Memang Untukmu (2)
- Bab 37 Rencana Jahat (1)
- Bab 37 Rencana Jahat (2)
- Bab 38 Siapa Berani Berkata (1)
- Bab 38 Siapa Berani Berkata (2)
- Bab 39 Istri Timothy Huang (1)
- Bab 39 Istri Timothy Huang (2)
- Bab 40 Terima Kasih Sudah Menyelamatkan Istriku (1)
- Bab 40 Terima Kasih Sudah Menyelamatkan Istriku (2)
- Bab 41 Aku melihatnya menjulurkan tangan membuka bajumu
- Bab 41 Aku melihatnya menjulurkan tangan membuka bajumu (2)
- Bab 42 Pertengkaran suami istri berakhir di ranjang
- Bab 43 Tolong anakku
- Bab 44 Tidak ada yang lebih penting daripada dirimu
- Bab 45 Siapa yang memohon kepadamu adalah anjing
- Bab 46 Wanitaku, tidak perlu menahan semuuanya sendiri
- Bab 47 Istriku, tidak dapat dengan mudah dirugikan.
- Bab 48 Timothy Huang, kamu sungguh tampan.
- Bab 49 Aku menjaga kakek kamu bisa tenang
- Bab 50 Direktur Huang, jangan marah.
- Bab 51 Berani Kamu Menyentuhku!
- Bab 52 Kembali Kamu, Timothy
- Bab 53 Aku Sungguh Bodoh
- Bab 54 Ada Beberapa Hal, Lebih Penting dari Kesehatan
- Bab 55 Timothy, Kita Berpisah Secara Baik-Baik
- Bab 56 Ini hanya permulaan
- Bab 57 Aku Tidak Mengerti Apa Maksudmu
- Bab 58 Semua sudah ku pikirkan dengan baik
- Bab 59 Aku sangat senang, Jane Tsu
- Bab 60 Direktur Huang, Kenapa Kau Begitu Baik Padaku
- Bab 61 Apa hubunganmu dengan Timothy Huang
- Bab 62 Kalau begitu kita bercerai
- Bab 63 Jane Tsu, kamu mengundurkan diri saja.
- Bab 64 Kamu bodoh atau tidak?
- Bab 65 Kamu adalah istriku
- Bab 66 Dimana aku, Dimana rumahmu?
- Bab 67 Coba untuk tidak percaya padaku lain kali
- Bab 68 Jangan terlalu kekanak-kanakan
- Bab 69 Balik dan ganti bajumu
- Bab 70 Jelas-Jelas itu kau sendiri
- Bab 71 Timothy, Sudah cukup?
- Bab 72 Apakah semua pria suka dengan yang baru dan meninggalkan yang lama
- Bab 73 Masa depan, tak ada yang tahu.
- Bab 74 Mirip apa sekarang kamu ini
- Bab 75 Kamu adalah Nyonya Timothy, dan sekertaris Jane
- Bab 76 Jane, kemari dengan ku
- Bab 77 Puas dengan yang kamu lihat?
- Bab 78 Pulang ke rumah lebih awal
- Bab 79 Ada hal yang penting yang ingin ku sampaikan
- Bab 80 Jane, kamu punya aku
- Bab 81 Apakah kali ini kamu bisa percaya padaku
- Bab 82 Kamu mencintaiku, tapi kamu tidak percaya padaku
- Bab 43 Timothy Huang, mari kita bercerai
- Bab 84 Kenapa kamu menjebakku
- Bab 85 Mari pergi ke biro urusan sipil untuk mengambil surat perceraian
- BAB 86 Hal yang tidak diketahui ku
- BAB 87 Timothy, Mari berpisah dengan damai
- Bab 88 Hamil
- Bab 89 Aku sudah mau pergi
- Bab 90 Mike Qi
- Bab 91 Anak Yang Gemuk
- Bab 92 Mike Qi adalah Pria Yang Baik
- Bab 93 Jane Tsu, Aku Ingin Menjadi Ayah Victor
- Bab 94 Tidak perlu mengucapkan terimakasih padaku!
- Bab 95 Kembali ke tempat semula
- Bab 96 Sudah lama tak bertemu!
- Bab 97 Direktur Huang, Apa yang ingin kamu lakukan
- Bab 98 Timothy Huang, Kau Jangan Keterlaluan Mengganggu Orang
- Bab 99 Aku Bahkan Belum Melupakannya Sedikitpun
- Bab 100 Lelaki Nona Tsu berganti Dengan Sangat Cepat
- Bab 101 Apa Kau Sudah Gila, Timothy Huang
- Bab 102 Setelah Ini Aku Tidak Akan Pernah Datang Lagi
- Bab 103 Orang Itu Timothi Huang Atau Bukan
- Bab 104 Kau Sedang Marah Apa
- Bab 105 Ayo kembali pergi berobat
- Bab 106 Takut Apa Kamu Jane?
- Bab 107 Manusia Itu Mulia Karena Tahu Keterbatasan Dirinya Sendiri
- Bab 108 Akan Kubunuh Kamu
- Bab 109 Aku Tidak Akan Menyerah
- Bab 110 Mau Ngapain Kamu Sebenarnya?
- Bab 111 Jane, Victor tersenyum padaku
- Bab 112 Kamu siapa?
- Bab 113 Kamu merasa bersalah, tak berani menatap ku?
- Bab 114 Kamu jangan kelewatan
- Bab 115 Aku menginginkan mu, Jane
- Bab 116 Kelihatan Konyol
- Bab 117 Tidak Seperti Yang Kamu Pikirkan
- Bab 118 Jane, Aku Merasa Tidak Enak Sekali
- Bab 119 Aku Tidak Akan Menikah Dengan Nicole
- Bab 120 Jangan Pergi, Jane
- Bab 121 Kita tak akan kembali
- Bab 122 Kamu tadi begitu terpesona
- Bab 123 Tidak akan ada hari seperti itu
- Bab 124 Jane, lama tak berjumpa
- Bab 125 aku sudah memikirkan nya.
- Bab 126 Apakah kamu begitu membenciku?
- Bab 127 Kamu pikir aku akan melakukan apa?
- Bab 128 Apakah ada sedikit karenaku?
- Bab 129 Kamu juga tahu bagaimana ia marah
- Bab 130 Mandilah denganku, Jane
- Bab 131 Kita sudah tidak ada hubungan apa-apa
- Bab 132 Victor Juga Anak Aku
- Bab 133 Bolehkah kamu memberikan aku satu kesempatan lagi?
- Bab 134 Segitu Tak Sabarnya Kamu Mau Pergi Dari Aku
- Bab 135 Ibuku Juga Senang Sama Kamu
- Bab 136 Dengan Begitu Aku Baru Bisa Cium Kamu
- Bab 137 Lepasin Aku, Timothy
- Bab 138 Sebenarnya Kamu anggap apa aku ini?
- Bab 139 Manajer Lin suka kali ya sama kamu?
- Bab 140 Jane, apa maksud kamu?
- Bab 141 Sakit sekali gila!
- Bab 142 Lusa Pergi
- Bab 143 Tidak ada kesempatan untuk bertemu lagi
- Bab 144 Banyak tuh orang yang mengejar nona Su
- Bab 145 Suatu hal yang menarik
- Bab 146 Kamu mikir terlalu banyak
- Bab 147 Timothy Kecelakaan
- Bab 148 Aku juga merasa diriku lucu
- Bab 149 Sudah, jangan ngomong lagi Jane
- Bab 150 Selamat pagi Jane
- Bab 151 Orang datang dan pergi
- Bab 152 Kamu menyiapkan untuk ku?
- Bab 153 Jane, aku belum membuat perhitungan dengan mu
- Bab 154 Aku tak bisa menerima mu lagi
- Bab 155 ini Paket untuk mu
- Bab 156 Kalau Kamu Sudah Kenyang, Kamu Baru Kuat Untuk Memukulku
- Bab 157 Bukankah Aku Sudah Menolakmu?
- Bab 158 Jangan Menggoda Laki-laki Lain
- Bab 159 Berpikir Memilih Siapa
- Bab 160 Ikuti Kata Hati
- Bab 161 Cepatlah pergi ke sampingnya
- Bab 162 Aku ingin memelukmu
- Bab 163 Tolong temani aku beberapa hari ini
- Bab 164 Apa yang terjadi padamu hari ini?
- Bab 165 Timothy Huang, jangan seperti ini
- Bab 166 Aku Cinta Kamu
- Bab 167 Turun Sendiri atau Aku akan Menggendongmu?
- Bab 168 Kebetulan, Aku Juga Mau Mandi
- Bab 169 Aku Pulang Denganmu
- Bab 170 Kau Jangan Mengucapkan Kata-kata yang Begitu Melukai Orang
- Bab 171 Aku hanya cemburu kepada Michael Qi
- Bab 172 Pria mana lagi yang seperti dia
- Bab 173 Kamu bilang apa yang harus kulakukan
- Bab 174 Terimakasih sudah menungguku
- Bab 175 Masih dengan kata sandi yang sama
- Bab 176 Kau Jangan Pergi Lagi, Ya?
- Bab 177 Aku Mengingat Kata-Kata Mu
- Bab 178 Dia Adalah Isteriku
- Bab 179 Tidak Masalah, Kau Tidak Perlu Bergerak
- Bab 180 Setelah Aku Sadar
- Bab 181 Aku bantu kamu ngomong
- Bab 182 Tunggu aku, tidak lama kok
- Bab 183 Kamu begitu antusias, aku jadi tak bisa menghadapi
- Bab 184 Teman waktu dulu
- Bab 185 Kejutan
- Bab 186 Tidak Bisa Menjualmu
- Bab 187 Jane, Menikahlah Denganku
- Bab 188 Berpura-pura Tidak Melihat Apapun
- Bab 189 Hal Yang Sangat Penting
- Bab 190 Direktur Huang Cemburu
- Bab 191 Rencana Kapan Menikah
- Bab 192 Kapan Menikah
- Bab 193 Sungguh Tidak Tahu Malu
- Ba'b 194 Masalah Tidak Normal Pasti Ada Sesuatu Yang Aneh
- Bab 195 Kamu Sudah Memikirkan Perasaan Aku?
- BAB 196 Terjadi Sedikit Konflik
- Bab 197 Kamu Selamanya Begitu, Selalu Menganggap Sendiri benar
- Bab 198 Jane TsuKamu Mau Ribut Gimana Terserah
- Bab 199 Mungkin Terlalu Mencintaimu
- Bab 200 Tidak Apa, Aku Hanya Sudah Terbiasa
- Bab 201 Timothy Huang, tidak bisakah kamu mempertimbangkannya untukku?
- Bab 202 Tidak ada seorang pria yang bisa bertahan
- Bab 203 Biarkan saja masalah itu berkembang dengan sendirinya
- Bab 204 Sudah setengah bulan
- Bab 205 Apakah kamu akan merindukanku?
- Bab 206 Telepon dua kali sehari
- Bab 207 Salju lebat
- Bab 208 Aku merindukanmu
- Bab 209 Mengapa Kamu Bisa Disini?
- Bab 210 Jangan Menggangguku, Timothy
- Bab 211 Direktur Huang Sudah Tidak Sabar Menunggu
- Bab 212 Membuatmu Merindukanku
- Bab 213 Selamat datang kembali Jane Tsu
- Bab 214 Mau aku peluk tidak, Tsu Tsu?
- Bab 215 Jane Tsu, menikah lah denganku
- Bab 216 Terima kasih Jane Tsu
- Bab 217 Silahkan Nyonya Huang mengikuti standar ini
- Bab 218 Timothy, haruskah begitu?
- Bab 219 Apakah kamu tidak memiliki komentar kepada istriku?
- Bab 220 Kamu pikir saja sendiri
- Bab 221 Kamu tidak bercanda kan?
- Bab 222 Lain kali harus ingat
- Bab 223 Aku sangat mencintaimu
- Bab 224 Kalau begitu kamu jangan mengganggunya
- Bab 225 Aku tidak bilang kamu tidak boleh ikut pergi
- Bab 226 Kamu adalah ayah kandung Victor
- Bab 227 Jane, Aku gugup
- Bab 228 Sudah Cukup
- Bab 229 Kamu tidak perlu khawatir, aku ada disini
- Bab 230 Timothy, Aku ingin menciummu
- Bab 231 Aku tidak akan mendengarkan penjelasanmu
- Bab 232 Masalah ini adalah Michelle Lin yang melakukannya
- Bab 233 Kamu sangat berantusias
- Bab 234 Pilihanku adalah Jane Tsu
- Bab 235 Memberitahumu setelah kembali
- Bab 236 Aku akan memperlakukanmu dengan baik selamanya
- Bab 237 Selalu ditindas orang
- Bab 238 Hubunganku dengannya tentu baik
- Bab 239 Sangat terkejut ya, Jane Tsu?
- Bab 240 Kedamaian nyata atau palsu
- Bab 241 Jane Tsu, Jangan Angkuh
- Bab 242 Apa untungnya menipumu!
- Bab 243 Apakah pekerjaan lebih penting dari istri?
- Bab 244 Nyonya Huang, Nyonya Hebat Sekali
- Bab 245 Biarkan suamimu ini menghiburmu
- Bab 246 Alasanmu ini tidak masuk akal
- Bab 247 Playing Victim
- Bab 248 Dengar-dengar ada yang menindasmu
- Bab 249 Jangan ditahan sendiri jika ada yang salah
- Bab 250 Aku Harus Memilih Makanan Yang Paling Mahal
- Bab 251 Kita Tidak Saling Kenal
- Bab 252 Isteriku Tidak Menginginkannya
- Bab 253 Aku Akan Berusaha
- Bab 254 Kamu Tidak Tahu Apa Yang Laki-Laki Inginkan
- Bab 255 Kecuali Kamu Memberinya Obat Dosis Tinggi
- Bab 256 Sangat Merindukanmu
- Bab 257 Kamu Berpikir Terlalu Jauh
- Bab 258 Jangan Harap
- Bab 259 Terlalu Banyak Informasi
- Bab 260 Mengapa Kamu Di Sini?
- Bab 261 Kalian Bicarakan Baik-baik
- Bab 262 Bukan Karena Ini
- Bab 263 Kamu Ini Benar-benar Menyembunyikan Masalah Dari Aku
- Bab 264 Bodoh
- Bab 265 Mendingan Melahirkan Seorang Putra Kandung Sendiri
- Bab 266 Victor Tidak Ada Dirumah
- Bab 267 Aku Setiap Hari Paling Sedikit Telepon Kamu Sekali
- Bab 268 Nyonya Huang, Ingat Status Kamu
- Bab 269 Ini Aku Tidak Bisa Menyetujui Kamu
- Bab 270 Jika Begitu Kamu Mengajarkan Aku Sebentar
- Bab 271 Aku Benar-Benar Mengagumi Anda
- Bab 272 Aku Tentu Saja Tidak Akan Sungkan
- Bab 273 Kamu Jangan Marah
- Bab 274 Cinta Yang Kuat Begitu Juga Tanggung Jawab
- Bab 275 Aku Hanya Ingin Pulang Melihat Victor
- Bab 276 Terima Kasih Atas Susah Payahnya Kamu, Direktur Lu
- Bab 277 Mungkin Ini Baru Namanya Perempuan
- Bab 278 Masih Berkelakuan Seperti Seorang Anak Kecil Saja
- Bab 279 Suara Kamu Kecilan Istri
- Bab 280 Sangat Patuh, Istri
- Bab 281 Aku sedikit iri padanya
- Bab 282 Hal yang dulu
- Bab 283 Seluruh dunia tahu
- Bab 284 menggunakan sisa hidupku
- Bab 285 Masih ada kejutan, Nyonya Huang
- Bab 286 Aku bilang istriku cantik
- Bab 287 Aku tahu kamu ingin kesini
- Bab 288 Semuanya salahmu
- Bab 289 Sayang, bisakah kamu menggendongku?
- Bab 290 Timothy, aku sangat mencintaimu
- Bab 291 Dalam kehidupan ini, hanya kamu
- Bab 292 Nyonya Huang, berani bertaruh?
- Bab 293 Nyonya Huang, kamu kalah
- Bab 294 Lagian bukan belum pernah menyentuhnya
- Bab 295 Aku tidak akan bicara dengan pria tidak dikenal lagi
- Bab 296 Timothy Huang, tenang sedikit.
- Bab 297 Aku hamil
- Bab 298 Aku mencintaimu